Dan lagi, pagi menghampiri, tak nikmat lagi rasa kopi.
Terlintas dibenak ingin jejali negeri-negeri Tuhan. Bermaksud akan meninggalkan jejak disetiapnya.
Ayu pun bangun dari ranjangnya. Memutuskan untuk mengakhiri rasa bosan yang mengganggunya beberapa waktu kebelakang.
Tak tahu ini wahyu dari mana, serasa tubuhnya digerakan sesuatu gaya yang kuat.
Bercampur dengan muak, diambilnya ransel yang tergantung lama didinding kamarnya. Lalu dimuatnya baju-baju perjuangannya.
Maksudnya adalah kain-kain yang akan menemaninya berjuang.Tak lupa juga membawa lembaran kertas yang berisikan riwayatnya terdahulu, dan ia pun memasang sepatunya, lalu bergerak kearah pintu.
"cekrekk,." suara dari gagang pintu yang terbuka.
Bergetar jiwanya saat sang surya membelai lembut wajahnya. Banyak yang terasa.
Bimbang, takut, ingin,dan tekad bercampur aduk didalam kepalanya.
Namun sepatunya tak sabar lagi ingin melangkah jauh. Dihelanya nafas panjang dengan mata yang menutup. Diapun pergi tanpa pamit ke ranjang nyamannya.
Ntah kemana akan dibawa kaki ini, tak perlu aku pikirkan sekarang. Sesederhana itu jiwanya.
Arah angin semakin mendorongnya lebih jauh, hingga sampai diperhentiannya demi seteguk mineral pelepas dahaga.
Kakinya memutuskan untuk berhenti sejenak, Dan Ayu mengizinkannya.
Ditrotoar yang ada tamannya, disitulah Ayu duduk beristirahat. Waktu itu matahari mulai menunjukkan keganasannya.
Tak kuat dengan tamparan teriknya mentari, diapun memilih tempat yang sedikit rindang.
Tak sadar hembusan angin dan suara tenggerek pada dahan-dahan disekitar peristirahatnya, mengantarkan Ayu ke sebuah lamunan pendek dan tertidur.
Tiupan angin itu menyuruhnya untuk tidur, suara alam dan kendaraan bak musik yang sangat melelahkan jiwanya.
Hingga tak sadar , bunyi perut yang lapar dan harumnya senja membangunkannya.
Bak sedang survive, dia tahu, dia harus mencari kemahnya sekarang.
Dipacunya kembali otot-otot kaki yang terpaksa bergerak tanpa tambahan tenaga darinya. Hingga ia kembali terhenti disebuah Coffeeshop 24 jam.
Ayu memutuskan untuk beristirahat sambil menyusun rencananya kembali dan bermalam disana.
Dipesannya secangkir espresso dan Roti Bakar Coklat bermaksud menambah tenaga dalam tubuhnya yang seharian ia pakai.
Tak begitu lama, dan pesanannya pun datang. Tanpa basa-basi Ayu pun menyantap santapannya pada hari ini.
Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dengan tatapan yang bingung seperti orang yang sedang memastikan kalau Ayu adalah orang yang ia kenal.
Dan Ayu pun terheran, jelas terlihat dari lipatan antara kedua alisnya seperti orang yang bingung dan merasa aneh.
"Kamu yang di Adind kemarenkan?? yaaang nyasar ke panggung.?" tanya laki-laki tersebut.
"Uummm.. Ya.." jawab Ayu dengan respon yang lambat.
"Ooh, kenalin aku Dwiki!" ucap laki-laki itu mengajak kenalan dengan posisi tangan ingin bersalaman.
"Uummm,." Ayu tak merespon laki-laki tersebut, dan kembali sibuk dengan roti bakarnya.
Dwiki mengurungkan niatnya untuk bersalaman dan melihat kearah meja makannya Ayu.
"Wow, Espresso?? jarang-jarang lo cewek suka Espresso. Coba-coba apa gimana ini??" tanya Dwiki dengan nada sok akrab.
"denteeng!!" suara garpu beradu dengan piring.
Ayu menatap Dwiki dengan mata yang tajam, menunjukkan kalau dia merasa terganggu dan tidak nyaman.
Dwiki pun menghela nafas untuk menahan diri, lalu tersenyum kepada Ayu dan meninggalkannya.
Tak lama setelah santapannya habis, nafsupun tak tertahan menginginkan asap tembakau dari rokok putihnya.
Masih ada 3 batang sisa rokok yang ia beli untuk pertemuan dengan Ressa semalam.
Hasratnya sudah terpenuhi untuk saat ini.
Hingga kopi dan rokoknya habis, Angannyapun berhenti dan harusnya akan berlanjut di alam yang berbeda. iapun tertidur dengan posisi kepala diatas meja dan tangan sebagai bantalnya.
★Bersambung★
°Butuh cover untuk coretan-coretan kamu? japri aja!°
cp/wa : 083841524542
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayu & Folk
Ficção Histórica[Sedang revisi] / penyelesaian. Menurutmu, apa sih emansipasi itu? mengaku kuat demi suatu kesamaan hak dalam diri? merasa sanggup saat kau dipecundangi? atau mengaku lemah saat tersandung kerikil yang tak punya mata sama sekali? kenapa tidak sama-s...