2 • Surat dan Bunga

23.8K 1.2K 26
                                    

Jam istirahat telah habis, Raina dan Via akhirnya kembali ke kelas, setelah tadi Raka mengantarnya sampai ke depan kelasnya. Padahal tadi Raina sudah menolak untuk diantar, karena dirinya sudah bersama Via, tetapi Raka tetap kekeh untuk mengantarkannya sampai kelas.

Dikantin tadi Raina dan Via bercerita satu sama lain, sedangkan Raka hanya menyimak cerita kedua gadis itu sambil memakan makanannya. Tak jarang juga anak-anak yang ada dikantin memusatkan perhatiannya pada mereka, bahkan kini mereka sudah menjadi topik terpopuler disekolah hari ini, bayangkan, ini masih hari pertama mereka menginjakkan kaki disekolah ini, itu saja sudah bikin gempar satu sekolahan.

"Kakak lo itu cuek banget ya?" tanya Via pada Raina saat mereka sudah duduk dibangku masing-masing.

"Iya, kadang aku sendiri jengah banget sama sikapnya yang kayak gitu. Tapi sebenernya Raka itu baik kok, dia itu sweet, romantis, mungkin kalo aku sama dia nggak saudaraan udah jadi pacar sekarang..." Raina berucap sambil tertawa kecil.

"Ehh tapi lo sama dia itu cocok banget beneran, nggak keliatan kalo sodaraan, tadi aja gue kira dia itu pacar lo, ehh ternyata abang.." balas Via yang ikut tertawa.

"Dari dulu emang banyak yang ngira aku sama Raka pacaran. Tapi katanya dulu waktu Mama masih SMA, Mama pernah dikira pacaran juga sama Kakaknya, padahal mah nggak."

"Pasti banyak cewek-cewek yang iri sama lo Ra, bayangin dong lo punya kakak yang gans kayak gitu," ujar Via, Raina hanya tertawa saja.

Raina meraba laci mejanya, guna mengambil buku tulisnya untuk ia siapkan sebelum guru datang. Tetapi ada sesuatu yang janggal ditangannya, ia pun mengincangnya, ternyata ada sebuah rangkaian bunga.

"Apaan nih?" tanya Raina pada Via sambil mengambil bunga itu.

"Lah kok ada bunga? Siapa yang naruh disitu?" heran Via.

"Ada suratnya Ra! Coba baca!" seru Via menyuruh Raina untuk membacanya.

"Oke,"

Kalau lo udah baca surat ini, berarti lo udah terima bunga dari gue. Sorry aja nih, itu bunganya gue ga beli, gue buat dadakan disekolah, gue ambil bunga yang ada ditaman. Tapi inget! Jangan diaduin ke Bu Yuni, ntar abis gue dimarahin sama dia.

Raina menahan tawa saat membaca tulisan ini, ia pikir kenapa orang pemberi surat dan bunga ini sangat jujur kepadanya, aneh.

Lo mau tau siapa yang nulis surat alay ini? Coba aja deh lo noleh ke bangku belakang.

Raina mengernyit dan merasa penasaran, berarti sang pemberi surat itu anak yang satu kelas dengannya, dengan ragu-ragu Raina menoleh perlahan ke belakang. Dilihatnya ada dua cowok yang tengah bercanda gurau, sampai ada salah satu diantara mereka yang sadar jika Raina sedang melihat ke arah mereka.

"Woy Len! Lo dilihatin tuh!" Devan berucap sambil menepuk-nepuk bahu Alen, menyadarkan Alen hingga ia menoleh ke arah cewek incarannya, yang kini sedang menatapnya dengan heran.

Dengan kedua sudut bibir yang terangkat, Alen pun melambaikan tangannya ke Raina, tetapi anehnya gadis itu malah segera menghadap kedepan lagi, membuat Alen bingung.

"Wahhh lo nulis apaan Len disuratnya? Sampe dia noleh gitu?" takjub Devan pada teman sebangkunya itu.

"Nggak tau dah, gue jadi jijik sendiri sama yang gue tulis tadi, alay gak ya? Ntar dia malah nggak suka lagi sama gue," kata Alen.

"Alahhh! Alay nggak nya itu pikir nanti, yang penting barusan keberadaan lo udah diketahui sama dia!" ucap Devan, lalu Alen hanya membalasnya dengan acungan jempol.

Setelah menoleh kebelakang tadi, kini Raina nampak berpikir, serius kah cowok yang tadi itu yang memberikannya surat dan bunga ini?

"Kenapa Ra? Ada apa?" Via bingung.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang