13 Jam sebelum kejadian...
Christina dan Yoanna sedang memberi makan burung-burung gagak di dalam kandang besi. Setelah selesai, mereka berjalan kearah sebuah pintu cokelat dan memasukinya. Ini adalah basement yang lain. Sedikit lebih sempit tapi cukup untuk menempel beberapa foto di dinding. Christina berhenti dan menunjuk sebuah foto seraya berkata
"Ini Viorenza, dia yang paling sering mengejekku...
Pertama, kita akan mengguna-gunai makanannya dari sini...The Other Scene...
Terlihat Christina dan Yoanna yang duduk berhadapan di basement itu dengan beberapa lilin-lilin yang melingkari mereka. Seraya memejamkan mata, bibir mereka seperti mengucapkan ribuan mantraSekolah...
Istirahat, panggilan hidup sesungguhnya seorang siswa. Terlihat Viorenza bersama beberapa temannya yang sedang makan mi instan di kantin"...Saat dia makan, dia belum akan merasakan efeknya. Saat jam masuk kelas, aku akan lebih dulu izin ke toilet. Setelah beberapa saat, dia akan merasakan putaran di perutnya dan izin ke toilet juga..."
Scene Basement...
Christina terlihat masih menjelaskan rencananya pada kakaknya"...Dan disanalah kita akan bekerja"
kata Christina lalu menyeringai.
...
Scene sekolah...
Koridor begitu sepi dengan jam pelajaran yang masih mengambil bagiannya. Viorenza segera berlari menyusurinya dengan tujuan toilet sambil memegangi perut dan menahan mulutnya. Tanpa peduli siapa yang disebelahnya, dia langsung mual-mual di wastafel. Kini terasa sedikit lega namun perutnya masih sakit
"Aargghh... Astagahh.. a..pa yang kumakan tadi?" Tanyanya pada dirinya sendiri seraya mengerang
"Mi instan?" Tanya seseorang disebelahnya. Tiba-tiba, gadis berambut sebahu yang dikuncir itu memuntahkan sesuatu di wastafel. Itu bukan seperti mi instan, terlihat seperti beberapa helai rambut ikal yang diikuti dengan cairan pekat kental yang menyengat.
Gadis bernama Viorenza itu kini terenga-enga, dia penasaran tapi tubuhnya agak lemas melihat kearah samping siapa yang berada di sampingnya
"Jika takut dilimbur pasang, jangan berumah di tepi pantai" kata orang yang disebelahnya itu.
Akhirnya kepalanya melihat kearah suara itu. Seseorang yang seluruh tubuhnya ditutupi kain merah panjang, wajahnya berbalut topeng putih polos, dan rambutnya ditutupi serban.
"Kau siapa?" Tanya Viorenza menyelidik. Tiba-tiba, pintu toilet terkunci. Orang itu tidak menjawab. Tak lama, Viorenza memuntahkan kepingan-kepingan plastik bersama debu. Bahunya kini terasa berat, orang tadi memegangi kedua bahunya dari belakang lalu mendorongnya ke bawah hingga ia tergelincir. Kaki Viorenza tertekuk di dinding, mungkin jarinya patah, sedangkan kepalanya sedikit terbelah dan otaknya bisa dilihat dari sebuah celah kecil.
Viorenza belum mati, dia masih menghembuskan nafas berat satu satu dengan pandangan menyipit.
"Kalau kau takut mendapat susah, jangan pernah kau usik sebuah sampah." Kata orang bertopeng itu. Tak lama, seseorang dengan pakaian yang sama dengan orang itu datang membawa seekor gagak, pisau dan sebuah piring plastik. Orang yang baru datang itu berkata
"Jika pisau tiada berbaja, makin dikikir bertambah tumpul" katanya sembari menajamkan pisau itu di pinggir wastafel. Orang yang tadi mendorong Viorenza ke bawah kini sedang memegangi gagak yang dibawa si B. Kita sebut saja si A dan si B.
Setelah memastikan pisau itu tajam, si A menahan burung gagak tadi di atas tegel wastafel dan si B mengiris perlahan leher gagak tadi, menikmati cara gagak itu menahan sakit dari suaranya. Darah gagak tadi di taruh diatas piring dan dimasukkan kedalam mulut Viorenza hingga tertelan. Viorenza ingin merota namun sekujur badannya sakit, ditambah perutnya yang masih terus menusuk dari dalam. Ibu jari Viorenza kemudian dipotong dan diganti dengan kepala burung gagak yang tadi.
Sepertinya si B cukup terlatih menjahit bagian tubuh karena transplantasi jarinya terlihat cukup indah.
Kini giliran si A yang membuka perlahan kepala Viorenza. Dia berhenti begitu sudah setengah terbuka kearah vertikal, lalu kemudian menarik isi otaknya dan membiarkan si B menggantinya dengan tubuh gagak tadi lalu menjahitnya. Si A memindahkan otak Viorenza ke atas piring lalu berkata
"Ini adalah kanvas yang telah kotor. Ayo kita kuburkan bersama debu dan plastik"
Mereka berdua akhirnya pergi dari sana begitu memastikan Viorenza telah meninggal dan menikmati hasil karyanya sembari bersiul dengan nada anak kambing saya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Plastic Goat
Misterio / SuspensoMereka sering mengatakan mereka berdua adalah kembar. Apa yang sebenarnya terjadi?