~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Begini Bi. 3 bulan sebelum saya lulus dari pondok pesantren, saya di daftarkan kuliah ke Universitas di Madinah sama Ustadz saya, beliau mendaftarkan karna katanya nilai saya bagus dan cukup jadi beliau menawarkan dan terus menyarankan pada saya karna Universitas tersebut kampus muslim terbaik di Arab dan ilmu pengetahuan disana pun luas dan banyak. Dengan nilai saya yang dirasa cukup menurut Ustadz saya bisa saja mendapatkan beasiswa dari sana. Sebelumnya saya pun ada niat untuk melanjutkan pendidikan saya, tapi saya masih bingung harus melanjutkan dimana. Setelah saya bicara kan pada Abi Umi saya, mereka menyerahkan kembali keputusan nya pada saya untuk mengiyakan atau mencari Universitas lain yang ada di Indonesia. Setelah saya pikirkan baik baik sepertinya tidak ada salahnya mencoba. Dan Ustadz memberi tahu kalau pengumuman nya lumayan lama dari waktu pendaftaran. Disamping itu saya juga sudah memikirkan bagaimana ke depannya jika saya di terima di Universitas tersebut saat saya sudah mau melamar Icha. Dan ternyata perkiraan saya benar, jadi saya minta izin pada Abi untuk beri waktu saya 4 tahun menyelesaikan pendidikan saya atau saya menikahi Icha dan membawa Icha untuk ikut menemani saya disana. Bagaimana Bi?"
"Nak Fadlan ini bagaimana toh ini perkara serius jangan dibikin macam permainan begitu dong. Saya tidak akan melepas putri saya begitu saja, makanya saya mengizinkan nak Fadlan untuk datang melamar anak saya. Dan kalau itu pilihan dari nak Fadlan, saya akan pikirkan baik-baik dan bicara pada putri saya. Memangnya kapan nak Fadlan berangkatnya? "
"Iya Bi saya minta maaf sekali, saya tidak bermaksud untuk mempermainkan hal serius ini Abi. Saya berangkat 2 bulan lagi, setelah sampai disana semingguan baru saya mulai masuk kuliah Bi."
"Yasudah, nanti saya kabari lagi bagaimana keputusan nya. Dan ini menyangkut masa depan anak saya. "
"Baik Bi, saya tunggu kabar baiknya. Mohon maaf ya Bi jika saya membuat nya jadi rumit begini"
"Iya iya, yasudah saya tutup ya. Wassalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
***
"Begitu Mi" Kata Abi selesai menceritakan percakapan nya dengan Ka Fadlan lewat telpon.
"Umi kasian sama Icha Bi, sebelumnya Icha pernah patah hati karna nak Fadlan. Mungkin keduanya saling suka tapi mereka tidak mau berdekatan karna mereka tau itu tdk boleh. Apa sebaiknya kita bicarakan saja pada Icha Bi?" tanya Umi pada Abi
"Yasudah, selesai makan nanti kita ajak bicara Icha. Icha masih libur kan Mi kuliahnya? "
"Iya masih Bi."***
Selesai makan malam
"Cha, masuk kuliah nya kapan nak?" tanya Abi saat sedang berkumpul di ruang tv selesai makan
"Minggu depan Bi, kenapa?" tanya Icha
"Kamu skrg udh semester brpa nak?"
"Semester 4 Bi, Abi lupa ya? "
"Ngga ko, Abi mastiin aja takut Abi lupa beneran" jawab abi sambil senyum
"Ih Abi, ada ada aja" jawab Icha senyum juga
"Begini nak, kamu masih ingin fokus kuliah atau menikah jika ada yang ingin meminang kamu? "
"Icha sih kalo jodohnya udah ada, mau nikah dan ttep kuliah. Boleh bi? Hehe"
"Memang kamu ga bakal repot nantinya ngurusin suami kamu dan harus kuliah juga? "
"Ya kalo repot sih pasti ada tapi kan mencari ilmu juga bagus buat Icha dan buat anak anak Icha suatu saat nanti. Dan Madrasah pertama untuk seorang anak kan Ibu nya, iya kan Mi?" tanya Icha pada Umi
"Iya sayang " jawab Umi dengan tersenyum
"Tapi apa kamu siap kalo kamu pilih keduanya?" tanya Abi lagi
"In syaa Allah siap Bi, kalo Allah ngasih ke Icha nya gitu pasti karna Allah tau Icha sanggup dan mampu menjalaninya " jawab Icha dengan senyum
"Pintarnya anak Abi" Kata Abi mengelus kepala putrinya itu, "Jadi begini sayang, nak Fadlan tadinya besok mau kesini untuk melamar kamu, tapi Allah mungkin belum mengizinkan untuk kalian cepat di satukan."
"Maksud Abi?" Tanya Icha bingung
"Tadi sore nak Fadlan telpon Abi dan dia meminta maaf karna mungkin tidak bisa dengan segera untuk melaksanakan hal serius ini."
"Kenapa Bi?" tanya Icha mengkerutkan keningnya
"Karena dia harus kuliah di kampus terkemuka di Arab dan dia baru mendapat panggilannya pagi tadi. Dia punya 2 pilihan dan meminta izin pada Abi juga."
"Apa itu? "
"Dia izin 4 tahun untuk kuliah dulu, baru bisa melanjutkan niatnya untuk meminang kamu. Atau dia menikahimu dalam waktu dekat tapi kamu harus ikut dengannya disana. Gimana? Kamu kan harus kuliah nak?" tanya Abi dengan tenang
Icha terdiam sejenak...
"Menurut Abi sama Umi baiknya gimana?" tanya Icha yg juga belum bisa menemukan jawabannya untuk menunggu (lagi) atau ikut dengannya."Menurut Umi lebih baik kamu lanjutkan kuliah disini, tapi kamu jangan sambil nunggu dia. Kan kita ngga tau jodoh atau ngga nya. Tapi semua keputusan tergantung kamu nak" kata Umi sambil mengelus kepala putrinya
"Hmm.." deheman Icha yang semakin bingung
"Kalo masih bingung coba kamu sholat Istikharah" saran Abi pada Icha
"Iya bii, nanti Icha coba"
"Yaudah klo gitu sekarang ke kamar aja buat istirahat, jangan terlalu dipikirin ya nak" kata Abi
"Iya Bi"
Icha pun masuk ke kamar dengan tatapan kosong.
"Bi, Umi gak mau lihat Icha kepikiran nantinya. Umi juga mau Icha bahagia tapi menurut Umi lebih baik dia kuliah saja dan tidak memikirkan hal lain cukup fokus pada pendidikannya. " ucap Umi dengan cemasnya
"Abi juga mau yanh terbaik untuk Icha Mi, semoga dia bisa memutuskan nya dengan bijak." harap Abi
"Aamiin bi."
Keesokan harinya..
"Pagi nak" ucap Abi pada Icha yang menghampiri meja makan untuk sarapan dengan Umi Abi nya
"Pagi Bi, Mi. Abi, Icha udah pikirin baik-baik dan coba Istikharah." kata Icha
"Sutss, kita bicarain ini nanti ya sayang. Sekarang kita sarapan dulu." kata Umi sambil menyiapkan sarapan
"Iya Mi :)"Selesai sarapan..
"Icha takut kalo dia bukan jodoh yang Allah sediain buat Icha, Icha gak mau terlalu fokus sama hal yang belum pasti buat Icha kedepan. Jadi Icha memilih buat fokus kuliah Bi, barangkali memang ini udah jalannya yaa Icha gak mau maksain:)" ucap Icha dengan tenang
"Alhamdulillah, keputusan yang bagus sayang. Abi sama Umi juga nggak mau kamu seperti terburu-buru untuk menikah, kita mau kamu menikah karna memang 'dia' orangnya dan memang nama kalian sudah tertulis berdampingan di Lauhul Mahfudz." jawab Abi pada Icha
Icha jawab dengan tersenyum
"Kamu yakin kan nak dengan pilihan ini?" tanya Umi
"In syaa Allah Mi, betul kata Abi. Icha gak mau terburu-buru untuk hal yang serius ini"
"Alhamdulillah, Umi sama Abi pasti dukung keputusan kamu kalau itu memang baik. "
~~
"Assalamu'alaikum nak Fadlan?" salam Abi lewat handphone
"Wa'alaikumussalam Abi" jawab kak Fadlan dari sebrang
"Setelah Abi bicarakan dengan Icha"
"Iya Bi, gimana? "
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Diamku (Diamku Menginginkanmu) [SELESAI]
Teen FictionAku tak tau apa yang harus ku lakukan saat aku menjatuhkan harapan padamu. Walau ku tau sebenarnya aku tidak boleh berharap pada makhluk Allah. Karna sebaik-baiknya pengharapan adalah berharap pada Allah subhanahuwata'ala. Dan harapan yang paling me...