Selama ka Fadlan tidak membawa hp ke pondoknya, dia jarang online di sosial medianya. Dan selama itu pula Icha mencoba menanyakan kabar ka Fadlan pada kang Zakir yang kebetulan sedang chatting lewat akun facebooknya.
"Kang, boleh nanya nggak?" Tanya Icha pada kang Zakir
"Nanya kang Fadlan?"
"Hehe iya"
"Iya, kenapa? Gimana?"
"Dia disana gimana kang? Sehat ?"
"Alhamdulillah sehat"
"Syukurlah, kang Zakir sendiri gimana? Sehat?"
"Alhamdulillah sehat juga. Oiya, siapanya Fadlan Tèh? Pacar ya?"
"Oh nggak bukan, cuma temen aja hehe"
"Udah gausah bohong, atau calon nya?"
"Eh calon apa?😅"
"Yaaa.. masa gak tau sih?" Kata kang Zakir seolah agar Icha paham maksudnya
"Hehe do'ain aja kang:)"
"Iya iya aamiin"
"Aamiin.. boleh tanya lagi kang?"
"Boleh boleh sok, tenang aja sama saya mah."
"Hehe iya atuh. Ka Fadlan disana suka deket atau genit ngga disana?" -Send- "eh pertanyaan macam apa ini?" Tanya Icha pada dirinya sendiri seraya malu jarinya mengetik dan menanyakan seperti itu pada kang Zakir.
"Ah ngga sih dia mah, dia mah orangnya pendiem"
"Iya gitu? Tapi kayaknya dia banyak yg suka yah?"
"Bukan lagi itu mah Tèh(maksudnya Tètèh:panggilan pada kakak perempuan/dgn maksud menghormati), kang Fadlan mah ganteng jadi banyak yg suka saya aja sampe iri lihatnya. Teteh sabar aja"
"Hehe iya iya kang. Ngga usah panggil teteh kang, lebih tua kang Zakir ko hehe"
"Jeh ya gapapa atuh"
"Jeh yaudah, ko kang Zakir bisa tau ?"
"Kang Fadlan mah temen deket saya dari Aliyah"
"Oh iya tah?"
"Iya Teh, 3 tahun bareng terus. Satu pondok juga"
"Oh boarding ya?"
"Iya Teh"--
Saat bulan maulid tiba, ka Fadlan pun pulang tanpa memberitahu Icha. Lagian, untuk apa memberitahu Icha? Saudara bukan, kakak atau adik kandung bukan, mahrom nya juga bukan._.hmm
Icha pun tau berita ini dari kang Zakir.
"Dia pulang kapan emang kang?" Tanya Icha saat sedang bercakap dgn kang Zakir lewat sosial media
"Tadi sore sih"
"Oh atuh baru?"
"Ya gitu, soalnya ada mobilnya pagi sama sore. Emang dia ga bilang?"
"Enggak kang hehe"
"Yaudah yg penting skrg udh tau dari saya"
"Iya kang"
"Ini juga watir(maksudnya; khawatir) euy"
"Watir kenapa?"
"Takut kesasar lagi, waktu awal survey juga kan kita nyasar"
"Eh iya ya, atuh gimana kang?" Tanya Icha yang mulai terbawa suasana khawatir saat ingat kejadian mereka nyasar
"Engga tau ini, dari tadi di kontek juga gak ada balesan. Di telpon nomornya gak aktif"
"Duh gimana atuh kang? Ya Allah Ka Fadlan:(" Icha semakin khawatir dengan keadaan kak Fadlan, pikiran negatif pun bermunculan
"Ya do'ain aja semoga ga terjadi apa-apa"
"Iya aamiin:("
"Nanti kalo dia ada kabar, saya kabarin teteh ya"
"Iya iya kang, makasih ya"-keesokan harinya-
"Teh, kang Fadlan nyampe malem katanya" pesan dari kang Zakir
"Iya ? Tapi gak kenapa kenapa kan?"
"Ya Alhamdulillah gak apaapa, semalem batrenya low katanya"
"Alhamdulillah, yaudah syukur kalo gak kenapa kenapa mah"Esok sorenya..
"Assalamu'alaikum dek"
"Wa'alaikumussalam ka"
"Dek gimana kabarnya?"
"Baik ka, kaka udah pulang?" Tanya Icha berpura-pura tidak tau, karna Icha berusaha agar ka Fadlan tidak tau kalau dia sering menanyakan perihal tentangnya saat di pondok.
"Iya udah, tapi nanti malem atau besok pagi juga mau berangkat lagi"
"Ko cepet ka?"
"Orang udah 2 hari dirumah"
"Oh iya tah" balas Aca yg merasa bingung baru dikabari ka Fadlan, padahal 2 hari lalu dia sudah di rumah
"Iya dek"
Aca hanya membaca pesan dari ka Fadlan, tetapi malamnya Aca membalas pesan tersebut
"Sekarang kaka dimana?"
"Masih dirumah"
"Oh belum berangkat?"
"Belum dek, besok pagi aja"
"Iya atuh ka"
"Iya dek"Esok siangnya..
"Skrg dimana ka?"
"Lagi di jalan dek"
"Masih jauh?"
"Lumayan lah"
"Hmm iya atuh ka, hati-hati dijalan ya. Awas nyasar lagi:D"
"Hehe iya iya dek"~~
Semenjak ka Fadlan membawa ponselnya ke pondok, mereka sering berbalas pesan walau percakapan nya 'gaje' alias gak jelas, dan dengan berbeda jam balasannya karna memang keduanya punya kesibukan. Apalagi ka Fadhlan yang tidak selalu stay dengan ponselnya seperti kebanyakan laki-laki diluar sana. Tapi semakin lama percakapan gak jelas itu hilang, tidak ada percakapan via phone lagi.
Kadang Icha berpikir sebenarnya dia dan ka Fadlan di pertemukan untuk disatukan atau hanya menjadi saudara seiman?
Di satu sisi seolah-olah ka Fadlan mempunyai perasaan apa yang Icha rasakan, di sisi lain sepertinya tidak mungkin seorang yang memang terlihat sholeh akan disandingkan dengannya.
Memang semuanya tidak ada yang tidak mungkin, semuanya akan mungkin jika Allah yang menetapkan kemungkinan itu.Terlintas dipikiran Icha untuk jauh dari ka Fadlan agar perasaannya tidak semakin dalam, karna dikhawatirkan jatuhnya zina baik itu zina mata, zina hati, zina pikiran. Tetapi sikap ka Fadhlan yang welcome and easy going padanya membuat Icha tidak ingin jauh dari lelaki sholeh, dan memang sepertinya jarang lelaki sholeh yang dekat dengannya. Dan semenjak kenal dengan ka Fadlan, Icha pun sedikit demi sedikit menambah pengetahuan umum maupun spesifik mengenai perihal agama, semacam sharing begitu mungkin.
Tapi..
Saat sharing pun Icha sadar tidak sadar sedang berkhalwat meski via phone, mungkin memang tujuannya baik karna banyak hal yang sepertinya ka Fadlan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang membuat Icha ingin tau apa jawabannya.
Setidaknya meskipun Icha tidak melanjutkan mondok di pesantren saat dulu lulus SD, dia bisa mendapat sedikit ilmu dari orang yang dekat dengan dirinya dan lebih memahami agama dibandingkan dengannya.~Icha~
Sebenarnya jika boleh jujur, aku tidak mau jauh dari ka Fadlan. Bukan karna ketampanan saja, tapi dari pengetahuan agamanya dia mendapat nilai plus buat dijadiin pendamping hidup.
Ah ichaa kamu ngomong apasih, ga usah mimpi terlalu tinggi deh nanti kalo jatoh sakit!***
1 tahun berlalu. Selama waktu 1 tahun itu, icha hanya bisa mencari tau kabar ka Fadlan dari rasa keponya, kepoin akun FB nya misal.
Hanya memantau saja, mulai dari yang tag dia, dia saling berbalas komentar, Icha tau. Kadang jarinya terpeleset menyukai komentar atau bahkan menanggapi komentar ka Fadlan dan teman-temannya, tujuannya (kadang) "semoga ka Fadlan chat", tapi kenyataannya nihil! :"D
Ingin berhenti berharap tapi rasanya susah kalau sering cari kabar lewat akun FB nya, padahal sudah tau pasti akan ada rasa nyesek tiba-tiba walau sedikit. Apalagi kalau ka Fadlan berbalas komentar dgn akhwat lain rasanya Icha seperti ada hawa panas gitu deh hmm.-***
1 tahun bukan waktu yang singkat untuk melupakan dan terbiasa tanpa dia. Sebenarnya kamu mampu tapi kamu tak mau. Kenapa?
Karna takut dia pergi dengan yang lain?
Karna takut tidak kebagian stok lelaki shalih?
Sayang,
Jangan pikirkan dia yang belum tentu memikirkan kamu juga.
Untuk sekarang lebih baik perbaiki saja lagi niatmu. Untuk apa dulu kamu hijrah?
Kemana istiqomah mu yang selalu kamu pegang kuat?
Apa karna dia kamu jadi berketergantungan seperti ini?
Luruskan lah niat mu lagi.
Shalihah kan dirimu lagi
Suatu saat pasti dia yang shalih pun akan datang untuk meminangmu ^-^
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Diamku (Diamku Menginginkanmu) [SELESAI]
Ficção AdolescenteAku tak tau apa yang harus ku lakukan saat aku menjatuhkan harapan padamu. Walau ku tau sebenarnya aku tidak boleh berharap pada makhluk Allah. Karna sebaik-baiknya pengharapan adalah berharap pada Allah subhanahuwata'ala. Dan harapan yang paling me...