Di meja yang terletak agak di dalam, Netta duduk dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Sudah lama dia ingin makan di kedai yang katanya paling antik di lingkungan PINUS ini. Ditambah, dia sudah berdamai dengan Aru dan Ray sehingga pagi ini terasa begitu menyenangkan.
Benar saja, interior penuh kayu bergaya vintage mendominasi. Entah mengapa, Ray begitu benci makan di sini. Apa makanannya tak seenak harapan? Namun, Netta sering melihat pembeli membludak di kala siang. Beruntung pagi ini tempat tersebut masih tampak sepi.
Netta bisa melihat semua meja dan kursi di sini berupa ukiran jati yang sangat indah. Bahkan, kamera CCTV di langit-langit kedai pun diberi hiasan ukiran kayu tipis di sekitarnya agar tidak terlihat mencolok dan terkesan modern. Dinding dipasangi papan tulis hitam berisi menu istimewa hari ini yang ditulis tangan hingga terlihat sangat menarik.
Bongko mento yang menjadi menu khusus camilan terlihat cukup menjanjikan. Bentuknya mirip nagasari, tetapi isiannya daging, jamur, dan terasa gurih. Lontong krubyuk juga tampaknya cocok untuk menu sarapan ditemani blenyik. Kombinasi lontong pedas dan gorengan teri hangat pasti luar biasa. Membayangkannya saja perut Netta sudah keroncongan. Namun, dia harus bersabar dan memesan bersama kedua sahabatnya nanti.
Netta tampak ceria ketika mendengar suara pintu terbuka. Akan tetapi, senyum itu menguap cepat ketika melihat siapa yang datang.
"Bonjour, La Chere!" Ale melangkah anggun diiringi selir-selirnya.
Netta baru saja akan berdiri ketika Cassandra menekan bahu cewek itu dan menyuruhnya kembali duduk.
"Mau ke mana, Darl?"
"Aku enggak mau ngobrol sama orang yang merasa lebih pinter, lebih cerdas, dan terutama enggak bisa bedain mana tugas yang dikerjain sendiri sama dibikinin orang lain!" Netta berusaha berontak, tetapi sayangnya, tekanan Cassandra juga cewek-cewek di sekitarnya membuat Netta tak bisa berkutik.
Alis Ale mengerut dalam. "Ah, ada tukang ngadu, ternyata." Akan tetapi, senyum memesona itu kembali terpasang. "Masa kamu percaya sama bualan mereka? Aku enggak mungkin begitu, 'kan?"
Netta terlalu malas untuk menanggapi cowok narsis sekaligus bebal di hadapannya itu.
Ale kemudian duduk dengan gaya bak raja di hadapan Netta. "Apa lo udah istirahat? Gue lihat lo udah segeran. Bisa tolong lanjutin warna? Nanggung. Tinggal dikit lagi selesai, 'kan?"
Netta merasa telinganya berdengung. Bagaimana bisa cowok di hadapannya begitu tebal muka dan masih meminta seperti itu. Lagi pula, apa-apaan sekarang dia membawa banyak sekali cewek-cewek? Apa Ale ingin dirinya cemburu? Jangan mimpi!
Ya ..., mungkin Ale tidak sadar kejadian kemarin sudah direkam. Namun, aneh jika Ale tiba-tiba membawa banyak sekali cewek saat ini, termasuk Cassandra, yang berani mencoba memukulnya di perpustakaan waktu itu.
Atau, jangan-jangan Ale sudah tahu Netta tak akan mau lagi membantu hingga cowok itu memikirkan cara yang lain? Netta merasa dirinya tak bisa mengalah terus.
"Kerjakan sendiri! Aku masih banyak urusan." Kali ini, Netta berusaha berdiri meski Cassandra masih terus memeganginya.
Saat itu, terdengar gebrakan di meja.
"Gue enggak nerima penolakan!" Ale bangkit. Tubuh jangkungnya menjulang ketika mendekati Netta yang kembali terduduk ketakutan. Cowok itu mencengkeram lengan Netta dan menariknya hingga cewek itu berdiri. "Gue udah bilang, cuma lo yang berhak nolong gue!"
"Tapi, aku enggak mau!" cicit Netta frustrasi.
Lengan kukuh Ale mengguncang-guncang bahu Netta hingga kepala cewek itu bergoyang-goyang seperti hiasan di dasbor mobil. Kepalanya terasa berputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[CAMPUS COUPLE] Shireishou - Eyenomaly
RomanceNetta buta warna parsial merah-hijau. Dunia Netta seakan runtuh. Cita-citanya masuk jurusan DKV terancam kandas. Beruntung dia bisa memalsukan surat keterangan kesehatannya dan lolos di Universitas PINUS. Takut kondisinya ketahuan, dia menjadi pem...