4 | Rooftop

510 55 5
                                    

"disakiti oleh orang yang kita sayangi rasanya emang berbeda"
-Stayya Megan-

***

Motor Anta sudah sampai di pekarangan rumah Ayya

"Thanks an"

"Oke, jangan bilang lo mau nunggu di luar rumah lagi"

Ayya terkekeh "enggak kok, kali ini lo boleh lihat sampai gue masuk rumah"

Anta hanya berdehem

Lalu Ayya membuka pintu pagar dan segera masuk ke rumah, sebelum itu ia sempat melambaikan tangan pada Anta

***

Saat sudah sampai di dalam rumah, Ayya dihadapkan oleh papa nya yang sudah siap memarahinya

"Ck ck ck, pinter ya sekarang, pulang sama cowok"

"Maaf pa, tadi itu teman Ayya dia--"

"Alah alasan kamu ya, mulai berani sekarang sama papa ha?"

"Enggak pa" ujar Ayya sambil menunduk

"Terus kenapa baju kamu kotor begini?"

"Iya tadi ada mobil lewat depan Ayya, terus di depan ada genangan air"

"Terus itu jaket pacar kamu itu? Iya? Udah berani di anterin cowok, udah ngapain aja? Dibayar berapa?"

"Papa kalo ngomong jangan sembarangan ya! Itu teman Ayya, Ayya nggak ada hubungan apa apa sama dia, dia lelaki baik nggak kaya papa!" Ujar Ayya dengan air mata yang sudah tidak bisa ia bendung

"Oh gitu, karena kenal sama dia kamu semakin melunjak ha? Dia yang ajarin kamu kaya gini"

"Hiks.. hiks.."

"Jawab!"

"E-enggak pa-pa, A-Ayya mi-minta maaf" ujar Ayya sesenggukan

Papa nya lalu memecahkan vas bunga yang ada didekat mereka lalu menggoreskan pecahan nya di tangan kanan Ayya

Ayya yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa meringis kesakitan
"Ash, sakit pa"

"Ini hukuman karena kamu udah berani lawan papa" ujar papa nya lalu pergi meninggalkan Ayya

Ayya terdiam ditempat, memandangi pecahan vas bunga itu, dia tersenyum, sangat miris

***

Sekarang Ayya sudah berada di depan kelas nya, ia memandangi perban di tangan kanan nya yang perlahan mengeluarkan darah merah

Ayya menghembuskan nafas pelan, ia harus bersiap diri dari pertanyaan Tari dan Eby, ia harus kuat, jangan menangis

Benar saja saat baru masuk ke dalam kelas, Tari dan Eby langsung menyerbu dia dengan berbagai pertanyaan

"Ayya lo kenapa?"

"Kok tangan lo diperban?"

"Heh kenapa dia?"

"Ih tangan lo merah"

"Gimana bisa itu?"

"Satu satu elah, main nyerocos aja" ujar Ayya

StayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang