Matahari telah memancarkan sinar terangnya, Adel pun bangun dari tempat tidurnya dan menghirup udara segar di pagi hari. Langkahnya ringan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap sebelum berangkat ke sekolah. Ia berpamitan pada ibunya dengan ramah sebelum mengambil sepedanya di garasi.
"Bu, aku mau berangkat dulu ya," ucap Adel sambil tersenyum.
"Iya nak, hati-hati di jalan," sahut ibu Adel sambil tersenyum penuh perhatian.
Adel memutuskan untuk pergi ke sekolah dengan sepeda kali ini. Saat dalam perjalanan menuju sekolah, dia melintasi taman kota dekat rumah mereka dan melihat Sahil sedang berdiri di sana, tampak sedikit murung.
"Sahil, kamu ngapain disini?" tanya Adel dengan rasa ingin tahu.
"Eh.. Adel," Sahil sedikit terkejut melihat Adel datang secara tiba-tiba.
"Iya, kamu ngapain disini?" tanya Adel lagi, mencoba memahami keadaan Sahil.
"Aku cuma ingin lihat-lihat taman ini aja," Sahil mencoba menutupi rasa sedihnya.
"Hmm.." Adel merasa ada sesuatu yang tidak biasa.
"Ya udah.. ayo kita berangkat ke sekolah," ajak Adel, mencoba mengalihkan suasana.
"Aku nggak bawa motor," kata Sahil dengan sedikit kecewa.
"Loh.. emangnya motor kamu di mana?" tanya Adel, penasaran.
"Dipakai ayahku kerja, soalnya motor ayahku lagi rusak," jelas Sahil dengan sedikit kesal.
"Ohh.. ya udah, naik sepedaku aja kita boncengan," tawar Adel dengan ramah.
Sahil pun dengan terima kasih membonceng Adel naik sepeda menuju sekolah, sementara pikirannya masih tergantung pada masalah motor dan beberapa hal lain yang membebani pikirannya.
Setelah sampai di sekolah
Setelah perjalanan mereka naik sepeda dan tiba di depan gerbang sekolah, Sahil dan Adel merasakan kelegaan. Sahil mengucapkan dengan suara lega, "Alhamdulillah, akhirnya sampai juga."
Adel hanya menjawab singkat, "Hmm.. iya," sambil mengangguk setuju.
"Ternyata naik sepeda seru juga," sahut Sahil, mengekspresikan kegembiraannya setelah sekian lama tidak mengendarai sepeda.
"Iya, emangnya kamu di rumah gak punya sepeda?" tanya Adel, ingin tahu lebih banyak.
"Punya sih, tapi jarang dipakai," jawab Sahil dengan sedikit malu-malu.
"Hmm.. kamu kalau naik sepeda enak juga, gak sekeras egomu," kata Adel sambil tersenyum, menggoda Sahil dengan cara khasnya.
"Hmm.. sudahlah kita masuk kelas," kata Sahil, mengakhiri percakapan mereka karena sudah sampai di depan kelas.
Mereka berdua pun bergegas menuju kelas mereka masing-masing, siap menghadapi hari belajar yang baru.
Sahil dan Adel mengucapkan salam kepada teman-teman sekelas mereka yang sudah berkumpul di koridor. Kella, salah satu teman mereka, memperhatikan kedatangan Sahil dan Adel dengan heran.
"Del, tumben kamu datang bareng Sahil?" tanya Kella, mencoba mencari tahu alasan di balik kebersamaan mereka.
"Kesambet," jawab Adel sambil tersenyum penuh arti.
"Kesambet apaan?" tanya Kella dengan wajah penuh tanda tanya.
"Demit dimar," jawab Adel sambil menggoda Sahil.
"Ya elah, bisa aja nih anak," komentar Kella sambil menggelengkan kepala.
Adel kemudian mendekati bangkunya dan duduk dengan santai. Ia memandang Sahil dengan tanya di matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SI HUMORIS
HumorSI HUMORIS bukan hanya tentang tawa dan canda, tetapi juga tentang persahabatan yang erat dan saling mendukung. Mereka saling menguatkan saat sedih, saling menghibur saat terpuruk, dan selalu ada untuk satu sama lain dalam suka dan duka. Kisah merek...