✰ dua

1.8K 374 42
                                    


ternyata tidak, lia malah pulang jalan kaki ke belakang kampus lewat gerbang lain menuju rumah kosong yang gak jauh dari kampus. dia menerobos masuk ke pager besi itu lalu harus melewati semak berduri yang tinggi, sebelum akhirnya tiba tiba saja muncul di sebuah desa era 80'an yang kecil dan sepi.

lia kemudian melepas sepatunya, berjalan ke arah timur dan melewati jalan setapak penuh lumpur. gadis itu duduk dekat orang orangan sawah dan menatap langit.

"gimana caranya ya bisa langgeng kea orang orang?"

"tiap cowok yang pacaran sama gue pasti dia duluan yang mutusin gue."

"emang gue kurang apa?"

"apa standar gue terlalu tinggi ya?"

"woi mikirin apa?"

lia menoleh, gadis jangkung yang lebih muda darinya datang dengan setelan piyama hitam putihnya dan rambut acak acakkan.

"ngapain kesini? mau jadi kalong? awas nanti bajunya kotor." tanya lia.

"hei, justru gue ya yang nanya ke elo, ngapain jam 11 malem nongkrong dipinggiran sawah? mau nyangkul?" tanyanya balik, ikut duduk di sebelah lia.

"lo pernah gak sih ngerasain pacaran?" tanya lia random setelah lama saling diem.

cewek itu menyerngitkan dahinya, kemudian wajahnya datar lagi. "pernah, sekali. kenapa? diputusin lagi?"

"enggak, cukup yoshi yang terakhir. gue aneh sama mereka yang pernah pacaran sama gue. mereka kayak ngehindar gitu, bilang kalo gue aneh lah, itu lah. padahal niat gue ngedeketin mereka lagi tuh cuma pingin temenan, bukan karena udah mantanan jadi musuh."

"menurut lo, gue aneh gak sih?"

"yaa mungkin selain suka nolak ngedate kalo gak tengah malem sih, kayaknya gak ada lagi. anehnya cuma disitu."

"ya emang kenapa kalo tengah malem? lebih seru malah." timpal lia ketawa kecil.

"YA IYA LAH seru, lo maennya sambil gitu gitu 'kan ngaku deh lo!"

"ngaco banget otak lo, yunaaa! dasar ya adek kurang ajar!" lia ngejar yuna yang lari menuju rumahnya.

tapi serius, lia masih kepikiran.

not playgirl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang