Song Mingi bodoh! Dia bahkan lupa kapan ia harus pulang ke rumahnya, dia terlalu menikmati waktunya di tanah kelahiran mantan kekasihnya dengan ditemani Ten, yang sialnya terlihat sangat mirip dengan mantan kekasihnya itu.
Wooyoung bingung, ia tak tahu harus melakukan apa. Pekerjaan mereka di daerah itu sudah selesai sejak tiga hari setelah mereka datang ke sana. Namun sepertinya Mingi berniat menambah harinya untuk berlibur, karena sebelumnya ia berkata kalau mereka berdua hanya akan menginap di sana selama seminggu, tapi sampai dua minggu ini Mingi tak berpikir sama sekali untuk pulang.
Begitu Wooyoung mengajak Mingi untuk pulang, pria Song itu selalu mengatakan kalau ia ingin lebih lama menemani San, padahal kenyataannya ia selalu mengikuti Ten kemana saja, termasuk ke toko bunga yang pernah dikunjunginya milik pria itu.
"Mingi, sudah cukup!" Mingi hendak keluar kamar setelah memakai jaketnya. Ia hendak ikut dengan Ten menuju toko bunga, namun Wooyoung menahannya dengan menghadangnya di depan pintu kamar.
"Apa?"
"Sudah cukup bermainnya, kita harus pulang sekarang." mendengar penuturan Wooyoung, seketika tatapan Mingi langsung menajam. Pria Song itu menatap Wooyoung tak suka.
"Kau ingin pulang? Silakan pulang dan bawa mobilku." setelahnya Mingi mendorong Wooyoung agar tak menghalangi jalannya. Namun Wooyoung tak kehabisan akal, ia menahan Mingi lagi dengan mencekal tangan pria itu.
"Apa maumu, Wooyoung?!"
"Harusnya aku yang bertanya... Apa yang mau kau lakukan? Apa kau sudah jatuh padanya?" Wooyoung sudah kesal setengah mati, bahkan ia bertanya dengan nada sedikit membentak.
"Iya." jawaban singkat yang Mingi lontarkan ternyata langsung menyulut emosi seorang Jung Wooyoung hingga akhirnya satu tanganya terangkat memberi bogem pada wajah Mingi.
"PIKIRKAN ISTRIMU, SONG MINGI!" dada Wooyoung naik turun, nafasnya tidak teratur. Ia tak habis pikir dengan pria yang tersungkur di depannya itu.
"Jeong Yunho? Kau sedang membicarakan dia? Hahaha." Mingi bangkit lalu dengan kasar menarik kerah Wooyoung.
"Dengarkan aku, Jung Wooyoung! Kau pikir aku sudi menikahinya, kau pikir aku menikahinya atas dasar cinta? Kau salah besar, Boy..." Mingi menjeda kalimatnya sejenak dan melepaskan cengkramannya pada pakaian Wooyoung dengan kasar.
"... Aku menikahi Yunho hanya karena permintaan terakhir San, dia yang menginginkanku agar menikahi Yunho." Wooyoung terdiam mematung, ia sedikit tak menyangka kalau Mingi tak memiliki perasaan apapun pada istrinya, Jeong Yunho.
"Hah! Aku benar-benar bodoh, bagaimana bisa aku menuruti kemauan terakhir San yang terdengar sangat gila bagiku?" Mingi menatap Wooyoung dengan seringaian andalannya yang mampu membuat siapapun ciut ketika melihatnya, terkecuali Wooyoung.
"Dengarkan aku!... Aku tak punya perasaan apapun pada Yunho. Ingat itu, Jung Wooyoung!" manik Wooyoung mendelik terkejut, bukan karena penuturan Mingi, tapi karena melihat sosok yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Mingi-ah?" Mingi terdiam, ia terkejut tapi tak menunjukkan reaksi apapun. Badannya berputar menghadap ujung tangga, di mana ada Ten dan istrinya yang berdiri menatapnya dengan keterkejutannya.
"Yunho?... Akh!"
⭐⭐⭐
"Kerja bagus, terimaksih sudah membantu."
Bangchan menampilkan senyum kemenangannya ketika seseorang di seberang sana memberitahukan apa yang tengah terjadi sesuai rencananya.
"Hey, apa kau bercanda? Tidak perlu berterimakasih, karena kita sama-sama menginginkan salah satu dari mereka. So, santai saja."
"Haha, kau benar-benar yang terbaik. Aku berhutang budi padamu."
"Ah sudahlah, kau akan membuatku jengkel kalau terus berkata seperti itu."
"Maafkan aku."
Bangchan tak mendapat sahutan, hanya kekehan kecil yang ia dengar dari lawan bicaranya di telfon.
"Oh ya, sudah dulu. Aku harus mengurus kekacauan ini, mereka benar-benar sangat rusuh di rumahku."
"Baiklah, tolong jaga milikku di sana. Jangan sampai ada luka sedikitpun padanya."
"Kau bodoh, Chan. Tentu saja dia terluka, maksudku hatinya yang terluka."
"Kalau hati tidak apa-apa, sebentar lagi aku yang akan menyembuhkannya."
"Ya ya, terserah kau saja. Sudah, akan kututup telfonnya."
Tutt.. Tutt..
Begitu panggilan berakhir, tawa kemenangan pun langsung meluncur dari bibir Bangchan. Sedangkan seseorang yang sedari tadi memperhatikannya itu justru menatapnya ngeri.
"Astaga, ada apa dengannya? Apa dia masih waras?" -Han Jisung.
Tbc🔜
Horeee, udah mo konflik gaess:v
Siap² ya. Mungkin ntar bisa bikin mewek deh:vTapi tergantung kalian mo mewek ato nggak sih:v
Dahlah, see you all~
Janlup voment yak:')
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 3. FEAR; MinYun (yungi)
FanfictionRasa takut ketika aku menyakiti perasaannya, dan mungkin ia akan berpikir untuk kembali pada masa lalunya... Warn-! - bxb - Smg: top Jyh: bot start: 22-01-2020 end: 03-05-2020 *ps: Next story of FEAR 1