➖ XIX

1.7K 184 18
                                    

"Hyung, suruh orang-orangmu menghadang di bandara, sekarang!"

"Yak! Ada apa ini?!"

"Bangchan kabur, dan dia sedang menuju bandara sekarang. Ayolah Hyung, kita tidak punya banyak waktu sekarang."

"Okay, aku segera ke sana."

Tutt... Tutt...







Usai menghubungi sahabatnya, Mingi pun menghelas nafasnya dan kembali menyimpan ponselnya di saku jaketnya.

"Percepat lagi, Wooyoung. Aku tak ingin Yunho kenapa-napa." tanpa meenyahut, Wooyoung pun segera menambah kecepatan mobil yang dikemudikannya. Biarlah keselamatan mereka terlupakan, yang penting mereka harus tiba di bandara secepat mungkin.

"ASTAGA, WOOYOUNG! AKU MASIH INGIN HIDUP. JONGHO MAAFKAN AKU KALAU AKU PERGI— Hmph!" pekikan Yeosang tiba-tiba tertahan kala Mingi menyumpal mulut Yeosang dengan sebuah roti yang sebelumnya hendak ia makan.

"Diamlah, Kang! Kita tidak akan kecelakaan kalau Wooyoung yang menyetir."

"Twapi, itwu twak—" Mingi menoleh kesal ke arah Yeosang yang tengah berbicara sembari mengunyah roti miliknya.

"Telan dulu makananmu!"

"Tapi itu tak mengurangi resiko kecelakaan bodoh!" sahut Yeosang setelah menelan paksa roti yang ia makan, karena ia belum mengunyah seluruhnya, jadilah sedikit susah menelannya.

⭐⭐⭐

Begitu tiba di bandara, Bangchan pun sempat menyuntikkan obat tidur pada Yunho agar pria itu tak berontak saat ia gendong dan mungkin akan menarik banyak perhatian.

Setelahnya ia melepas ikatan pada tangan dan kaki Yunho sebelum melangkahkan kakinya keluar dari mobil itu dan memasuki bandara.

"Cepat Chan! Mingi menyusul kita, bodoh!"

"Ck, iya." Bangchan pun mengikuti langkah Ten tanpa terburu-buru seraya membawa Yunho dalam dekapannya. Namun keduanya terpaksa berhenti kala tiba-tiba banyak sekali orang berpakaian hitam yang menghadang jalannya.

Bangchan mengernyit bingung, siapa mereka? Apa mereka anak buah Ten?

"Kalian anak buah Ten, kan? Kenapa menghalangi jalan?!" tanya Bangchan dingin sembari melirik orang-orang itu yang jumlahnya kira-kira ada 50 orang.

"Mereka bukan anak buahku." sahut Ten yang sukses membuat Bangchan mendelik terkejut.

"A-apa?"




"Mereka anak buahku." Bangchan dan Ten kompak menoleh ke belakang mereka, tepat di mana Mingi dan ke-empat sahabatnya berdiri dan menatap tajam keduanya.

Bugh!

"Enak saja, mereka itu anak buahku." sungut Hongjoong tak termia setelah memukul kepala bagian belakang Mingi.

"Ck, iya-iya aku tahu." Mingi pun mengelus kepala belakangnya yang terasa nyeri akibat pukulan Hongjoong. Mingi heran, kenapa orang seperti Hongjoong mempunyai tenaga sebesar itu? Bahkan itu tak sepadan dengan tinggi badannya.


"Cih, kau ingin main keroyokan? Dasar pecundang." Mingi menegakkan kepalanya, menatap tajam Bangchan yang baru saja berujar padanya.

[✔] 3. FEAR; MinYun (yungi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang