Pertemuan Pertama

36 2 0
                                    

Mendengar namamu saja aku sudah bahagia. Apalagi bisa mendengar suaramu dengan durasi panjang.

- Alina Adriana Faranisa


Seperti biasa saat sinar sang mentari mulai begitu menyengat, aku mulai keluar dari zona ternyaman, mana lagi kalau bukan kos tercinta. Dengan langkah agak berat, kucoba untuk terus berjalan menuju Gedung A ; tempat di mana kelas khusus Bahasa Inggrisku berada. Tak hanya itu, kucoba mencari feeling good dengan melihat langit yang indah. Ya kali, masih hari pertama pertemuan udah bosen aja.

For your information, di kampusku ada yang namanya kelas program khusus Bahasa Inggris yang diperuntukan untuk MABA di setiap harinya. Ya, MABA. Mahasiswa basi yang sedang menempuh semester tiga. Program itu wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa semester tiga dari fakultas apapun, tanpa terkecuali. Kenapa? Karena kampusku adalah kampus Bahasa, kampus bertaraf internasional.

*__*

Ternyata kelas mulai ramai ketika aku sampai di depan pintu. Mungkin banyak dari mereka yang sebelumnya ada kelas mata kuliah lain. Tidak seperti aku yang sebelumnya kosong. Tanpa ragu, aku pun masuk dan segera menuju tempat duduk yang kosong. Tentunya mencari tempat yang ada di baris agak belakang. Untung lagi kalo ada tempat kosong sebelah dinding. Aduh, bersyukur banget aku tuh.

Bagus, sepasang mataku berhasil menangkap tempat duduk idamanku. Tanpa berpikir lama, aku pun berjalan menuju baris keempat sebelah dinding. Yeaah, strategis biar bisa baca novel. Ya mau gimana lagi? Hari pertama belum kenal siapapun. Kenal sih, anak sejurusan. Tapi ya belum akrab jadi kurang nyaman, Cuma sekedar pernah liat tampang-tampang mahasiswa jurusan Sastra Inggris.

Kenapa bisa aku ngerasa sendiri di kelas? Masalahnya, temen sekelas regulerku ga ada satu pun yang masuk kelas ini. Ya karena kelas khusus Bahasa Inggris ini semuanya lintas fakultas. For your information, sebelum mendapatkan kelas masing-masing, mahasiswa semester tiga se-kampus di placement test agar kelas yang diperoleh sesuai dengan kemampuan otak masing-masing.

15K2BI-1

Ada tulisan seperti itu di bangku yang sedang kutempati. 15 adalah nama tahun angkatan. Ya, aku adalah mahasiswi semester tiga. K2BI adalah singkatan dari Kelas Khusus Bahasa Inggris. Dan -1 adalah kelas unggulan Bahasa inggris seangkatanku.
Beberapa menit kemudian, datanglah dosen yang sedang memakai baju warna abu-abu dengan sepatu hitam yang masih kinclong.

"Hello every body,” sapanya saat baru duduk di kursi.

Hello, Sir.” Hampir semua isi kelas, begitu juga aku menjawab serentak sapaan.

Because this is our first meeting, we should use it for intruductions. What do you think about it?” Dosen tersebut terlihat sangat antusias dengan pertemuan pertama ini. Entah, aku seperti biasa aja. Rasanya, udah bosen ketemu Bahasa Inggris terus. Yaelah emang udah risiko pilih program studi Sastra Inggris. Mau gimana lagi? Batinku mulai bertanya dan menjawabnya sendiri.

Sesuai dengan kesepakatan, akhirnya kelas ini mengisi pertemuan pertama dengan perkenalan. Satu per satu mahasiswa maju ke depan untuk memperkenalkan dirimya, dan Pak dosen menghendaki sesuai urutan nomor absen.

Otomatis aku awal-awal majunya, desisku.

Alina Adriana Faranisa,” panggil bapak dosen sambal celingukan mencari keberadaan pemilik nama. Dan beliau pun menganggukkan kepala ketika melihatku mengangkat tangan.

Giliranku pun tiba, kataku dalam hati. Dengan santai, aku pun berdiri dan mulai berjalan ke depan papan tulis.

“I will introduce myself. My name is Alina Adriana Faranisa. You can call me Alina. I’m from an English literature study program. Glad to be in the same class as you guys,” jelasku dengan suara yang begitu lantang dan tentunya diucapkan dengan nada yang ramah.

You are so beautifull,” puji salah satu teman laki-lakiku yang duduk di barisan paling depan, tepat di samping dinding. Aku belum mengenalnya, sepertinya bukan sejurusanku. Dan aku pun hanya terkekeh mendengarkan pujiannya.

Setelah kurasa cukup untuk perkenalan, aku pun kembali ke tempat dudukku dan kembali membaca novel.

Sesi perkenalan pun berlanjut ke nomor absen berikutnya. Tentunya, sampai semua mahasisa mendapatkan gilirannya. Tanpa peduli, aku masih terus saja membaca novel yang lagi parah-parahnya episode.

"Andi Adira Fairuz,” panggil pak dosen. Dan entah mengapa aku berhenti membaca novel dan mengalihkan pandanganku ke arah laki-laki yang sedang berjalan menuju papan tulis. Sungguh, netraku menangkap perjalanan indah ini cukup lama karena tempat duduk laki-laki itu di barisan paling belakang.

Namanya terdengar indah, seruku dalam hati.

Dia beda dari yang lain, simpulku ketika melihat penampilan awalnya. Dan aku yakin bahwa kenyataannya memang seperti itu.

"Iya nih. Aku perhatiin dia paling beda dari yang lain.” Ada suara yang tiba-tiba merespon ucapanku. Aku baru sadar ternyata suaraku masih bisa didengar orang lain. Padahal tadi aku bicara pelan dengan diriku sendiri.

Hello guys, My name Andi Adira Fairuz. You can call me Andi. I’m from sociology study program. Nice to meet you all.” Dia menjelaskan seolah-olah dia adalah pemimpin rapat penting di suatu kantor. Nada bicaranya teratur, sikapnya yang perfect, dan auranya menarik seperti pengusaha bijaksana.

Sepertinya dia adalah sosok yang kucari

“Aku Lia. Kamu Alina ya?” Ada tangan yang mulai mengulur di depanku.

“Eh iya aku Alina. Kamu siapa?” Tanyaku balik. Karena jujur dari tadi aku belum mengenal siapa pun kecuali Andi yang barusan aku perhatikan.

"Sepertinya aku pernah melihatmu. Kamu anak Sastra Inggris kan ya?” Tanyaku lagi saat mulai menatap wajahnya yang sepertinya tidak asing bagiku.

"Iya, aku Sastra Inggris kelas C,” jawabnya santai dengan ekepresinya yang ramah.

“Alina kelas A kan? Golongan mereka yang udah pro hihi,”

“Pro apa hei? Pronoun? Hihi,” responku sambal tertawa kecil membalas pujian Lia.

“Nah kan, masak iya gurauan aja bawa-bawa Bahasa Inggris juga.”

“Ih Lia, udahan deh. Kalah terus aku.”

Akhirnya, aku menemukan teman bicara di kelas ini. Kenalanku dengan Lia menjadi peluang untuk akrab dengan yang lainnya juga karena sudah merasa ada temannya di mana Aku dan Lia bertukar nomor handphone untuk saling chattingan via WhatsApp.

Hello, call me Mr. Anton. I am lecturer in the English literature Study Program. Is there a study program in English literature here?” Mr. Anton pun berdiri di depan kelas dan berbicara tegas. Selain nama, beliau juga menjelaskan riwayat pendidikannya dan perjalanan singkat hidupnya sebagai motivasi generasi yang di bawahnya.

Oh ternyata dosen keluarga Sastra Inggris. Tapi belum pernah liat ya?

Certainly, Sir.” Salah satu teman laki-laki menjawab.

You?” Mr. Anton mulai berjalan menuju barisan kedua, barisan di mana ada laki-laki yang menjawab pertanyaan Mr. Anton tadi.

Yes, Sir.

– @fanuriahaf_

Gimana ceritanya?
Jawab dengan komentar ya :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Not HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang