"Terkadang adanya perselisihan
Akan memperkuat suatu hubungan"***
Bug bug bug
"Hhh, pak Yono jahat banget sih masa seorang Anggelin Cheva yang cantik nan unyu ini di suruh natain buku kek gini," -Ucap Elin sambil menumpuk beberapa buku dengan kasarnya.
"Yaelah lin! Lu daritadi ngomong mulu gak ada berhentinya, lo itu keturunan mana sih? Kandang bebek? " - Ucap Erica yang berdiri tepat disamping nya
"Dah sih diem! Hhh mana AC nya belum nyala lagi. Ini perpus atau neraka?? Panas banget" -Elin
"Lo belum bayar SPP kali, jadinya Sekolah nggak kuat bayar listrik"-Erica
" ERICAAA! BISA DIEM GA SIHH?!" -Elin
"Ssstt!!"
"Ekh iya maaf Bu perpus, keceplosan, abisnya dia nyebelin Buu"-Elin
"Ekh harusnya lo yang diem, noh liat kacamatanya bu perpus berkilau karna ngliatin lo!" -Bisik Erica Pada Elin
"Lagian lo ga usah kebanyakan ngeluh. Liat sisi baiknya kita gak ikut pelajaran," -Erica sambil tersenyum sinis
"Yee gue itu anak teladan! Gue gak mau ketinggalan pelajaran! EmangNya elo?! " -Elin
"Teladan darimana? Dari ketek gorilla? Orang lo tidur terus setiap pelajaran,dasar kaum rebahan"-Erica
"Lo merhatiin gue? Ciee naksir yaa? Baru nyadar kalo gue ni cantik? " -Elin
"Dih kepedean lu! Lo itu ngorok tau gak! Kenceng banget sampe telinga gue kedengeran"
"WHAT?! GUE NGOROK?"
"Ssstt!"
"E.. Eh.. Iya bu maaf janji gak akan diulangin lagi kok hehehe"
"Gue ngorok? Dih ngaco lu!"
"Yaelah lo kira gue budeg? Jelas jelas lo kaya kebo!"
"Tapi karena gue yang baik hati dan tidak sombong ini jadi gue gak mau bangunin lo, siapa tau lo lagi mimpi indah. Baik kan gue?? Gak kaya lo!" -Ucap Erica sembari pergi membawa beberapa buku dan menghampiri Avia di rak buku sebelah utara.
***
Masa iya gue ngorok? Kok gue gak kerasa yaa? -Elin terus bergumam. Memikirkan apa yang tadi Erica katakan sambil menaruh satu per satu buku ke rak.
Kalo memang iya, abis reputasi gue sebagai ketua The Unyuz, Arghh!. Kini ia menenggelamkan kepalanya ke buku yang ia taruh di rak tadi. Dan tiba-tiba...
Dug!.
aduhh kok gue seharian ini kebentur terus sih dan sama-sama gara gara buku! Lagian siapa sih yang ngambil buku kasar banget -Gumam Elin sambil mengelus keningnya yang terbentur rak buku.
Dia pun segera mengangkat kepalanya untuk mengetahui siapa pelakunya. Dan benar saja diseberang sana ada seseorang. Tapi entahlah Elin ingin marah atau justru senang karena seseorang itu adalah...
"Hito! Aku gak percaya kita ketemu disini, mungkin kita jodoh deh! " Ucap Elin dengan senyuman termanis nya.
Kini ia harus memutari rak itu untuk berdiri tepat disamping Hito.
"Lo ngapain muter-muter" -Hito
"OMG! jangan kan muterin rak buku, muterin sirkuit sambil lari maraton aja Elin mau kok buat Hito"
"Serah"
"Oya kamu ngapain disini? Kamu mau baca buku? Atau pinjem buku? Atau... Mau ketemu aku? "
"Enggak"
"Trus ngapain?"
"Bukan urusan lo"
Kini Hito pergi sambil membawa tumpukan buku, dan Elin seperti anak ayam yang selalu membuntuti induknya. Ya, dan induknya itu galak.
"Oya kamu gak minta maaf sama aku? Gara-gara kamu aku tadi kejedot rak tauu"
..... Elin seperti lagi bicara sama patung berjalan!
"Hito? Hitoo! Kamu mati atau gimana sih?"
"Tapi walaupun kamu mati, kamu masih hidup kok dihati aku,hehehe"
"Hito!" Dia hanya diam "Hito sayang"
Dug! Lagi lagi kepalanya terbentur. Dan kini membentur sesuatu yang mendadak berhenti tanpa ada lampu merah. Itu punggung Hito
Brak! Dia menjatuhkan semua buku yang ia pegang dan berbalik, menatap kedua iris coklat milik Elin.
"Jangan lagi manggil gue Hito! Apalagi dengan kata menjijikkan itu!" Bentaknya
Hito berbalik lagi dan mengambil semua buku tadi. Elin mematung, bukan karena marah tapi justru senang karena Hito berkata panjang lebar, tidak seperti biasanya.
"Kata yang mana Hito?"
"Barusan"
"Aku lupa barusan ngomong apa. Coba kamu ulang, kamu denger kan?"
"Enggak"
Kini Hito keluar dari pintu itu dan Elin masih ingin mengikutinya. "Hito! Hito sa..... Aww" Tiba-tiba Erica menarik rambut panjangnya.
"Eitt mau kemana lo? Hukuman kita belum selesai, main kabur kabur aja!"
"Ihh, siapa yang mau kabur" Ucap Elin sambil menepis tangan Erica. "Ganggu waktu romance aja lu, kaya pelakor!" Lanjutnya
"Dih aneh, kesurupan setan pojokan perpus lo!"-Erica sembari pergi
"Hito, kamu itu kaya hujan badai. Dingin dan menakutkan" -Elin sambil memandangi punggung Hito yang semakin menjauh
"Tapi percayalah aku akan jadi pelangi, yang mengakhiri hujan badai itu menjadi kehidupan yang penuh warna"
***
Pencet bintang dibawah pleasee
Maaf ya kalo masih garingg
Happy read❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Goals
Teen FictionDulunya aku tak percaya akan sahabat Karena tidak semua setia Ada juga yang akan lupa nantinya Tapi, berkat dirimu Kini ku tahu apa arti sahabat Yang sebenarnya Yang slalu ada setiap saat Yang menolong ku dari jurang kesedihan Bagaikan mentari Yang...