Maira pergi dari rumah Gladys dengan perasaan bercampur aduk, dia senang sudah mengetahui kisah Gladys walaupun belum semua yang dia ketahui. Tapi dia merasa miris dan sedih juga dengan kehidupan gadis ini, dia tidak percaya kalau ayahnya Bas lah yang memang pelaku dari pembunuhan Gladys.
"Pasti bukan ayahnya kak Bas," ucap Maira pada dirinya.
Maira menunggu angkutan umum di halte, ada tiga orang preman menghampirinya.
"Neng, malam-malam begini mau kemana?," ucap salah satunya.
"Iya nih, mau abang anterin nggak?," sahut yang lain.
Maira merasa sangat takut rasanya ia ingin terbang saja supaya cepat sampai ke rumahnya. "Mau pulang, bang."
"Yuk, abang anterin yuk," menggenggam tangan Maira.
Maira segera menepis tangan pria itu, "ng-nggak! Nggak usah."
"Sombong amat sih, neng. Udah ayok abang anter," ketiga pria itu menarik tangan Maira, memaksanya.
"Nggak! Tolonggggg...," teriak Maira dan tiba-tiba saja entah darimana seorang laki-laki muda dengan wajah tampan menolong Maira layaknya karakter super hero Spider-Man.
"Kak Bas..." Maira menepikan dirinya menjauh dari perkelahian itu.
Baskara menghajar ketiga preman tersebut, "pergi lo semua!," teriak Baskara dan tiga preman itu berlari menjauh dari mereka berdua.
Baskara menoleh pada Maira, "lo gapapa?."
Maira masih merasa takut dengan kejadian tadi, jika hal negatif yang di bayangkan oleh Maira itu benar terjadi entah hidup Maira akan seperti apa setelahnya.
Maira refleks memeluk erat Baskara, "kak, jangan tinggalin Ira, ya. Aku takut...," ucapnya dengan nada pelan.
Baskara merasakan ketakutan Maira itu, "udah ayo, lo gue anter."
Maira mengangguk pelan dan melepas pelukannya dari Bas, gadis itu melihat wajah Bas memar.
"Itu wajah kakak jadi memar gitu. Nanti Ira obatin, ya."
"Gak perlu. Motor gue di kafe seberang, btw kalau lo masih takut genggam tangan gue aja," ucap Bas tanpa menoleh pada Maira.
Maira mengusap air mata yang baru saja meluncur halus di pipinya, "tapi itu perlu di obatin, kak."
"Udah nggak usah bawel. Penawaran gue cuma sekali, nggak mau yaudah."
"Iya iya, Ira mau." Maira bergegas menggenggam erat tangan Bas, kali ini dia benar-benar dekat dengan Bas. Sedekat urat nadi.
♡♡♡
Rumah Maira.
Baskara berhenti tepat di depan rumah Maira, "disini rumah lo?.""Iya, kak," Maira turun dari motor.
Maira melepas helm nya, "makasih banyak ya, kak."
"Banyak?."
"Iya. Makasih untuk tolongin aku dari preman tadi, makasih untuk tumpangan pulangnya, dan makasih untuk genggam tangannya," jelas Maira sembari senyum-senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUNGGU KAU CINTA [Zarangga Story] Completed ✔
Teen Fiction"Kalau Ira bisa pilih sama siapa Ira bakal jatuh cinta, Ira akan pilih untuk jatuh cinta sama orang yang juga mencintai Ira dibanding orang yang sama sekali nggak memiliki perasaan yang sama seperti Ira. Cinta bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan...