Varaya baru saja memasuki kantor tempat ia bekerja, tapi ia dibuat bingung dengan tatapan heran dari semua karyawan. Entah dari mulai satpam hingga atasannya. Ia membuka cermin dan melihat tak ada yang aneh dengan wajah dan tampilannya, ia seperti biasa menggunakan kemeja yang di tutupi outer lalu celana jeans berwana hitam.
Varaya duduk tak mau ambil pusing dengan keadaanya sekarang.
Merasa terganggu dengan seseorang yang telah menarik headset nya, varaya mendengus kesal. "Ngapain lo nya ganggu gue?" Anya sungguh aneh dengan vara, apakah ia tak menyadari dengan tatapan semua orang di kantor sekarang. "Varaa, lo ga nyadar atau emang lo ga punya indra perasa?" Anya masih anteng menempelkan tangannya di dahi vara yang tak panas.
Masih dengan vara dan anya, seorang kryawan memberi tahu vara jika ia dicari seorang bos besar. Vara bingung padahal ia sudah selesai dan mengirim naskah wawancara ke email atasannya. Dengan tatapan penasaran semua karyawan yang ada di ruangan tersebut melirik vara.Vara menarik nafas dengan kasar melihat atasan yang memanggilnya sedang duduk menbelakanginya, ingin rasanya ia bunuh dan jadikan daging cincang untuk makanan singa dihutan. "Varaya Andiana, hemmm" bingung itu yang dirasakan varaya, kenapa bosnya tiba tiba memanggil namanya dengan lengkap, tunggu ia menyadari ada yang aneh dari suara dan bentuk tubuh bosnya.
Perasaan kaget dan bingung itu yang ada dibenak varaya, ia mencoba mengingat siapa lelaki yang ada dihadapanny. Varaya si pelupa itu julukan yang ia berikan untuk dirinya sendiri.
Mereka keluar dan duduk di kantin depan perusahaan, tak ada yang berani memulai percakapan. Merasa canggung dan bosan vara melirik jamnya dan memutuskan beranjak dari tempat duduknya. "Makasih pa sudah mengembalikan kartu nama saya dan minumannya" lelaki dihadapannya tersenyum dan menyusl vara.Megazine Corp
"Lihat siapa yang abis dideketin bos?" Teman temannya tak henti henti menggoda vara, sedangkan vara acuh saja. Masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan.
"Jadi ra, siapa nama bos yang nyamperin lo?" Anya berbinar binar menunggu jawaban dari vara, siapa tau saja vara menolak dan memberikan kesempatan untuknya berkenalan.
Plukk "vara ngapain lo timpuk gue" vara tersenyum tak berdosa pada Anya, "gue lupa nanya nama dia. Sana lo pergi ah"
Anya tak menyangka dengan sikap vara, bagaimana mungkin bisa di lupa menanyakan nama lakilaki tampan yang mencarinya. Sepertinya Anya harus membawa vara ke spesialis otak atau psikolog.
KAMU SEDANG MEMBACA
INGKAR - END
Teen FictionLuna Kalau Senja Merah Luka -Sal Pribadi Akhir tanpa awal</3