Tuttt tuttt bunyi tanda panggilan masuk membangunkan varaya di pagi buta seperti ini. Ia sudah yakin jika ini ulah bos terkampretnya, membangunkan orang seenaknya dan yang ia tanyakan hanya naskah naskah dan naskah. Ia tak pernah peduli dengan otak vara yang hampir stress dengan semua ocehannya.
"Udah saya kerjain bos, masih aja ganggu ornag tidur. Ini belum masuk jam pekerjaan pa" tak peduli mau ia dipecat atau tidak, yang penting vara mendapat keadilan. "Halo, varaa? Kamu masih tidur?" Deg astaga vara terdiam membisu dan melihat nomor yang terpampang jelas di layar hpnya, apakah ini nomor lelaki itu, betapa malunya vara baru bangun lamgsung marah marah. "Haloo varaa?" Sahut lelaki yang membuat jantung vara berlari maraton "i-iyaa, siapa ya? Maaf kirain tadi bos yang telpon." Suara gelak tawa terdengar disebrang sana "ini aku Falano, tadinya aku mau ngajak kamu bareng ke kantor. Soalnya kantor kita searah ko" Falano, falano siapa rasanya ia tak punya teman bernama falano. Tak mau ambil pusing ia mengiyakan dan menutup telepon tersebut.Sudah siap dengan pakaian andalannya, kemeja berbalit outer dan disandingkan dengan celana jeans ini lah vara. "Heii maaf lama?" Lelaki yang sedang melihat jam digerbang tersebut menoleh ke sumber suara "Fa-Falano? Oh bapa namanya falano?" Falano hanya tersenyum ramah dan menyuruh Vara masuk ke mobilnya.
Sepanjang jalan mereka berbincang, entah tentang kesukaan, phobia, keinginan dan yang lainnya. Menurut Falano, vara orangnya enak diajak mengobrol dan humoris tapi dia keras kepala, apa yang menurutnya A harus A tapi karena kesabaran Falano, ia membuat vara bungkam dan menurut walaupun harus dengan beberapa kali ucapan.
"Oh iyaa, pak Falano saya turun dulu, terimakasih tumpangannya" vara beranjak pergi namun tangannya di tarik Ano. "Tunggu, jangan panggil saya bapak, umur saya beda beberapa tahun ko dari kamu var" vara tertawa sendiri menertawakan sikap Falano "haha iya iyaa, gimana kalo aku panggil kaka aja?" Falano mengangguk tanda setuju, lebih baik dipanggil kakak daripada bapak ucapnya dalm hati.Suasana hati Varaya dan Falano jadi membaik usai kenalan yang mereka anggap indah tersebut. Dalam hati kecilnya Vara mengatakan ingin membuka hati untuk Falano, jika Falano terus mengejarnya. Semoga hatinya tak kecewa teramat dalam untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INGKAR - END
Teen FictionLuna Kalau Senja Merah Luka -Sal Pribadi Akhir tanpa awal</3