"Liat, siapa nih yang abis dianterin bos tajir di sebelah perusahaan kita" Tak henti hentinya Anya dan teman temannya menghoda Vara. "Ya jelas dong, seorang Vara nanti ga akan jomblo lagi kek kalian" tawa vara menggelegar yang dihadiahi jitakan dari mereka. Jika benar Falano adalah seseorang yang dikirim tuhan untuk jadi jawaban Doa vara, ia minta agar hatinya siap patah saat tahu kenyataan jika Falano hanya sekedar singgah.
12.00
Vara meregangkan otot tangannya, setelah capek mengetik naskah ia melirik jam tangan di tangan kirinya. Ia ingat ini jam pemberian seseorang yang ia sukai, namun sampai saat ini mereka tak pernah bertemu kembali.
"Vara lo mau kemana?" Vara menoleh pada seorang kutu kupret yang selalu mengganggu hidupnya setiap hari "mau makan lah bambang!" Anya memanyunkan bibirnya lalu dengan wajah memelas ia menghampiri vara. Vara sudah tahu gelagat so memelas Anya "nitip ya var" vara menaikan tangannya meminta uang pada anya "pake uang lo dulu ya var, hee. Lo ga mungkin tega kan sama gue" selalu saja, tapi Vara tetap Vara dia baik hati dan menuruti Anya. Bagaimana pun Anya sahabat pertama vara di kantor ini.Ia pergi sendiri, tak segan menyapa semua karyawan. Karyawan disana senang denga vara, menurut mereka ia gadis periang yang belum pernah mereka temukan. Saat dalam keadaan buruk seperti dimarahi bos atau yang lainnya, Vara tetap tersenyum bahkan becanda dengan semuanya seolah tak terjadi apa apa.
"Eh, ko ka Falano ada disini?" Falano tersenyum dan mengeluarkan sebuah kotak nasi 3 susun "makan siang bareng Var?" Varaya tersenyum baru kali ini ia mendapat perhatian khusus dari seseorang yang berhasil mencuri hatinya, mereka berdampingan masuk ke kantin sehingga banyak karyawan yang terpukau. Masalah Anya, bodoamat lah. Kali ini Vara egois sedikit boleh lah nyaa. Gumam hati kecil vara."Makannya pelan pelan var, ga akan ada yang abisin!" Vara masih sempat tersenyum dengan pipi yang sudah penuh terisi nasi, ga ada jaim jaim nya ia jadi wanita. "Ini kaka yang masak semua?" Falano mengangguk dan mengelus pucuk kepala Vara. "Aku aja ga bisa masak, nanti ajarin aku masak ya ka!" Mereka menghabiskan makan siang dengan perasaan yang bercampur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
INGKAR - END
Teen FictionLuna Kalau Senja Merah Luka -Sal Pribadi Akhir tanpa awal</3