1. Penasaran

477 40 0
                                    

Mungkin yang orang lain lihat, kelas X IPS 1 adalah kelas yang kompak, berprestasi, saling mengandalkan satu sama lain. Nyatanya, tak selalu seperti itu. Memang mereka kompak, tapi mungkin tak banyak yang percaya kalau X IPS 1 bisa saja terpecah belah dalam memilih kelompok bermainnya Seperti sekarang ini, yang terbiasa dibilang F4 nya IPS 1. 4 orang laki-laki yang wajahnya tak main-main, benar-benar bersinar dan berhasil membuat kaum hawa terpincut.

Terdiri dari Arjun, Brian, Naufal dan Imam. Menjadi visualnya IPS 1, yang diketuai oleh Brian. Namun, bukan itu yang akan kita bahas, bukan Brian, melainkan seorang Arjun Pratama. Laki-laki yang bisa masuk kedalam golongan F4 dan menjadi pembicaraan diantara senior-senior mereka.

Arjun memang seseorang yang memiliki wajah tampan, dengan wajah khas China dan mata nya yang besar, juga hidungnya yang mancung. Berbeda dengan Brian yang terkenal karena kenakalannya, Naufal yang terkenal akan sikap romantisnya, atau Imam dengan sikap dingin yang menjadi ciri khasnya. Arjun berbeda, justru cowok itu memiliki sifatnya yang benar-benar baik, tak memandang rendah siapapun dan loyal kepada apapun.

Mungkin ini alasannya kenapa orang-orang menamakan mereka F4, sama-sama saling melengkapi dan tak kenal takut, seperti Brian sang ketua. Terkadang, ada saatnya mereka berempat berbeda pendapat, namun Arjun-lah yang menengahi, mencairkan suasana dan akhirnya kembali berbaikan. Siapa yang tak kenal Arjun? Pembohong pastinya.

"Kalo bisa, dibikin rumah pohon, nih. Biar dijadiin markas kita berempat kalo gabut," kata Naufal sembari memegang pohon mangga yang sudah tua disampingnya.

"Nggak boleh kata Bu Anis, katanya takut pohonnya rusak. Bilang aja ntar nggak bisa ngambil mangga lagi," jawab Brian sembari membuang rokok kedepan sepatunya dan menginjak-injak.

Arjun hanya diam tak berkutik, sibuk memeriksa ponsel-nya dan menghiraukan mereka bertiga yang masih sibuk mengurusi rumah pohon, bersambung ke rencana bagaimana mereka memiliki markas disekolah, namun ujung-ujungnya malah membicarakan guru yang akhir-akhir ini sering menciduk Brian ketika merokok atau bolos.

Arjun menghela napas, menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kemudian kembali mengetik dilayar ponselnya dan sibuk menunggu balasan.


Arjun: lebih bagus, kita pake PowerPoint, biar bisa dapet nilai plus juga pas presentasi

Hayi: siapa yang mau bikin PowerPoint nya? Atau dibikin tugas lagi aja kali Jun?

Arjun: disini yang bisa kerja kelompok sore ini siapa?

Yuta: gue bisa

Selly: gue sama Irene bisa

Arjun: lo bawa laptop nggak Sel?

Selly: iya bawa kalem

Arjun: oke, jadinya pulang sekolah kita bagi-bagi tugas aja dulu maunya gimana ya


Arjun menghela napas lega, mematikan data seluler-nya dan memasukkan benda pipih yang dipegangnya itu kedalam kantung celana. Kemudian melirik tiga orang temannya, yang kini sudah berganti topik membicarakan Brian sendiri. "Gue juga maunya gitu, tapi masih bingung mau nge-chat apa, dia kan kalo digrup jarang nongol, dikelas pun cuma jadi pajangan doang," kata Brian yang mengeluh, tetapi kini sudah sibuk dengan game di hape-nya.

Imam yang kini sudah naik keatas pohon mangga, menendang pelan kepala Brian, untungnya cowok itu tak memakai sepatu karena dikelas tadi Rose menyuruh murid-murid untuk membuka sepatu karena telah di-pel. Brian mengumpat, namun hanya diam tanpa menjawab apa-apa dan lebih memilih game-nya.

Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang