3. Dia kenapa?

166 31 2
                                    

Naufal merangkul Arjun disebelahnya yang sudah memasang wajah datar. Sementara Naufal memasang wajah curiga, namun disatu sisi, dia juga sempat memasang wajah yang menandakan seperti: lo nggak mau jelasin apa-apa ke gue soal tadi?

Arjun menghela napas, kemudian berhenti karena risih dengan Naufal yang terus merangkulnya, membuat murid-murid yang lain menjadi memperhatikan mereka berdua. Sementara Imam menabrak Arjun pelan karena laki-laki itu malah berhenti mendadak. Arjun melepaskan tangan Naufal dari atas bahunya, kemudian kembali berjalan dengan membiarkan panggilan Naufal yang terus saja meneriaki namanya.

Arjun berbelok kelorong yang lebih luas, menandakan bahwa lorong tersebut sudah berada diwilayah guru-guru dan ruang Kepala Sekolah. Terkadang Arjun menyalimi guru yang lewat atau sekadar menyapa dengan sopan. Dan sampailah dia disini, didepan koperasi sekolah dengan Bu Eros yang tengah duduk didalamnya.

"Assalamu'alaikum, Bu." Arjun mengetuk pintu pelan sembari tersenyum dengan sopan, sementara Bu Eros tersenyum dan menyuruhnya masuk. Arjun memberikan dua buah mangga yang didapat oleh Naufal dan Imam tadi. Kemudian pergi menyalimi Bu Eros setelah beliau mengatakan terima kasih. Laki-laki itu kembali pergi meninggalkan koperasi. Namun langkahnya terhenti saat didepan ruang olahraga, matanya menatap tajam, kemudian Arjun menunjukkan senyumnya yang mengembang.

Arjun berjalan menghampiri dengan cepat, menyamakan langkahnya dengan seorang perempuan yang baru saja dia kenal, Zuyuna. "Hey!" Arjun mengagetkan dari belakang dengan menepuk pundaknya pelan, namun berhasil membuat Zuyuna agak terkejut.

"Ngagetin," kata Zuyuna sembari menyisir poni rambutnya kebelakang kuping, sementara Arjun hanya terkekeh, lantas meminta maaf.

"Kamu tadi muter-muter dulu, ya?" tanya Arjun setelah sadar bahwa Zuyuna melewati jalan lain untuk sampai ke kelasnya. Buktinya, perempuan itu sekarang malah melewati lorong ini. Zuyuna mengangguk, terus berjalan.

"Kalo kamu ngapain disini?" Zuyuna bertanya balik, menatap kearah Arjun sebelum kembali memperhatikan jalan depan.

"Nganterin mangga tadi ke bebeb," jawabnya dengan nada menggoda, membuat Zuyuna bergidik ngeri. "Siapa?" tanyanya. "Bu Eros." Arjun menjawab, langsung mendapat tawa dari Zuyuna, membuat Arjun tersenyum juga.

Hening. Mereka berjalan beriringan tanpa mengatakan apapun, hanya terasa canggung dan perasaan ingin menyudahi semua.

"Ca." "Jun."

Mereka berhenti sembari menoleh, terkejut dan terus saling pandang lantaran baru saja sama-sama memanggil. Arjun menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, gerogi. Sementara Zuyuna terlihat memainkan jari-jemarinya, gerogi juga.

"Kamu duluan." Arjun mengalah, menunggu Zuyuna untuk mengatakan sesuatu.

"Gak jadi, aku keburu lupa mau ngomong apa." Zuyuna meringis, kemudian kembali berjalan dan disusul oleh Arjun.

Zuyuna menoleh. "Tadi kamu mau ngomong apa?" tanyanya yang kemudian menyapa seseorang yang memanggilnya, kemudian kembali melihat kearah Arjun.

"Aku minta nomor kamu. Boleh?"

***

"Ca, gue duluan, ya. Ayah udah jemput, apa mau nebeng?" Seorang gadis dengan mata besarnya menawarkan tumpangan sembari menunjuk kearah mobil berwarna hitam yang sudah berada didepan gerbang.

Zuyuna menggeleng. "Nggak apa-apa, Jin. Gue ada urusan, lain kali aja ya?" jawab Zuyuna sembari bertanya balik, kemudian dibalas anggukan serta senyuman oleh Jina, teman sebangkunya sekaligus sahabatnya juga.

Terlihat Jina sudah berlari sembari melambai-lambaikan tangannya pada Zuyuna, kemudian masuk kedalam mobilnya. Ayah Jina membunyikan klakson, memberitahu bahwa ia akan segera pergi, sementara Zuyuna yang mengerti langsung dibalas acungan jempol, kemudian membalas lambaian tangan Jina.

Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang