12. Tak Begitu Sempurna

97 24 1
                                    

Zuyuna gelagapan sendiri, namun kecanggungannya berhenti saat Joshua bangun dari duduknya dan membungkuk kearah Arjun. Memperkenalkan dirinya bahwa memang benar Zuyuna mempunyai rencana dengan Mama nya, tetapi Joshua meminta maaf karena telah membawa Zuyuna pergi menjadi pemandu wisata-nya selama seminggu dan inilah rencananya.

Zuyuna ikut berdiri, menjelaskan bahwa inilah tugas yang disuruh oleh Mamanya. Arjun hanya ber-oh, terlihat jelas bahwa matanya seakan menunjukkan kekecewaan, tetapi hanya Joshua yang menyadari itu.

"Kamu suka latihan disini?" tanya perempuan dengan rambut panjangnya yang lurus itu, untuk menghancurkan kecanggungan diantara mereka bertiga.

Berkali-kali teman Arjun menyuruh kembali bermain, tapi laki-laki itu malah melempar bola dan mengatakan ia ingin istirahat sebentar karena temannya datang.

"Iya, tadinya gue mau ngajak lo buat nemenin gue. Tapi berhubung lo bilang nggak bisa, ya udah." Arjun menjawab dengan nada yang tak biasa, seakan menyindir.

"Ca, gue beli es dulu, ya?"

Zuyuna menoleh, tersadar kalau sedari tadi Joshua tak mengerti apa-apa soal pembicaraannya dengan Arjun. Tanpa jawaban, laki-laki itu pergi meninggalkan Zuyuna, menyadari bahwa gadis itu membutuhkan waktu luang untuk mengobrol dengan Arjun.

Arjun duduk dikursi, menyilangkan kedua kakinya dan menyuruh perempuan didepannya untuk duduk disebelah. Ia menurut, malah membuat kecanggungan makin parah.

"Kamu nggak lanjut main?" tanyanya.

Arjun menghela nafas seperti baru saja menghirup udara segar, lalu ia menggeleng. "Nanti aja, capek."

Zuyuna mengangguk, lalu kembali hening. Ia mencari-cari Joshua, namun batang hidungnya pun sama sekali tak terlihat. Entah laki-laki itu pergi kemana, ia hanya takut kalau Joshua pulang meninggalkannya. Lalu bagaimana ia pulang?

"Dia siapa, sih?"

Zuyuna menoleh, melihat Arjun yang tengah memperhatikannya dengan mata lebarnya. Ah, tatapan itu. Tatapan yang selalu saja membuatnya merasa ter-hipnotis. Selalu berhasil membuatnya penasaran, ada apa dengan kedua mata itu? Apakah ada makna tertentu dibalik pandangan itu?

"Joshua."

Hanya itu yang ia ucapkan. Arjun juga tahu kalau dia Joshua, dari mereka bertemu tadi juga laki-laki itu memperkenalkan namanya. Tapi Arjun adalah seorang laki-laki yang sadar. Ia tahu, bahwa ketika ia bertanya tentang hal ini, Zuyuna tak ingin menjawab lebih jauh. Berhasil membuatnya penasaran. Dan berhasil kembali membangun tembok diantara mereka berdua.

Lagi-lagi situasi hening. Mereka berdua hanya sibuk melihat orang-orang yang bermain basket. Namun sebenarnya tidak dengan Zuyuna, perempuan ini dalam hati sudah tak karuan ingin segera dijemput oleh Joshua, kemudian berharap laki-laki itu akan segera membawanya pergi dari situasi ini. Tapi lima menit berlalu, harapannya tak terpenuhi.

"Joshua kok nggak kesini, ya? Katanya mau beli es doang?" tanya Arjun yang membuka pembicaraan, sementara Zuyuna disebelahnya menghela nafas lega. Saatnya yang tepat mencari alasan untuk kabur.

"Ehm.. kayaknya aku harus nyari, deh. Gawat kalo dia ninggalin aku, suka iseng orangnya." Zuyuna berdiri. "Dadah." Gadis itu melambaikan tangannya lalu melangkah, namun dengan cepat Arjun menghentikannya, menarik pergelangan tangan Zuyuna, membuat gadis itu menoleh.

"Pulang bareng gue aja. Gimana?"

Benar. Harusnya Zuyuna tak pernah pergi ke taman hari ini.

Tak ada alasan untuk menolak setelah Arjun mengatakan bahwa jika Joshua benar-benar meninggalkannya, maka ia harus mengantar pulang Zuyuna. Gadis itu sepakat, daripada harus memperpanjang obrolan yang akan membuatnya gelisah sendiri.

"Joshua itu.... ganteng, ya?" Arjun bertanya, seakan meracau, membuat Zuyuna disebelahnya jadi menoleh.

"Semua cowok mah ganteng."

"Berarti gue juga ganteng?" Pertanyaan itu berhasil membuat Zuyuna melirik kearahnya dengan kikuk.

"Ya, masa kamu cantik? Lawak."

Arjun terkekeh kecil, menyadari bahwa gadis ini mempunyai sisi yang lucunya benar-benar natural. "Kalo gue sama Joshua, gantengan siapa?"

Zuyuna menoleh lagi, terdiam. Dalam hati tengah berpikir ada apa dengan laki-laki didepannya itu. Ini pertanyaan jebakan, kah? Kenapa tiba-tiba?

"Pasti Joshua, ya? Selain ganteng, dia juga keliatan humble," sambung Arjun tanpa memberi kesempatan Zuyuna untuk menjawab, lalu laki-laki itu kembali fokus pada teman-temannya yang masih bertanding.

Zuyuna masih menatap, tak mengerti.

"Kalo gue jadi lo, gue juga bakal milih Joshua daripada Arjun. Arjun nggak seganteng dia, nggak sekeren dia, nggak sesopan dia juga. Bagi kaum hawa, sosok Joshua itu selalu diibaratkan sebagai sosok malaikat." Benar, Zuyuna mengira kalau Arjun tengah meracau.

"Gue nggak percaya sama diri gue sendiri, Ca."

Zuyuna tak tahu harus menjawab apa. Kenapa, sih, orang-orang aneh banget sekarang? Banding-bandingin dirinya dengan orang lain terus.

"Gue nggak sempurna kayak Joshua yang bisa deketin lo kapan aja."

Situasi kembali hening, membuat pandangan Zuyuna beralih kelapangan untuk menghindar dari tatapannya. Akhirnya, laki-laki itu kembali bermain selama setengah jam. Dan selama itu juga, Joshua tak kembali. Bahkan tidak menelfon atau memberi pesan. Tak ada tanda-tanda bahwa ia masih disini. Hal itu membuat Zuyuna kesal. Kesal karena mengapa diantara manusia lainnya, ia harus bertemu Arjun disini dan pulang bersama? Bagaimana kalau Mama-nya tahu bahwa ia tidak pulang bersama Joshua?

"Ayo pulang."

Sebuah suara berhasil memecahkan lamunan Zuyuna, menjulurkan tangan kanannya dan tangan kirinya memegang kamera yang digantung dilehernya. Gadis itu tersenyum lebar, berhasil kabur dari tawaran Arjun.

"Darimana aja, sih?!" rengek Zuyuna kesal.

Joshua terlihat kikuk, menggaruk tengkuknya dan menunjukkan foto-foto tanaman didalam rumah kaca yang ia ambil. "Nggak enak jadi orang ketiga disini, jadi aku jalan-jalan sebentar, taunya malah kelamaan. Nunggu lama, ya? Maaf."

Melihat ekspresi Joshua yang memelas, bagaimana mungkin perempuan didepannya itu marah? Tidak, wajah Joshua selalu berhasil membuat hatinya luluh. Zuyuna melihat Arjun yang masih sibuk dengan basketnya, seakan tak menyadari bahwa Joshua telah berdiri dihadapan Zuyuna. Menyadari bahwa Zuyuna tengah memperhatikan Arjun, Joshua melihat laki-laki berkulit putih itu juga.

"Kamu masih ada urusan sama dia?" tanya Joshua.

Zuyunamenatapnya, lalu menggeleng dan mendorongnya pergi. "Enggak, ayo pulang."


--- To Be Continued ---


btw, kayaknya aku ada salah ngetik TT. harusnya nama Zuyuna itu Caca, bukan Acha hiks maap TT

Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang