INSIDE Chapter: Interview

59 14 0
                                    

aku saranin denger lagu smile flower - nya seventeen, ya hehehe <3


"Ekhem.."

Seorang laki-laki menggulung sebuah kertas dan menjadikannya sebuah microphone mainan. Ia menuju kursi, menaikinya dengan pelan dan sedetik kemudian memukul papan tulis dengan kencang, membuat seisi kelas terdiam dan memperhatikannya. Ia tersenyum, lalu menyuruh Nancy yang baru saja memasuki kelas untuk segera menutup pintu. Gadis itu yang tak tahu apa-apa dan asyik memainkan game online-nya, langsung menutup pintu dan duduk dikursi belakangnya.

"Guys, berhubung kelas kita jam kosong sampai pulang nanti dikarenakan guru-gurunya tengah mengadakan rapat. Saya selaku ketua kelas dan pengurus kelas lainnya akan mengadakan wawancara mendadak untuk kelas kita," tuturnya panjang, membuat murid-murid lain kebingungan.

"Sebenarnya, sebentar lagi ada yang mau pergi meninggalkan kelas ini." Hansen, si ketua kelas menggantungkan pembicaraannya, membuat murid-murid lain kebingungan. Namun laki-laki itu kembali tersenyum, lalu melihat kearah Bamantara disampingnya, si wakil ketua kelas yang selama ini menemaninya untuk bertugas mengurus kelas.

"Seminggu lagi, Bambang, si wakil tercinta kita memutuskan untuk pindah dari sekolah ini. Memulai kehidupan yang ba—"

"Intinya aja buset." Brian yang sudah muak mendengar Hansen panjang kali lebar akhirnya membuka suara, kemudian diiringi gelak tawa oleh murid lain. Hansen meminta maaf dan menjelaskan bahwa Bamantara akan pindah sekolah, begitupun dengan rumahnya. Namun laki-laki itu tak memberitahu akan pergi kekota apa, membuat teman-temannya kecewa karena kalau tidak ada Bamantara, maka tidak akan ada Hansen yang menjadi ketua kelas.

"Sekarang kita mau buat video, isinya tentang wawancara kita selama dikelas ini. Gue udah buat pertanyaan-nya, biar nanti Jeyhan, Bobi sama Brian yang edit. Kita tinggal ikutin instruksi dari mereka aja. Kalian bisa kerja sama-nya, kan?" tanya Irene, si sekretaris kelas, kemudian dijawab 'iya' oleh sekelas.

Mereka bekerja sama dengan cara membereskan kursi dan meja. Bahkan murid laki-laki berinisiatif untuk memundurkan meja dan kursi, kemudian mengangkat satu kursi didepan papan tulis untuk tempat duduk yang diwawancara. Pun meja guru yang agak disingkirkan disamping. Beruntungnya hari ini Ayu sudah membawa kamera, sebenarnya karena tadinya hari ini akan ada presentasi yang harus direkam. Dan kebetulan lagi, kelompok Ayu yang harusnya hari ini maju, dia sudah menyiapkan kamera, tapi berhubung guru-guru tengah mengadakan rapat, maka kameranya itu dinyatakan menganggur.

Setelah dirapihkan dan disapu dengan bersih, Naufal bagian merekam dan Sasha bagian untuk yang mewawancarai. Selly menyuruh murid lain untuk duduk dibelakang dan tidak berisik, kemudian ia mengusulkan Arjun untuk maju lebih dulu dan mempersilahkan laki-laki bermata sayu itu duduk dikursi.


***



Apa hal yang kamu sesali selama kamu hidup di dunia ini?


Arjun: "Banyak. Tapi yang paling bikin nyesel itu saat kita menyesali hal itu. Kayak... untuk apa, sih, kita sesali? Lagian harusnya kita sadar kalo keputusan yang kita ambil pasti selalu ada penyesalannya."

Brian: "Nyesel kenapa nama gue harus Brian. Tapi ya udah lah, emak gue yang ngasih ini. Jadi awas ya lo kalo ada yang panggil gue Brayen, diamuk lo ntar sama emak gue."

Mina: "Setiap orang pasti pernah menyesal kenapa kita hidup. Termasuk gue."

Selly: "Nyesel sampe sekarang kenapa sesusah itu untuk bilang 'aku sayang kalian' ke orang tua sendiri."

Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang