11. Tentang Joshua

132 27 1
                                    

Setelah berbincang bersama keluarga, Joshua memutuskan untuk mengajak Zuyuna jalan-jalan, ingin tahu perubahan kotanya sebelum kembali berangkat ke Bandung untuk kuliah. Dan disinilah mereka, sebuah taman besar yang terdapat rumah kaca, ragunan kecil, lapangan basket, lapangan voli dan beberapa gor olahraga. Mereka berdua memutuskan untuk ke ragunan kecil, melihat beberapa musang yang tengah diberi makan oleh penjaga. Lalu Zuyuna melihat kandang kelinci yang tengah diberi makan juga, meninggalkan Joshua yang asyik memotret musang, pergi melihat kelinci dan mencoba memberi makan satu per satu seperti yang diajarkan oleh penjaga.

Joshua menyusul, tersenyum melihat tingkah laku Zuyuna yang tak pernah berubah. Sikapnya yang kekanakan, selalu berhasil membuat Joshua gemas. Beralih dari musang, laki-laki itu berganti memotret seekor kelinci yang tengah menyendiri diujung, tak berniat meminta makan seperti kawanannya yang lain. Ia berhenti, memindahkan kamera dari depan matanya, melihat kelinci tersebut langsung dari dua buah matanya. Ia tersadar.

Kenapa, ya, kelinci ini sama sekali seperti dirinya?

Joshua berjalan mendekat kesamping Zuyuna, namun ia malah memanggil kelinci yang diujung tersebut. Tak menyahut, namun saat ia mengacungkan wortel, kelinci pelan-pelan mendekat, memastikan bahwa Joshua bukan makhluk aneh, kelinci tersebut memakan wortel yang diberikan Joshua, membuat laki-laki itu tersenyum. Zuyuna menoleh, mendapati Joshua yang asyik bermain dengan satu kelinci.

"Kelincinya kok tau aja yang ngasih makan itu ganteng." Zuyuna menggoda sambil menunjukkan senyum nya, membuat Joshua disebelahnya menoleh dan tertawa kecil, lalu kembali fokus memberi makan kelinci.

"Oh, dia kayaknya pemalu, ya?" Zuyuna bertanya, baru tersadar bahwa kelinci yang diberi makan oleh Joshua tidak bergabung dengan kawanannya yang lain. "Kayak kamu," sambung Zuyuna. Joshua diam.

"Kamu benar." Joshua membalas, membuat Zuyuna mengernyit.

"Kelinci ini bagaikan aku. Dan mereka.." Joshua memotong omongannya, menunjuk kelinci-kelinci yang bersama Zuyuna. "Mereka bagaikan cowok-cowok yang deketin kamu." Zuyuna masih tak menjawab, menunggu jawaban selanjutnya.

"Kamu benar kalau aku pemalu. Makanya aku cuma diam dibelakang sana, diam-diam menyukai. Begitu, terus diujung tanpa tahu kapan harus melangkah." Joshua kembali fokus memberi makan kelinci-nya.

Zuyuna menunduk, menghela nafas berat, bingung harus menjawab apa. Oke, mari kita memperjelas. Siapa sebenarnya sosok Joshua dalam kehidupan Zuyuna.

Saat kecil, Zuyuna berteman dekat dengan Joshua. Usia mereka hanya berbeda empat tahun. Mereka berdua sama-sama anak tunggal, maka dari itu, Joshua benar-benar menjaga Zuyuna seperti adiknya sendiri, begitupun dengannya yang menganggap Joshua sebagai seorang kakak.

Tapi semakin hari, hubungan mereka renggang karena kecanggungan yang dibentuk oleh keluarga masing-masing. Membuat Joshua yang akhirnya harus memilih kuliah di Bandung, seakan ingin menghindari dari perempuan itu. Tapi tidak dengan Zuyuna, ia memilih diam. Tidak mundur, bahkan juga tidak maju. Hanya berhenti, bingung ingin membuat apa. Karena yang ia tahu, perasaannya mulai berubah. Tidak lagi seperti seorang adik yang ingin dijaga oleh sang kakak. Gadis itu... menumbuhkan perasaannya sendiri.

Sementara Joshua, perasaannya entah seperti apa. Seakan ia tetap pada posisinya yang misterius. Tak tahu apakah ia berhenti, maju ataupun mundur. Hingga sekarang, saat waktu mempertemukan kembali, Joshua meracau. Membentuk sebuah kalimat yang tidak Zuyuna pahami. Ia terlalu misterius. Seperti kelinci yang kini kembali menjauh dan duduk diujung.

Lalu Zuyuna harus apa? Ia berbohong, tidak mau mengkhawatirkan Mama maupun orang-orang yang ada disekitarnya. Tapi semesta seakan tengah menciptakan suatu konspirasi padanya. Waktu tidak membelanya. Takdir seolah memberi peringatan bahwa yang ia lakukan salah, tidak boleh merubah masa depan. Tapi dari awal, gadis itu tetap tidak mengerti.

Apakah ia benar? Benar lantaran tengah membohongi Adit maupun Arjun. Ataukah ia salah? Salah karena mengharapkan jawaban yang terbalas dari mulut Joshua? Ia tak pernah mengerti. Tak tahu harus bertanya pada siapa, tak ada yang mendukungnya. Bahkan, jawabannya pun tak tahu.

Joshua bangun dari jongkoknya, kembali memegang kamera yang digantungkan dilehernya dan memotret kelinci-kelinci. Zuyuna ikut berdiri, melihat hasil jepretan Joshua yang diberi lihat. Hingga akhirnya gadis itu diminta untuk memotret, ia setuju. Tapi setelah melihat jepretannya tak sebagus Joshua, ia menyerah.

"Bassic aku bukan di kamera, kamu lebih hebat." Zuyuna memuji, namun kalimatnya mengatakan bahwa ia kecewa.

Joshua tersenyum. "Nggak apa-apa, bassic kamu di wajah kok."

"Ha?"

"Cantik."

Zuyuna menghembuskan nafas dengan berat, menatap sinis Joshua yang langsung dibalas tawa oleh laki-laki itu. Sudah biasa, entah keberapa kali Joshua terus memberi gombalan. Padahal, dalam hati gadis itu sudah melemah.

"Masih jam lima, kita mau kemana?" Joshua melihat jam ditangan kanannya, lantas melihat-lihat warung pinggiran yang kini sudah buka juga.

"Nanti aja makannya, kita jalan-jalan sekitar sini dulu. Gimana kalo lihat orang yang latihan basket? Kamu juga ikut tuh," jawab Zuyuna sembari menunjuk lapangan basket yang dipenuhi anak laki-laki, sepertinya seumuran dengan Zuyuna, namun beberapa ada juga yang kakak kelas.

Joshua menoleh, lantas menggeleng. "Aku nggak jago olahraga," jawab Joshua sambil pergi berjalan meninggalka Zuyuna, kemudian disusulnya oleh gadis itu.

"Bohong. Tante Dinda bilang kamu suka main basket dikampus," pancing Zuyuna.

Tak ada jawaban, hingga akhirnya ia menyerah. "Ya udah, kita liat-liat aja, gimana?" tanya Zuyuna lagi, lalu dibalas anggukan oleh Joshua dan segera berjalan kearah lapangan.

Mereka duduk dikursi besi panjang, Zuyuna melihat sembari memakan es krim yang ia beli tadi saat ingin kesini bersama Joshua, begitupun Joshua yang sibuk meminum es jeruknya, sembari memotret laki-laki yang tengah bermain basket.

Zuyuna memang tak mengerti soal olahraga yang satu ini. Tapi menarik untuk dilihat daripada bola voli, futsal ataupun sepak bola. Melihat bola yang dipantulkan, dilempar, berlari dengan tubuh yang agak menunduk, entah kenapa selalu menarik perhatian Zuyuna. Mungkin karena Joshua. Joshua yang diam-diam juga menyukai basket, ia tahu itu.

Salah satu dari mereka tak sengaja melempar basket kearah Zuyuna, untungnya agak berjarak dua meter. Tapi gadis itu malah fokus kejepretan yang Joshua kasih lihat, sampai akhirnya sebuah suara yang familiar masuk kedalam telinganya.

"Acha?"

Mereka berdua menoleh, melihat sosok yang berdiri didepannya dengan kaos olahraga dan bola basket yang digenggam oleh kedua lengannya. Ekspresinya bingung, namun sedikit terkejut juga. Sementara Zuyuna terlihat kikuk, dengan Joshua disampingnya yang ikut menatap dengan lamunan.

"Katanya ada acara sama Mama?"

Tunggu, kenapa Zuyuna terlihat seperti sedang diciduk selingkuh oleh pasangannya begini? Tapi serius, gadis itu merasa ingin menghilang saja dari muka bumi setelah melihat Arjun yang masih berdiri didepannya.



a/n:

tebak sendiri deh yang jadi Joshua siapa, udah jelas gitu ^^

Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang