Bab 43

4.6K 195 7
                                    

Rafael menatap wajah Ainul dalam-dalam. Masih ada air mata yang mengalir keluar dari mata itu. Wajah yang sedang lena itu menganggu fikirannya. Teruk sangat ke mimpi yang dilalui isterinya itu?

Ainul seperti trauma dengan mimpi-mimpi yang dia alami. Mimpi-mimpi itu beri kesan pada fikiran Ainul. Hanya itu saja berlegar sehingga Ainul jadi takut. Jadi paranoid dengan masa akan datang.

"Cinta... there must be something behind your dreams. Allah knows everything dear. Maybe the happiness for us? Or maybe He is testing us now."

"Abang ada dengan Cinta. No matter what. I'm trying my best to be your best man ever Love..." dahi Ainul dikucupnya lama.

"Abang..." suara Ainul mula kedengaran. Meracau.

"Ain?"

"Abang... isk isk isk... abang..."

"Cinta... Hey wake up..." Pipi Ainul ditepuknya lembut.

"Abang jangan buat Ain macam ni." Ainul sudah mula menangis. Rafael pula mula kalut.

"Ain..."

"Ain nak abang yang dulu. Abang... abang!!" Ainul terus terduduk. Tersandar Rafael dibuatnya. Masing-masing terkejut.

"Ainul? Are you okay?" Bahu Ainul disentuhnya.

"Abang?" Ainul menoleh.

"Ya abang ni. Ain okay tak?"

"No! I'm not okay!" Terus dia mendakap tubuh Rafael. Rafael hanya tahan rasa ngilu lengannya yang patah.

"Cinta. Can we release my arm?"

"Hah?"

"Tangan abang. Ngilu." Rafael tunjuk lengannya yang berbalut itu. Ainul terus bangun daripada memeluk Rafael.

"Sorry. Ain tak perasan."

"It's okay love."

"Ain okay tak ni? Ain menangis masa tidur tadi." Mata Ainul diusapnya lembut. Ainul hanya senyum hambar.

"I'm... Hurm... don't know..."

"Setiap hari Ain mimpi buruk ke?"

"Almost."

"Sejak bila?"

"Sejak Abang terbang ke sana."

"Seriously Cinta?"

"Yes Abang. But now it's more often."

"Cinta you need to meet a psychiatrist dear."

"Ain tak gila lah!"

"Hey love, not every human meet a psychiatrist is mental. Sometimes they meet them to release their burden. They need a pair of ear to listen their story."

"I have you to listen for me."

"I'm not good in this term love."

"I'm not insane."

"Yes. I know love. We just meet for a counselling."

"I don't want to meet them."

"Love..."

"Ain nak tidur."

"Ain..."

Ainul terus baring membelakangkan Rafael. Sedikit tercalar hatinya apabila Rafael ingin dia bertemu pakar sakit jiwa. Dia tak gila!

Dia sendiri penat dengan mimpi yang menghantuinya setiap hari. Mimpi itu seperti petunjuk padanya untuk masa akan datang. Oleh sebab itu dia takut kehilangan Rafael.

RAFAINUL💘 [COMPLETED]Where stories live. Discover now