Part 6

5.7K 556 52
                                    


"Gar...Linggar...oi...!!!"
Pekik Andra yang menggerakkan telapak tangannya tepat di depan wajah Linggar.

"Eh...apa..?"
Tanya Linggar menoleh ke arah laki-laki yang tengah mengemudi di sampingnya.

"Elo mikirin apaan...? Di ajak ngomong dari tadi diem aja..."

Linggar beringsut kebelakang sambil menegakkan duduknya, ia kembali memperhatikan jalanan kota yang tidak terlalu ramai.
"Sorry...gue cuma lagi nikmatin pemandangan di luar...disini lebih lengang daripada di Indo ya..."
Celoteh pemuda itu dengan nada datar, sepertinya Linggar memang lagi banyak pikiran saat ini.

Andra menyunggingkan senyumnya.
"Iya...elo emang bener, itu sebabnya gue lebih seneng tinggal di sini sampai-sampai gue ngajak bini gue"

Linggar tertawa pelan untuk menanggapi ucapan Andra barusan.

"Ngomong-ngomong gue lihat elo sama Galang tadi kayaknya baik-baik aja...
Gue kira kalian bakal diem-dieman dan ga' mau bicara satu sama lain.
Karena pas gue ngajak elo ke tempat tinggalnya, Galang sempet protes"

"Protes...?"
Tanya Linggar sambil melihat ke arah Andra dengan ekspresi tak percaya.

"Elo jangan salah paham dulu, dia protesnya bukan karena dia ga' seneng elo dateng ke tempat dia.
Tapi sebaliknya, kayaknya elo yang ga' nyaman sama Galang.
Karena itu adik gue minta gue buat cepet-cepet nyari tenpat tinggal lain buat lo.
Karena dia mikirin perasaan lo..."

Ucapan Andra barusan membuat wajah Linggar memerah, ia segera membuang muka untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Makanya hari ini gue ngajakin elo pergi buat nyairin suasana dan juga buat nebus rasa bersalah gue karena ga' bisa nyariin tempat tinggal buat lo dalam waktu dekat ini.
Tapi ternyata itu kayaknya ga' perlu...karena gue lihat kalian berdua udah akrab lagi kayak dulu"

"Yah...kita berdua udah nyelesein masalah kita..."
Linggar sekali lagi menoleh ke arah Andra.
"Jadi buat sementara waktu gue ga' masalah tinggal sama Galang .
Dan lagi dia udah ngasih kunci duplikat tempat tinggalnya ke gue"

Andra tertawa
"Iya...gue agak terkejut soal itu, karena dia aja ogah ngasih kunci itu ke ceweknya"

Mendengar ucapan Andra barusan membuat Linggar kaget.
"Itu mungkin karena cewek diakan ga' tinggal sama dia..."
Balas Linggar yang berusaha menyembunyikan rasa senang yang entah kenapa bisa ia rasakan.

"Bisa jadi..."
Andra memutar kemudinya menuju ke sebuah tikungan.
"Elo mau jalan kemana, bisa gue anter...
Hari ini gue bakal jadi sopir pribadi lo..."

Linggar terlihat berfikir keras, ia lalu mengambil secarik kertas di dalam saku jaketnya.
"Sebenernya gue besok mau pergi ke alamat ini sama Galang, tapi kalau hari ini elo bisa kita pergi ke alamat ini aja..."

Andra mengerutkan keningnya, lelaki itu mengambil kertas yang di pegang Linggar.
"Ini butuh 3 jam perjalanan dari sini..."
Andra tersenyum, ia menginjak gasnya lebih dalam.
"Tapi karena gue yang nyetir 2 jam udah cukup..."

Linggar melebarkan matanya, ternyata cara Andra mengendarai mobil lebih brutal dari Galang.
Dia cuma berharap semoga mereka berdua bisa sampai dengan aman di tujuan.

*****

Linggar keluar dari mobil bersama dengan Andra.
Ia memperhatikan sebuah bangunan dengan dinding yang cukup tinggi.
"Alamatnya bener di sini...?"
Tanya Linggar yang membuat Andra sekali lagi memastikannya dengan mengeceknya.

"Ia, bener di sini..."

"Bentar, gue telfon dulu orangnya"
Linggar segera mengeluarkan ponselnya setelah bicara seperti itu.

The Destiny (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang