Part 28

4.9K 490 64
                                    


Suara deru nafas Galang yang terdengar menggebu memecah kesunyian malam itu.
Tampak peluh membasuh seluruh tubuhnya yang membuatnya terlihat mengkilat saat kulitnya terkena pantulan lampu neon yang tak seberapa terang.
Pemuda itu berangsur pindah dari atas tubuh Linggar memperlihatkan betapa kenikmatan yang beberapa saat lalu ia rasakan menghabiskan seluruh tenaganya.
Iya terkapar di samping dengan nafas tersengal, namun senyum kepuasan tersungging di sudut bibirnya.

"Lang..."

"Heem...?"
Galang menoleh ke arah Linggar yang tampak tak bersemangat.
Ada semburat kesedihan di wajahnya.
Melihat hal itu Galang segera memiringkan tubuhnya, ia menyangga kepalanya dengan tangan kanannya sedangkan ia menggunakan tangan kirinya untuk memeluk Linggar.
"Elo kenapa...? Masih belum puas, mau nyoba lagi...?
Tunggu gue rehat bentar..."

Linggar menggeleng, ia melirik Galang yang nampak serius menatap wajahnya.
"Bukan itu..."

"Terus...?"

Linggar menelan ludah, ia beralih melihat ke tempat lain untuk menghindari kontak mata dengan kekasihnya.

"Hai..."
Galang memegang rahang Linggar dan menolehkan wajah pemuda itu ke arahnya.
"Ada apa...? Elo kayaknya ragu buat ngomong ke gue...?"

Linggar menatap Galang lekat-lekat.
"Gue udah ngomong ke orang tua gue kalau kita udah balikan lagi..."

"Hah...?!"
Pekik Galang yang serentak duduk, ia tampak sangat terkejut.
Untuk beberapa saat kemudian mereka berdua saling diam.
"Gue kira kita bakalan ngomong bareng ke mereka...?"

Linggar tersenyum kikuk,
"Sebenernya niat gue begitu..."
Ia perlahan beringsut meletakkan bantal kebelakang punggungnya untuk dipakai buat bersandar.
"Tapi si Rendi ga' sengaja keceplosan bicara pas dia nganter oleh-oleh dari gue buat nyokap..."
Linggar menghela nafas lemah.
"Tadi siang mereka nelfon gue dan nanyain soal kebenarannya..."

"Terus respon mereka gimana...?"

"Mereka nyerahin semua ke gue, selama gue bahagia mereka ga' ada masalah..."

Mendengar ucapan Linggar barusan sebuah senyum nampak menghiasi wajah tampan Galang, tapi perlahan senyum itu memudar saat Galang melihat Linggar masih terlihat sedih.
Ia mengulurkan tangannya dan memegang wajah Linggar, dengan sedikit membungkuk dan mencodongkan tubuhnya kedepan, Galang mendekatkan wajahnya ke Linggar.
"Kalau semuanya ok kenapa elo sedih...?"

Linggar menggigit bibir bawahnya, ia menatap lekat wajah Galang.
Perlahan pemuda itu meletakkan tangannya ke atas tangan Galang yang saat itu tengah mengentuh wajahnya.
"Nyokap gue cerita semuanya soal kejadian dulu setelah elo balik ke rumah habis gue maksa elo buat minta maaf ke Arga..."

Galang tersenyum, ia membuang muka sambil menarik lepas tangannya dari wajah Linggar.
"Elo ga' perlu mikirin itu karena itu udah berlalu"

"Iya buat elo, tapi buat gue yang baru tau sekarang gimana gue bisa pura-pura mengabaikan hal itu"
Linggar menarik kedua tangan Galang dan menggenggamnya erat.
"Berapa banyak kesalahan yang elo ambil buat ngelindungi gue dari amarah orang tua gue...?
Gue selalu bertanya kenapa mereka nerima gue gitu aja, bahkan nyokap gue nangis sambil meluk gue dan malah minta maaf...sekarang gue tau alasan mereka.
Elo nyalahin diri elo sendiri di depan mereka semua atas apa yang terjadi ke gue..."
Linggar menelan ludahnya, ia menahan diri untuk tidak menangis walaupun matanya sudah berkaca-kaca.
"Elo bilang kemereka kalau elo yang jatuh cinta sama gue, elo bilang kalau elo maksain diri elo ke gue, bahkan elo sampai di usir dari rumah lo atas semua hal yang sebenernya ga' elo lakuin..."
Linggar menunduk, bahunya nampak bergetar.

Galang menarik nafas panjang- panjang, ia segera merengkuh tubuh Linggar dan menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidangnya.
Pemuda itu mengusap-usap punggung Linggar dengan sayang.
"Sssuuuuttt....udah...ga' apa-apa...elo udah gede...jangan nangis gini..."
Ledek Galang.

The Destiny (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang