Part 30

11.8K 817 318
                                    


Sore itu Galang membuka matanya perlahan, ia duduk dan melihat sekeliling.
Kepalanya terasa begitu sakit, matanya terhenti di sudut ruangan yang biasanya di sana ada koper milik Linggar.
Tapi hari ini koper itu sudah tidak ada, Galang mengira apa yang terjadi semalam hanyalah mimpi buruk meski kenyataannya hal itu benar terjadi.

Dengan tertatih Galang mencoba berdiri, pemuda itu terhuyung-huyung keluar dari kamarnya.
Perasaan kosong entah bagaimana menyusup ke dalam hatinya.
Linggar udah pergi, dia ga' akan datang lagi.
Apa yang udah ia lakukan sema sekali tidak ada artinya.

Galang mencoba untuk tetap tegar, pemuda itu berjalan menuju ke dapur, ia melihat tempat itu kosong.
Biasanya jam segini Linggar berada di sana untuk membuatkannya makan malam.

Galang terhuyung-huyung pemuda itu membuka lemari pendingin dan mengambil air mineral di dalam botol lalu meneguknya.
Dada Galang terasa begitu sakit, pemuda itu berjongkok sambil menangis terisak.
Ia belum siap di tinggal pergi oleh Linggar lagi.
Tidak untuk saat ini, apa artinya semua pengorbanannya...?

"Ck...elo ngapain jongkok di situ...?"

Mata Galang melebar, ia segera menoleh ke belakang.
Ia melihat Linggar berdiri tepat di depannya sambil menenteng satu kantung penuh belanjaan.
"Linggar...?"
Pekik Galang tak percaya.

Linggar melihat Galang dengan eksparesi datar, pemuda itu meletakkan belanjaannya ke atas meja.

"Elo dari mana...?"

"Gue habis beli bahan makanan buat nanti malam..."

"Gue pikir elo pergi..."

"Iya...gue emang pergi ke toserba, kenapa elo nangis...dasar cengeng...gue cuma pergi ke toserba dan elo udah mewek gini..."
Linggar ikutan jongkok di depan Galang ia mengusap air mata di wajah Galang.

"Ta...tapi koper lo...?"

"Oh...gue udah beresin barang-barang gue dan kopernya gue masukin ke lemari..."

Galang masih seperti orang linglung.
"Gue kira elo bakalan pergi ninggalin gue karena elo udah ketemu sama Arga..."

Linggar mendesah.
"Iya...gue sempet mikir gitu, tapi gue bakalan bener-bener jadi orang bego' kalau ngelakuin itu kayak yang di omongin Rendi..."

"Rendi...?"

Linggar mengangguk, ia teringat lagi obrolannya semalam dengan Rendi.

"Gar...elo ingetkan pas pertama kali gue ke sana, dan saat itu elo di bius sama Arka...?"

"Iya gue inget..."

"Sebenernya dia berhasil nyetubuhin elo, dan Galang lihat itu..."

"Apa...??? Gue ga' salah dengerkan...? Elo bilang kalau dia ga' sempet nyentuh gue..."

"Gue bohong, Galang ngelarang gue buat ngasih tau yang sebenernya ke lo...dia khawatir sama mental lo.
Dia ga' perduliin perasaan dia, elo tau ga' siapa yang bersihin sperma Arka dari tubuh lo...?
Galang cuk...gue liat dia nangis di kamar mandi sambil bersihin elo.
Gue ga' ngerti lagi kadar cinta Galang ke lo, gue ngira dia bener-bener udah ga' waras.
Dan gilanya lagi pas paginya elo nyalahin dia atas apa yang terjadi sama elo dan dia terima itu, dia malah minta maaf sama elo dan elo mau ninggalin dia sekarang...?
Jangan jadi orang bego' elo bakalan nyesel seumur hidup lo.
Kalau Galang sampai nemuin belahan jiwanya yang lain dan elo di tinggalin elo bakalan mikir kenapa dulu elo ga' coba buat jaga hati dia balik"

"Sekarang gue harus gimana...?"

"Lepasin Arga dan balik ke Galang, jangan tinggalin dia kalau elo masih mau bisa ngerasain kebahagaian seperti pas gue di sana.
Elo harus tetep bertahan sama Galang..."

"Rendi ngomong apa ke lo...?"
Tanya Galang yang membuyarkan lamunan Linggar.

Linggar tersenyum,
"Dia cuma nyuruh gue buat selalu ada di samping lo..."

Galang menghela nafas lega, ia tidak mau hal buruk yang pernah Linggar alami bersama Arka sampai di ketahuinya.
"Oh...syukur kalau gitu..."

Linggar mengangguk haru, kini ia mengerti kenapa Galang selalu menyembunyikan kebenaran darinya.
Mungkin bagi Galang menutupi semua kenyataan yang hanya akan menyakiti perasaan Linggar dan menguburnya dalam-dalam adalah sesuatu yang harus di lakukan.
Linggar hanya ingin melihat reaksi Galang, itulah mengapa Linggar tidak memberi tau Galang kalau dia sudah tau soal Arka.
Dan melihat Galang begitu lega, rasa kecewanya pun sirna.

"Jadi elo bakalan tetep di sinikan...?"

"Heem..."
Jawab Linggar sambil mengangguk.

"Gue ga' mimpikan...?"

Linggar tersenyum lebar, ia mendekatkan wajahnya dan mendaratkan ciuman mesra ke bibir Galang.
"Masih tanya ini mimpi apa bukan...?"
Celetuk Linggar seraya berdiri.
"Bantuin gue masak, gue udah laper dari tadi siang ga' makan karena nungguin elo bangun tapi ga' bangun-bangun juga...berapa banyak elo semalam minum...?
Gue ga' bakalam maafin elo kalau sampai begitu lagi..."

Galang perlahan berdiri, ia berjalan mengikuti Linggar.
"Iya gue ngerti..."
Ucap Galang menurut.

"Lang..."

"Iya...?"

"Makasih buat semua hal yang udah elo lakuin buat gue, elo bener-bener jagain hati gue kayak yang elo janjiin dulu..."
Linggar menoleh ke belakang hingga membuat langkah Galang terhenti.
"Kali ini gantian gue yang janji bakalan jagain hati elo..."

Galang tersentak, serentak ia memeluk Linggar dengan erat.
Tangisnya pun pecah, ia mengucapkan beribu kalimat syukur karena Linggar tidak pergi meninggalkannya.

Linggar tersenyum bahagia dengan air mata yang membanjiri wajah tampannya.
Ia berbisik di telinga Galang dengan lembut.
"Lang...gue pulang ke hati lo lagi dan kali ini gue ga' ada niat buat pergi..."




The Destiny
The end

Sampai jumpa di cerita Saga_vi yang lainnya.
See ya...!!!

The Destiny (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang