Part 27

5.2K 526 44
                                    


Sudah hampir satu minggu Rendi tinggal bersama Linggar dan Galang.
Pemuda itu merasa seperti seorang pembantu yang di sewa untuk mengurus rumah sedangkan nyonya dan tuan besar selalu bangun lebih siang.
"Agh...sial..."
Dengus Rendi yang baru saja selesai meletakkan masakannya di meja.

"Ren..."
Panggil Linggar yang baru saja masuk ke dapur, pemuda itu terlihat duduk di kursi sambil menguap.

"Elo udah bangun...?"

"Heem..."

Rendi berjalan menuju kelemari pendingin, pemuda itu mengambilkan Linggar sebotol air mineral dari sana.
"Minum dulu habis itu makan..."

Linggar meraih botol minuman yang di lerakkan Rendi di depannya, setelah meneguknya ia mengambalikan botol itu ke tempat semula.
"Ngomong-ngomong Galang kemana...?"

Rendi duduk di depan Linggar.
"Dia tadi pamit mau ngambil uang di ATM, katanya kita di suruh buat  sarapan duluan..."

Linggar mengangguk, pemuda itu membalik piring yang ada di depannya dan mulai mengambil hidangan yang tersaji di hadapannya.
"Ren...makasih udah nemenin gue sampai proyek Galang selesai...dan bantuin gue ngurus tempat ini juga..."
Ucap Linggar sambil nyengir.

"Iya..."
Jawab Rendi sekenanya.

"Elo kok lemes gitu..."

"Gue cuma kangen sama Irwan...agh...ga' taulah kalau gue sampai di Indo mau gue apain aja dia..."
Ucap Rendi ikutan nyengir.

Linggar ketawa,
"Kenapa ga' elo ajak sekalian dia ke sini...?"

"Ck...lo pikir kita punya duit banyak, kalau Galang ga' nyuruh gue ke sini gue juga ga' mungkin sampai ke luar negeri..."
Rendi tersenyum,
"Ngomong-ngomong soal Galang, ternyata dia baik banget orangnya.
Gue ga' bakalan tau sifat dia kalau gue ga' ikut tinggal bareng kalian.
Pantes aja elo lama banget move on dari dia..."

Linggar melipat kedua tangannya dengan sikap arogan.
"Yah...dia dari jaman kita SMA udah begitu sifatnya, cuma kadang kalau ada orang yang nyari gara-gara sama dia,di situ dia jadi nakutin..."

Rendi menghela nafas panjang.
"Elo beruntung bisa balikan sama dia, kalau bisa jangan sampai putus lagi..."

Linggar membuang muka sambil mencondongkan tubuhnya kedepan.
"Gue masih bingung sama perasaan gue Ren, karena terkadang gue masih mikirin soal Arga..."

"Hah...ngapain nyebut nama dia lagi...udah lupain aja...
Dia ninggalin elo dan mutusin hubungan sama elo kenapa elo masih aja mikirin dia"

"Gue ga' mikirin yang aneh-aneh Ren...!
Cuma, gue bingung kenapa dia berubah gitu.
Arga itu selalu hati-hati kalau mau ngambil keputusan.
Gue cuma pengen tau alasan dia mutusin gue..."

Rendi terlihat kesal, ia tampak bersungut-sungut.
"Elo sendiri yang kemaren cerita ke gue kalau Arga sekarang tinggal sama cewek berumur, yah...mungkin aja dia jadi gigolo di sini siapa yang tau.
Kan duit di sini lebih banyak dari di Indo..."

Linggar terlihat diam.
"Tapi diakan gay Ren...masak dia bisa on di depan cewek...?"

"Walaupun dia gay...tapi dia punya kont*l yang bisa ngac*ng kalau di kasih obat perangsang...mau dia gay kek bukan kek kalau udah make gituan yah siapa aja bisa lah..."

Linggar menoleh ke arah Rendi,
"Elo bener..."

"Udah...sekarang elo makan yang bener tuh...bukannya semalem elo sama Galang habis main sampe tepar.
Pasti sekarang ini elo butuh asupan tenaga lagi iya kan...?"

Wajah Linggar menegang ia melihat Rendi dengan tatapan curiga.

"Bukan niat gue buat nguping desah-desahan kalian yang nyiksa malem-malem gue di sini.
Tapi kalian sadarkan kalau tempat ini kecil jadi suara kalian itu bisa kedengeran sampai luar..."
Rendi mendesis seraya mengulurkan tangannya.
"Liat nih, gue selalu merinding kalau gue inget yang tadi malem...
Elo maksa samapai Galang merintih kesakitan, astaga elo apain aja dia...??"
Rendi mengusap-usap lengannya sendiri dengan cepat.
"Kepala gue jadi ikutan sakit karena bayangin yang aneh-aneh..."

The Destiny (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang