Terkejut

677 54 6
                                        

SIDER = JOMBLO ABADI.

Pembaca baru wajib ninggalin jejak!!

WAJIB VOTE DAN KOMEN!!

_


_____________________________________

"Hari ini aku bersembunyi, tetapi aku tidak berjanji akan meakukannya kembali di waktu yang akan datang."
_Andrhea_

______________________________________

Aku tersentak kaget saat mimpi buruk menghampiri tidurku. Terbangun dalam keadaan kamar gelap gulita membuatku menggigil ketakutan.

"Non, bangun udah pagi!"

Suara gedoran pintu membuatku tersadar bahwa hari sudah pagi. Bergegas turun dari ranjang, lalu membuka pintu. "Iya, Bi. Ini juga aku mau mandi."

Kening Bibi mengerut membuatku bingung melihatnya. "Kenapa, Bi?"

"Itu ada darah kering di hidung non," ucapnya ragu.

Aku tergagap mendengarnya. "I-iya."

"Non mimisan?"

"Cuma mimisan biasa aja ko, Bi. Nggak usah lebay deh," ucapku berbohong.

"Ya udah, kalau non sakit bilang ke saya, ya."

Memangnya kenapa harus bilang ke bibi? Apa mereka nggak mau menerima penyakit sialan ku ini.

"Iya, Bi."

Dua puluh menit telah aku habiskan untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Dengan percaya diri aku menuruni tangga bersama senyuman manis yang terukir di wajahku. Mataku menatap keluargaku yang sedang berbincang hangat di meja makan. Hatiku juga menghangat melihatnya, karena ini adalah salah satu impianku.

Bibirku semakin lebar tertarik saat aku sampai di meja makan. Ku tarik kursi kosong di samping Ibuku, tetapi gerakanku terhenti saat mataku bertatapan dengan mata tajam sang Ayah.

"Siapa yang suruh kamu duduk."

Dingin sekali suaranya.

Aku menoleh menatap Ibu untuk menjelaskan apa yang terjadi, tetapi beliau tetap diam. Aku semakin bingung saat Ayah berdiri dari kursinya.

"Saya nggak akan makan sebelum anak itu pergi dari sini," ucapnya banyak mengandung perintah.

"Kenapa, Yah? Ada yang salah denganku?" tanyaku mencoba memberanikan diri.

Bagas tertawa sinis. "Ya, kamu emang banyak salah, sampai semua hal yang kamu lakukan dalam menebus kesalahanmu tidak ada gunanya."

"Bolehkah, aku tau kesalahan apa yang aku buat hari ini?" tanyaku menantang.

Ayahku semakin berang melihat tingkahku. Aku pun acuh, dan ingin menunjukkan sikap buruk ayahku ke anak dan istrinya. "Apa, Yah? Kok diam aja," ujarku semakin menantang.

"Sialan! Dasar anak——"

Mataku terpejam erat saat ayah melayangkan tangannya ke arah wajahku, tetapi beberapa detik setelahnya aku tidak merasakan apapun, kecuali wangi harum yang sangat aku kenali berada di depan tubuhku. Seperti tameng untuk menjagaku.

Please, Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang