Bayangan

467 45 14
                                    

SIDER = JOMBLO ABADI
WAJIB VOTE DAN KOMEN!
SHARE CERITA INI KE TEMAN- TEMAN KALIAN.
Tandai typo!

____________________________________

____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


___PLAM___

"Dari tadi siang perasaan gue nggak enak banget, ternyata masalahnya ada di lo," ucap Banyu yang sedang menyodorkan tisu untuk Andrhea.

"Menurut gue juga ada yang janggal sama perlakuan Anna, adik lo," timpal Bisma.

Dimas mengangguk membenarkan ucapan Bisma. "Gue setuju sama Bisma. Menurut sudut pandang sudut pandang gue, ada rasa benci yang tersimpan di mata Anna."

Andrhea terkekeh mendengarnya. "Wajar kalau dia benci sama gue. Kan, gue penyebab rusaknya hubungan ortu gue. Walaupun gue nggak tau di mana letak kesalahannya."

Tatapan tajam milik tiga pemuda itu terpusat ke Andrhea.

"Selama ini, lo sadar nggak, sih? Alasan bokap lo nggak logis buat nuduh lo sebagai tersangka," papar Dimas gregetan yang disetujui Banyu dan Bisma.

"Nggak logis gimana? Gara-gara gue semuanya hancur berantakan tak terkendali. Itu karena rasa benci yang menghantui ayah gue," lirih Andrhea.

Flashback on

"Kamu duluan aja turun. Aku yang tunggu ayah, nanti kita bareng-bareng nyusul!" titah anak kecil baju biru.

"Aku nggak mau, aku maunya kita berenang bersama. Atau kita tunggu ayah berdua?" usul anak kecil baju merah muda.

Mereka berdua duduk di tepi pinggir kolam renang dengan kaki yang menjuntai ke dalam air. Sebuah teriakkan dan kaca yang terpecah membuat mereka berjengit kaget. Mereka saling pandang ketakukan.

"Ayah sama ibu kenapa bicaranya pakai nada tinggi?" tanya anak kecil baju merah muda dengan tampang polos.

"Aku nggak tau," anak kecil baju biru menggeleng. "Coba kita lihat, yuk!" ajaknya.

Di balik dinding mereka mengintip ketakutan melihat orang tuanya bercekcok mulut dan juga membanting barang-barang yang ada di sekitarnya. Antara takut ketahuan mengintip atau menjadi sasaran kemarahan mereka.

"Mas, pokoknya aku nggak mau tau kamu harus pertemukan dia dengan anaknya!"

"Aku nggak bisa!"

Please, Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang