Bersamamu

704 60 28
                                    

Bersamamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersamamu

"Rasanya aku sangat berterima kasih pada rasa ibamu. Karenanya, aku bisa menikmati malam bersamamu."
_Andrhea_

***

Melihatnya berjalan mendekati arah balkon kamarku. Aku buru-buru menutup tirai jendela, lalu berjalan menjauh. Ku buka lemari mengambil baju dan celana jeans. Gaun yang aku pakai sudah tergolek di lantai. Celana sudah terpasang, kini tinggal baju yang masih berada di tanganku.

Gerakan tanganku terhenti saat ingin memasukkan baju ke kepala. Aku tengok jendela saat mendengar suara seperti benda jatuh. Mataku melotot, reflek aku melindungi dadaku dengan baju dengan mendekap.

"Aahhhkkk...!"

Aku tidak tahu lagi bagaimana orang itu bisa masuk ke dalam kamarku. Lebih parahnya lagi, dia memelukku dengan tubuh yang menempel berbaring di karpet. Dan bagian depan tubuhku terekspos seperti dada ayam yang ada di etalase tukang ayam goreng.

"Mmmhh... Le-phasss!!" jeritku tertahan akibat mulutku yang dibekap tangan orang itu.

Aku tatap tajam mata itu. Lalu, dengan gerakan cepat aku gigit tangannya dan menggulingkan tubuhnya hingga telungkup di bawah kuasaku.

"Anjirr... Sakit, bego!"

"Bodo amat. Lo aja nggak diundang tapi dateng kayak jailangkung," desisku, kembali menekan tubuhnya.

"Ashh... Lepasin, Andrhea!" geramnya.

"Cemen banget, sih. Cowok kok kalah sama cewek," ejekku, seraya melepaskan kucian tubuhnya.

"Harusnya lo yang harus dipertanyakan. Cewek kok tenaganya kayak kingkong kelaparan."

"Sialan, lo!" Bantalku mendarat tepat di wajahnya. Aku pun buru-buru mengenakan baju.

"Yailah, tadi mah jangan pakai baju dulu. Kan, enak berdua-duan di kamar terus si ceweknya nggak pakai baju," protesnya.

"Bangsat, lo!" Satu bantal kembali mendarat di wajahnya. "Dasar semua cowok nggak jauh-jauh dari selangkangan sama dada."

"Heh, harusnya kaum perempuan berterima kasih sama kaum gue. Tanpa lelaki, lo nggak bakalan ada di dunia ini," balasnya menyeleneh.

"Dasar omes!!" teriakku.

Tangannya sigap sekali membungkam mulutku. Pasti bukan hanya tangannya saja yang sigap, tetapi bibir kenyalnya itu juga sigap merayu banyak perempuan.

Please, Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang