#09. Kesepian

3.3K 251 7
                                    

Seminggu kemudian, di siang hari yang terik di atas papan bambu yang licin, terlihat Stevy tengah sibuk bercucuran keringat mencuci setumpuk pakaian. Kemudian beberapa gadis di desa itu yang bernama Lingfi dan Lingli datang membawakan setumpuk pakaian lagi dan menaruh semuanya di dekat gentong air. Stevy sangat kesal dan langsung berdiri dengan kemarahannya terhadap mereka.

"Hey! kalian ini terus saja menambahkan cucian!! apa kalian sengaja?" ujar Stevy ngegas.

"Tentu saja, kau kan orang baru di sini, maka beginilah caramu akrab dengan kami, hahahhaa!!! cucikan semua pakaian kami ya? maka kami akan menerimamu di desa ini, dasar wanita penggoda!" ucap Lingfi sangat kasar kepada Stevy.

"Kau berani sekali mengataiku wanita penggoda!! nanti saat Wangji kembali, akan kuberitau sikap kalian padaku selama aku di sini!!" ujar Stevy.

Lingfi dan temannya saling melirik lalu tertawa mendengar ucapan Stevy tersebut.

"Hahaha!! kau?? mau mengadukan kami ke tuan Wangji? Ck! beritahu saja dia, aku yakin dia akan lebih percaya pada kami ketimbang kau, lagi pula asal-usulmu sajakan tidak jelas, aku yakin sampai sekarang tuan Wangji pasti masih waspada dan ragu terhadapmu!" ujar Lingfi.

Kata-kata Lingfi membuat Stevy tertunduk diam tanpa mengucap sepatah katapun. Yang muncul di pikirannya adalah apakah benar sampai sekarang Wangji masih ragu dan tak percaya padanya?

"Hhh.. benar juga, akukan dari alam modern, tiba-tiba muncul di sini, pasti kecurigaannya terhadapku masih ada!" gumam Stevy sambil mencuci setumpuk pakaian itu.

Kemudian Lingfi dan Lingli pergi meninggalkan Stevy di sana dengan tatapan licik mereka. Saat sore hari tiba, Stevy yang baru selesai mencuci langsung berdiri dan merentangkan kedua tangan dan merebahkan tubuhnya.

"Fyuuh.. pinggangku serasa mau putus, mereka kejam sekali padaku. Pakaian sebanyak itu aku sendirian yang mengerjakannya, jika orang lain pasti sudah pingsan! memangnya aku tukang loundry apa!" ujar Stevy kemudian duduk di depan gubuknya untuk meluruskan kedua kaki.

Ia memijat lembut kedua kakinya sembari menatap suasana sepi di sekelilingnya. "Bahkan mesin cuci di alam modern juga bisa rusak jika di paksa menyuci sebanyak itu!" batin Stevy memelas.

"Hhhh.. sudah seminggu dan Wangji tidak juga mengunjungi desa ini, apakah dia tidak akan ke sini lagi? apakah dia melupakanku? haihh.. siapa aku?? untuk apa orang seperti dia memikirkan aku, huaaa!! Wangji kau jahat sekali! apa kau tau para gadis di sini menyiksaku, hiks!" ucap Stevy merengek sedih.

Di samping itu, ibu Stevy yang masih terbaring lemas di kasur terus saja memikirkan di mana putrinya berada.

"Putriku! di mana dia?? sedang apa dia sekarang?? kenapa sampai sekarang ia tak kunjung pulang!" ucap ibu Stevy menoleh ke arah suaminya. Ayah Stevy hanya diam menunduk dan bingung harus mengatakan apa.

"Apa dia sudah makan di sana? apa ada yang melindungi dia di sana?" ucap ibu Stevy dan tiba-tiba JunBi teringat akan sesuatu.

"Oiya bu? bukankah Stevy sering berbicara tentang kehidupan kerajaan yang ia impikan? apa jangan-jangan Stevy masuk ke alam dunia masa lalu?" ucap JunBi.

"Sshhtt! JunBi! jaga ucapanmu, jangan buat ibumu semakin panik!" tegur ayahnya.

"Maaf ayah, aku tidak bermaksud begitu." ujar JunBi menundukkan kepala.

There is Love in 'Chung Xhua' [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang