Cufeng yang awalnya merasa sangat kesakitan, tiba-tiba berubah anteng bahkan terdiam menatap Stevy. Ia melamun seakan terpanah oleh paras cantik dan kebaikan Stevy padanya. Sedangkan Stevy terlihat sangat hati-hati dalam mengobati luka di jari tangan temannya itu, sampai pada akhirnya Cufeng merasa jika Stevy memperlakukannya dengan penuh perhatian dan lembut, melebihi sebatas teman.
"Apakah sakit? apa aku terlalu kasar?" Tanya Stevy.
Cufeng langsung tersadar dari lamunannya dan merasa canggung. Lirikannya begitu gugup dan sempat linglung harus menjawab apa.
"Emm.. i-itu tidak sakit, sa-sama sekali tidak sakit setelah kau mengoleskan obat itu ke jariku." Jawab Cufeng.
"Benarkah?? baguslah kalau begitu, ini adalah salep yang aku racik sendiri, emm.. aku menemukan ramuan ajaib ini di buku yang guru Yijiu berikan padaku dan aku mencoba membuatnya sendiri untuk mengobati luka." Ujar Stevy.
Cufeng langsung tersenyum menatap gadis di hadapannya. Detik itu juga, ia merasakan hatinya tergerak, bahkan seperti ada kebahagiaan tersendiri yang ia rasakan di dekat Stevy. Setelah selesai mengoleskan salep, Stevy juga membalut luka Cufeng dengan sehelai kain.
"Nah.. sudah selesai, sekarang lukamu sudah di obati dan di perban, beberapa hari lagi pasti akan sembuh!" Ujar Stevy.
Cufeng tak henti-hentinya menatap Stevy, namun Stevy hanya tersenyum biasa padanya, kemudian ia pergi ke gubuk Yijiu. Cufeng tersenyum menatap jari tangannya yang di balut oleh kain.
Di kediaman pribadi, Yijiu menyadari kedatangan Stevy dan menyuruhnya untuk segera duduk.
"Yunxi duduklah, bagaimana? kau sudah enakan? kau sudah tidak merasa pusing atau lelah, kan?" Tanya Yijiu.
"Tidak guru, aku merasa lebih baik, oiya, guru? bisakah aku meminjam buku tentang pusaka yang guru miliki waktu itu?" Ujar Stevy.
"Buku itu? Oh! tentu saja, bawalah dan berhenti memanggilku guru, aku ingin kau memanggilku kakak saja, bisakan?" Pinta Yijiu.
"Tentu saja, mulai hari ini.. aku akan memanggilmu kakak." Ujar Stevy tersenyum lebar.
Di samping itu, setelah beberapa hari perjalanan, Ying xhucin akhirnya tiba di istana kerajaannya. Saat ia sampai, semua prajurit berjejer rapi menyambutnya dan memberi hormat. Kemudian datang pria paruh baya berambut setengah memutih yang tengah mendekat ke arahnya. Dia adalah penasihat kerajaan sekaligus paman bagi Ying xhucin. Namanya adalah GU BAI, Gu bai sudah ada dan setia padanya sejak Ying xhucin masih kecil.
"Yang mulia, anda telah kembali? apa anda terluka? wajah yang mulia terlihat pucat sekali." Ujar Gu bai tampak khawatir dengan kondisi sang pewaris tahta.
"Aku baik-baik saja Gu bai, aku hanya sesikit lelah." Ujar Ying xhucin dengan nada suara pelan dan terdengar sayup.
Namun saat Ying xhucin berjalan masuk, langkah kakinya mulai oleng sempoyongan. Gu bai langsung menahan lengannya dan membantunya berjalan.
"Bukankah hamba sudah bilang, anda tidak perlu turun tangan langsung menangani ini semua, anda pastinya tau, jika kerajaan Fhuang Li sengaja melakukan ini untuk membuatmu lengah." Ujar Gu bai.
"Tapi aku harus, Gu bai. Jika tidak? maka kerajaanku ini tidak akan pernah merasakan yang namanya damai." Kekeh Ying xhucin.
"Tapi andalah yang paling terpenting, wahai pangeran mahkota Ying Xhucin. Anda adalah satu-satunya penerus tahta ini, jika anda terluka? apa yang akan terjadi pada rakyatmu kedepannya, lagi pula.. ayah anda saat ini masih terbaring sakit dan belum pulih, semua tabib juga mulai menyerah dengan penyakit yang mulia Raja." Ujar Gu bai membuat Ying xhucin tersadar jika ucapan penasihatnya itu benar.
Ying xhucin hanya diam menundukkan kepala, lalu melepaskan genggaman Gu bai dan pergi ke kediaman ayahnya yang saat ini masih terbaring koma. Ia datang ke kamar ayahnya tersebut dan duduk berlesehan di dekatnya.
"Ayah, kapan kau akan sadar? sejak kecil aku tidak pernah merasakan kasih sayang ibu kandungku, hanya kau yang kumiliki, ayah. Apa kau akan meninggalkanku juga sama seperti ibu??" Ucapnya menggenggam dan mengusap lembut tangan ayahnya.
Kemudian Ying xhucin kembali ke ruang rapat atau aula utama kerajaan dengan raut wajah murung. Ia lalu duduk di kursi tahta ayahnya untuk memerintah di kerajaan itu. Semua mentri, penasihat, dan juga beberapa perwakilan pasukan dan panglima perang berkumpul di sana. Mereka membahas rencana selanjutnya untuk kerajaan Fhuang Li.
"Hormat kepada yang mulia, apa yang harus kami lakukan sekarang? apakah kita hanya diam terus seperti ini? hamba rasa, mereka semakin menjadi-jadi saja, yang mulia!" Ujar Rui panglima kerajaan Chung Xhua.
Rui adalah panglima utama kerajaan Chung Xhua dan merupakan orang kepercayaan Ying xhucin selama ia berada di desa Wuxi. Ying xhucin begitu percaya padanya. Rui juga merupakan teman masa kecil yang begitu setia padanya, maka dari itu Ying xhucin meminta ayahnya untuk menunjuk Rui sebagai panglima perangnya saat dia bertahta nanti dan hal itu dikabulkan oleh ayahnya. Saat ini Rui menjadi panglima sekaligus tangan kanan kepercayaan istana, kemudian Ying xhucin mulai berpikir keras mendengar ucapan Rui.
"Yang mulia? anda harus segera memikirkan strategi baru untuk kerajaan kita, mohon jawaban yang mulia.." Ujar panglima Rui.
"Yang mulia, kurasa kita harus cepat mematahkan sayap mereka, jika tidak? mereka akan terus memberontak!" Sela salah satu mentri kerajaan.
"Iya benar, itu benar sekali!!" Bisik para mentri lainnya.
"Kami akan siap kapanpun juga, jika yang mulia menyatakan sikap, maka kami akan menyiapkan semuanya! jika tidak begini, rakyat akan merasa resah!" Ucap salah satu perwakilan prajurit.
Penasihat Gu bai hanya terdiam menatap Ying xhucin, berharap dia mampu memberikan keputusan yang bijak.
"Baiklah jika ini keinginan kalian dan bisa membuat kerajaan kita damai, maka kali ini aku nyatakan perang ke istana Fhuang Li. Kita akhiri saja dengan peperangan, dan peperangan kali ini akan menjadi peperangan yang besar di antara dua kerajaan. Kalian semua harus siap, karena pertempuran ini akan sangat menyakitkan, dan pastinya banyak memakan korban!" Tegas putra mahkota Ying xhucin.
Semua mentri, kepala prajurit, dan panglima perang membungkuk hormat atas keputusan sang putra mahkota untuk mengakhiri kekacauan ini.
"Hormat kepada yang muliaaa!!!! kami akan melaksanakan tugas dan perintah dari yang mulia!!" Ucap mereka semua yang ada di aula utama kerajaan.
Para prajurit dari kerajaan Fhuang Li selalu mencari kesempatan untuk bisa membunuh semua rakyat dari Chung Xhua. "Hahaha!!!" Gelak tawa para prajurit Fhuang Li sangat berdenging di telinga. Mereka selalu saja berhasil menembus garis aman yang sudah Ying xhucin berikan untuk melindungi rakyatnya, namun tetap saja mereka berhasil membantai habis-habisan.
"Ampuni aku!! tolong ampuni aku!" Jerit salah satu rakyat Chung Xhua yang tertangkap oleh para prajurit Fhuang Li.
"Sruk!!!" Suara tusukan dan tebasan pedang yang terdengar tanpa ada ampun dan rasa kasihan. Hal itu membuat sang putra mahkota tidak tinggal diam menyaksikan semuanya. Tentu sudah hilang kesabarannya dan memilih menyatakan perang ke istana Fhuang Li.
........
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
There is Love in 'Chung Xhua' [Tamat]
FantasyMurni Karya imajinasi sendiri [BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Cerita ini tidak untuk membuktikan sejarah apapun. Cerita masih sama, hanya ganti judul ✓ Versi revisi ✓ Ada tambahan 1 chapter baru ✓ Jauh lebih seru ✓ Blurb : Kisah perjalanan cinta seorang g...