6

65 31 1
                                    

Menjelang pagi matahari menampakkan dirinya. Aku masih berada di bawah selimutku. Lalu jam wekerku berbunyi nyaring, segera aku mengucek mataku dan bangkit dari tidurku.

Aku masih duduk di kasurku sambil mengumpulkan seluruh nyawaku. Setelah kurasa sudah lebih baik aku berjalan menuju kamar mandi dan mempersiapkan diri untuk sekolah hari ini.

Selesai dengan acara pagiku aku menuju meja makan di sana sudah ada Bunda dan Ayah mungkin sedang berada di teras rumah sambil membaca koran itu kebiasaannya.

"Pagi Bun" sapaku.

"Pagi sayang sini sarapan dulu udah Bunda siapin bekalmu juga" ucap Bunda.

"Iya Bun, Ayah di teras ya? ga sarapan bareng?" tanyaku.

"Oh iya sebentar Bunda panggil biar kita sama-sama sarapannya" ucap Bunda lalu melenggang pergi ke teras rumah memanggil Ayah supaya ke meja makan.

Setelah Ayah sudah di meja makan aku sarapan bersama dan ada candaan kecil yang keluar saat sarapan membuatku merasa bahagia pagi ini.

Aku berjalan keluar dan pamit ke Bunda aku akan berangkat sekolah.

"Zora berangkat sama Ayah ya Bun" ucapku sambil mencium tangan Bunda.

"Iya hati-hati ya"

Aku segera masuk ke mobil bersama Ayah yang sudah ada didalamnya. Lalu aku pun berangkat ke sekolah. Diperjalanan aku tak berhenti berbicara dengan Ayah. Ayah pun menanggapiku dan memberi perhatian kecil. Aku sangat senang karena jarang kita seperti ini kalau Ayah pulang saja, makanya aku menyempatkan waktu ini dengan Ayah.

Sampai di depan gerbang sekolah aku turun dari mobil dan sebelumnya aku berpamitan dengan Ayah sambil mencium tangannya. Lalu Ayah pulang kembali ke rumah dan aku menuju ke kelasku dengan perasaan bahagia.

Sampai di kelas aku duduk dan ternyata Kevo sudah datang. Bangku disampingku kosong, Riris kan tidak berangkat hari ini. Pasti sepi deh ngga ada Riris batinku.

Kemudian Kevo berjalan ke arahku dan duduk dibangku sebelahku.

"Tadi masuk kelas lo seneng banget kayaknya kok udah duduk lo murung kenapa?" tanya Kevo.

"Riris ngga berangkat gue sendirian" ucapku murung.

"Kenapa Riris ngga berangkat?" tanya Kevo.

"Sakit" ucapku singkat.

"Oh Riris bisa sakit ya ternyata" ucap Kevo tertawa. Kalau ada Riris di sini pasti Kevo udah dimarahin habis-habisan sama Riris.

"Ya lo jangan sedih dong kan ada gue" ucap Kevo tersenyum.

"Iya terus?" tanyaku.

"Ya gue akan ngilangin kesedihan lo" ucap Kevo mantap.

"Emang bisa? kan lo bisanya buat gue kesel mulu" ucapku kesal.

"Eh jangan kesel dulu dong" ucap Kevo.

"Ya udah lah, yuk ke lapangan udah jam tujuh nih" ucapku lalu melenggang pergi meninggalkan Kevo yang masih duduk.

"Tungguin dong Ra" ucap Kevo mengejarku.

Aku menuju ke lapangan upacara dengan Kevo dan juga teman-teman sekelasku lainnya. Karena sudah ada pemberitahuan untuk segera ke lapangan upacara.

Akhirnya upacara dilakukan selama sembilan puluh menit membuatku semakin badmood.

Selesai upacara aku kembali ke kelas dan duduk kembali ke bangkuku lalu Kevo menghampiriku.

"Hei Ra kok tambah murung tuh muka" ucao Kevo tertawa.

"Apaan sih sebel gue" ucapku kesal.

"Lo kesel mulu perasaan"

LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang