Sesampainya di rumahku aku turun dari motor Kevo.
"Makasih ya udah nganterin," ucapku tersenyum sambil membuka helm.
"Iya sama-sama Zora Alsana" ucap Kevo memanggilku dengan nama panjang dengan tersenyum juga.
"Dah Kevo Sevano" ucapku juga memanggilnya dengan nama panjangnya.
Aku berjalan menuju pintu rumah setelah Kevo melaju. Aku mengetuk pintu dan salam lalu pintu dibuka oleh Ayah.
"Ayah besok masih di rumah kan?" tanyaku.
"Iya sayang" ucap Ayah tersenyum sambil mengelus puncak kepalaku dengan lembut.
Saat melewati dapur aku melihat Bunda sedang di dapur sedang membuat kue.
"Bunda buat kue apa?" tanyaku.
"Kue salju" ucap Bunda yang sedang mencetak adonan.
"Zora bantu ya Bun tapi nanti" ucapku.
"Iya kamu mandi dulu" ucap Bunda.
"Siap Bun."
Aku masuk ke kamar dan membersihkan badanku setelah selesai aku menuju dapur untuk membantu Bunda.
"Zora bantu buat apa nih Bun" ucapku.
"Kamu kocok telur aja tuh udah Bunda pisahin putih dan kuning telurnya" ucap Bunda.
"Siap Bun" ucapku lalu mengocok kuning telur itu sampai berbusa.
Tiba-tiba ada ayah yang berjalan ke dapur lalu mengambil air dingin di kulkas.
"Wah Zora emangnya kamu bisa kaya Bunda" ucap Ayah tertawa.
"Bisa dong Yah aku kan belajar dari Bunda" ringisku.
"Bagus Ayah nungguin matang aja deh kalau udah matang panggil Ayah ya" ucap Ayah tertawa lalu pergi ke ruang keluarga untuk menonton televisi.
"Ayah mah maunya makan" teriakku sambil tertawa.
"Biarin" teriak Ayah balik sambil tertawa.
"Hei udah jangan teriak lagi kamu fokus tuh sama telurnya dari tadi busanya ga ada" ucap Bunda tertawa.
"Udah kok Bun sedikit ya lumayan lah" ucapku nyengir.
"Pokoknya sampai berbusa ya lama tau" ucap Bunda.
"Yah berapa jam tuh Bun?" tanyaku.
"Buat kamu dua jam kocok terus tuh telur" ucap Bunda tertawa.
"Ah Bunda bisa aja" ucapku ikut tertawa.
Aku mengocok telur terus sampai berbusa setelah kurasa sudah berbusa aku menyerahkan ke Bunda.
"Nih Bun kaya gini udah kan?" tanyaku.
Bunda melihat sebentar lalu mengiyakan ucapanku. Aku melihat Bunda yang sedang mencampurkan adonannya menjadi satu lalu mengaduknya hingga rata. Setelah semua tercampur adonan tinggal dicetak dengan cetakan bulan sabit lalu dipanggang menggukan oven.
"Udah ya Bun?" tanyaku.
"Iya tinggal nunggu dipanggangnya aja" ucap Bunda.
"Berapa lama Bun?"
"Sekitar setengah jam kamu tunggu aja sana sama Ayah di ruang keluarga" ucap Bunda.
"Oke Bun" ucapku lalu pergi menuju ruang keluarga.
"Eh kok kamu ke sini Zora" ucap Ayah melihatku yang duduk disampingnya.
"Iya dong" ucapku tersenyum.
"Udah matang ya?" tanya Ayah.
"Enak aja Yah masih lama tau baru aja di panggang, bikin kue tuh ga secepet bikin mie instan ya" ucapku panjang.
"Iyaiya Zora sayang bawel banget sih anak Ayah ini" ucap Ayah sambil mencubit hidungku.
"Ih Ayah" ucapku kesal tak lama aku tertawa.
Aku dan ayah kemudian tertawa bersama. Aku sangat menyukai momen saat ini. Dimana hanya sesaat saja, ya sesingkat itu aku pun menginginkan lebih banyak waktuku bersama keluarga tapi waktu memisahkannya, memang kejam.
💦💦
Saat aku asyik menonton televisi bersama Ayah yang mungkin sudah setengah jam lamanya terdengar teriakan Bunda memanggilku.
"Zora kesini sebentar!" teriak Bunda dari dapur.
"Iya Bunda," teriakku.
Aku berjalan menuju dapur, kulihat Bunda sedang membuka oven dan menarik roti yang sudah matang dari dalam oven.
"Wah udah jadi ya Bun" ucapku senang.
"Iya tapi tunggu agak dingin ya masih panas," ucap Bunda.
"Iya Bun siap. Aku cobain ya Bun" ucapku mengambil satu kue lalu mengibas-ngibaskan ke udara.
"Awas jatuh loh kalo kaya gitu terus" ucap Bunda.
"Tenang Bunda ga bakal jatuh kok kan ngga boleh ditiup yaudah aku giniin aja" ucapku tertawa.
"Ada-ada saja kamu" ucap Bunda tertawa.
Setelah agak dingin aku memasukkan kue ke mulutku dan aku menelannya tanpa sisa.
"Enak banget! Bunda emang terbaik" ucapku sambil menunjukkan kedua ibu jari tanganku.
"Iyalah kan buatan Bundanya Zora" ucap Bunda tertawa.
Aku menikmati setiap candaan yang keluar dari aku maupun dari Bunda sungguh aku senang sekali.
Setelah kuenya sudah agak dingin aku memasukkan kedalam toples dan sebelumnya kue salju ini sudah ditaburi dengan gula halus.
"Siap deh Bun" ucapku sambil memegang toples.
"Bawa sana ke ruang keluarga" ucap Bunda.
"Oke Bundaku" ucapku tersenyum.
Aku membawa setoples kue salju ke ruang keluarga yang ada Ayah yang masih menonton televisi dengan asyiknya.
"Ayah!" ucapku mengagetinya.
"Ngga kaget" ucap Ayah tertawa.
"Ih kok ngga kaget sih" ucapku cemberut.
"Langkah kamu Ayah tau lah" ucap Ayah.
"Yaudah deh nih Yah kuenya udah jadi" ucapku sambil meringis.
"Namanya kue apa nih?" tanya Ayah.
"Kue salju"
"Kok ngga dingin?" ucap Ayah tertawa.
"Yang dingin dia Ayah" ucapku tertawa.
"Dia siapa hayoo?"
"Ngva ada kok" ucapku tertawa.
"Ah kamu itu ya"
Hai jangan lupa vote, comment, follow ya❤
Terimakasih❤