Taman Hiburan

162 13 0
                                    

   Kami berdua hanya kikuk dan tak tau apa yang di bicarakan setelah tadi adegan romantis dalam trans Jakarta, walaupun terlihat aku yang berlebihan karena tadi kami hanya tak sengaja namun aku berterimakasih pada trans Jakarta yang berhenti mendadak.

"Gio... sebenarnya saye dah sampai ke Indonesia saye nak ke taman hiburan  tapi tak punya kawan, awak nak temankan saye kesane..." .

"Ayok..." Gio menarik tanganku dan langsung membeli tiket masuk ke taman hiburan, suatu hal yang aku tak tau bahwa Gio takut ke tinggian sebabnya ia selalu berkata baik-baik saja.

"Apa kite nak  berhenti dulu dan melepak (duduk)  disini?"

"Apa kamu kecapean ?"

   Yuki berbohong bahwa ia sudah kelelahan, padahal ia hanya tak tega dengan Gio. Bahkan wajahnya sudah pucat, bahkan mengeluarkan keringat dingin dan ia tak mengatakan kepadaku.

"Gio ... Minum ini dulu" aku memberikan air Aqua dan Gio meminumnya dengan cepat.

"Thanks you so much, sudah nak temankan saye ke taman bermain ini dan saye tak akan melupakan jasa awak kepada saye"

"Apaan sih? aku juga udah lama mau kesini namun belum sempat".

"Gio ... Awak sangat keren" Gio tertawa mendengar perkataan Yuki.

"Kamu tau selama kita jalan, kamu tak pernah merendahkan aku dan selalu memujiku bagaimana aku terbawa bualanmu".

   Yuki mendekat ke Gio dan menatap Gio penuh dengan rasa kagum.

"Ape wajah saye ni... nampak macam pembohong?".

"Yuki bukankah kita terlalu dekat" ucap Gio sambil menggeser kening Yuki dan Yuki memanyunkan bibirnya.

"Awak tak suke saya dekat-dekat dengan awak kan?".

"Bukan begitu, aku hanya merasa panas dan itu bukan berarti aku tak suka".

"Jadi gio suka kan saye..." Yuki berteriak dan memeluk Gio dengan kuat dan Gio hanya tertegun.

   Mereka menghabiskan waktu dengan bermain wahana, rumah hantu dan komedi putar. Sekarang Yuki sedang tertidur di dalam bus sambil bersandar di bahu Gio.

"Aku takut jika aku terlalu bahagia" ucap Gio melirik ke arah jalan.

Mereka sampai di apartemen Yuki dan Gio pamit pulang dalam perjalanan ke apartemen Yuki tak berhenti tertawa dan tersipu malu. Stevan membuka pintu apartemen dan melihat Yuki sedang memukul dinding dan tertawa seperti orang gila.

"Kamu kenapa?"

"Stevan, saye rase dia benar-benar jodoh saye dan saye ingin kite bekerja same untuk menggalakkan pernikahan kite ni..".

"Huh... jadi kamu ingin kita bekerja sama".

"Ehm... ape awak dah makan".

"Saya belum makan, karena di kulkas saya tak ada bahan makanan sebab itu saya ingin keluar pergi belanja".

"Benarkah, padahal kulkas saye penuh".

"Mami sungguh pilih kasih, kalau begitu masak untuk saya agar kita bisa memikirkan bagaimana kita harus berpisah Tampa menyakiti perasaan orang tua kita".

   Stefan masuk ke apartemen dan Yuki langsung memasak, Stefan memerhatikan gerak gerik Yuki dan memang ia sangat pintar memasak.

"Kalau di lihat-lihat Yuki memang nggak kalah cantik juga sih dari Pevita dia pinter masak tapi mulutnya aja yang jahat" ucap Stefan dalam lamunannya dan ia langsung memukul kepalanya dan meminta agar sadar.

"Sadar... kamu udah punya Pevita ".

"Jump kita makan lagi.." Yuki duduk di kursi dan kami makan, aku melihatnya sekilas.

"Ngapain lihat aku macem tu..., nanti awak suke lagi dengan saye".

"Saya suka sama kamu, itu nggak akan terjadi saya nggak jadi makan disini" Stefan langsung ke luar dari apartemen Yuki dan masuk ke apartemennya.

"Aku ini kenapa sih?" Ucap Stefan dan Yuki mengetuk pintu apartemennya dan meletakan beberapa kotak makanan yang berisi makanan.

"Untung dia ngasih ini, perutku juga lapar sih" ucap Stefan dan membawa makanan itu ke dalam.

******

    Yuki memilih untuk menjalankan pagi harinya dengan berolahraga menggunakan sepeda kesayangannya, menuju ke tempat cafe Gio bekerja. Ia melihat Gio sedang mengelap meja dan menyapu lantai dan cafenya buka namun pengunjung disana tebar pesona pada Gio dan membuat Yuki kesal.

"Gatal sangatlah mereke tu.." ucap Yuki dan memarkirkan sepedanya dan ikut memesan susu dan beberapa cake.

  Yuki membesarkan matanya pada wanita yang sedang menatap Gio dengan tatapan lapar.

  Gio meletakkan pesanan Yuki dan Yuki tersenyum ke arah Gio sambil memegang tangannya.

"Abis olah raga" ucap Gio sambil menyusun pesanan Yuki di meja.

"Iye, saye olahraga di sekitar sini dan teringat awak karena itu saye mampir kesini tak menyusahkan awak kan".

"Tidaklah, malah membuat aku tambah semangat"

"Yang benar.." ucap Yuki dan Yuki terus malu-malu.

    Gadis-gadis di cafe merasa cemburu terhadap Yuki, bahkan Yuki mencubit pakaian Gio dengan manja.

"Siapa sih gadis yang lagi bicara sama Gio, bikin aku kesal aja"

"Iya sok manja lagi, tadi kalian nggak liat dia tatap kita dengan wajah sangar".

"Iya aku kesel banget" ucap para gadis yang ada dalam cafe.

"Awak lanjutkan kerja awak lagi dan saye akan makan dengan nikmat makanan yang awak hidangkan ini" Gio mengacak rambut Yuki dan membuat para gadis kembali gigit jari.

  Setelah Gio pergi, Yuki memandang para gadis dengan tatapan merendahkan dan meminum susu dengan cool.

"Lama-lama saye disini saye bisa diabetes dengan melihat pujaan hati saye ni...".

   Yuki pulang dari cafe dan puas membuat para perempuan centil itu kebakaran jenggot. Bahkan saat bersepeda yang cukup jauh Yuki, bersenandung lagu dan tersenyum sendiri.

   Ia berjalan di koridor apartemen sambil bernyanyi dan Stefan menegurnya.

"Lho.. udah makan..?" Tanya Stefan dengan nada rendah.

"Udah.." ucap Yuki dan membuka pintu apartemennya.

"Gue... ada bikin nasi goreng dan berlebih jadi kalau lho lapar makan aja disini"

"Nggak saye dah kenyang... awak bisa habiskan nasi goreng tu .. sampai licin tandas".

   Yuki menutup pintu apartemennya dan Stefan berjalan ke meja makan dan memakan nasi gorengnya.

"Udah capek-capek di buatin.." ucap Stefan dengan kesal, sedangkan Yuki di kamarnya meloncat-loncat sambil mengacak rambutnya.

"Saye suka awak..." Teriak Yuki sambil membayangkan wajah Gio.



Istri dari MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang