Aku merindukan Gio dan hendak ke tempat ia bekerja, aku memerhatikan Gio dari balik jalan. Ia mengelap-ngelap meja dan pergi ke belakang sepertinya shift kerjanya telah selesai, pakaianya sudah berganti dan ia membawa sepedanya. Aku mengikutinya dari belakang, ia masuk ke sebuah panti Jompo dan aku mengikutinya masuk ke panti Jompo.
Ia masuk ke kamar seorang perempuan yang sesuai dengan mama, Gio duduk di sofa dan perempuan tersebut sibuk memoles bibirnya dengan lipstik merah.
"Apa aku udah cantik?"
"Cantik... aku takut aku melupakan darimana asalku".
"Aku akan bertemu dengan klienku, aku harus tampil semenarik mungkin".
"Bukankah sebagai orang tua kamu malu dengan perbuatanmu dan aku sendiri malu.." ucap Gio pada ibu-ibu tersebut.
"Apa kamu ingin menghabiskan malam denganku?" Ucap ibu tersebut dan Gio menatapnya dengan mata sedih dan berjalan keluar, aku langsung lari dan bersembunyi di balik lorong.
Aku melihat Gio berjalan ke arah taman, aku melihat ibu tersebut ke kamar. Ibu tersebut sekarang menangis, ia melemparkan lipstik tersebut ke lantai.
"Anak... anakku, maafkan ibu ... ibu tak bermaksud membuangmu, salahkan dunia ini yang begitu kejam pada kita".
Seorang pengasuh berlari dan mengambil lipstik yang di lempar ibu tersebut.
"Kamu temanya Gio..."
"O.. saye... iye saye kawan Gio"
"Gio biasanya tak pernah membawa seorangpun kesini, mungkin kamu perempuan spesial untuknya" perawat tersebut mengelap bibir ibu tersebut.
"Gio tak bawa saye kesini, saye mengikutinya.."
" Itu tak masalah, jangan tinggalkan Gio ia anak muda yang rapuh karena dunia yang begitu keras padanya".
"Maksud ibu kenape...?".
"Perempuan yang sedang aku rawat sekarang adalah ibu Gio... ia membuang Gio ke panti asuhan, saat ia berusia tujuh tahun"
"Gio..."
Ibu perawat tersebut menceritakan, kisah hidup Gio yang begitu berat. Gio selalu sendiri mengahadapi dunia yang begitu keras padanya, di balik matanya yang sangat berani tersimpan kesakitan dan kepedihan. Ia hanya dulu anak yang butuh kasih sayang, namun dunia merubahnya untuk tidak membiarkan merasa bahagia.
*******Kisah Gio
Aku mendengar suara desahan pria dan wanita, ia ibuku yang sedang di setubuhi pria tua dan aku menutup kupingku. Aku tinggal di tempat kawasan wanita penghibur, aku benci ibuku setiap hari membawa pria yang berbeda ke rumah.
Aku duduk di tepi jendela dan melihat ke langit, ibu dengan rambut basah dan lilitan handuk mendekat ke arahku.
"Ibu rasa kamu sekarang bisa masuk ke sekolah".
"Aku tak membutuhkannya, bisakah ibu berhenti membawa pria ke rumah ini" pria itu berjalan ke luar dan memeluk ibu dari belakang.
"Itu anakmu... sepertinya ia membutuhkan banyak biaya".
"Kau benar, bisakah kamu membayarku lebih kali ini sayang..."
"Baiklah... aku harus pergi dulu, istriku yang jelek seperti kentungan ini terus menelponku"
"Baiklah" ibuku mencium pria tersebut di depanku, aku merasa kotor melihat hal menjijikan ini.
Aku berjalan ke kamar dan ibuku melemparkan uang ke arahku.
"Ibu tidak akan di rumah selama satu Minggu jadi jaga dirimu di rumah, aku rasa uang itu cukup untukmu" ibu mengambil rokok dan merokok, ia menatap ke arah jendela dan meniupkan asap rokok tersebut.
Aku bangun di pagi hari, sepertinya ibu sudah pergi. Uang yang ia lempar masih di lantai, aku memungutnya dan meletakkan uang tersebut ke dalam kaleng kue. Kaleng kue ini telah di isi banyak uang dan semua uang ini, uang yang di berikan ibunya setiap pergi meninggalkannya.
Aku berjalan ke luar rumah dan ketempat Marisa, ia adalah teman ibuku yang berhenti menjadi pelacur karena mendapat penyakit kista dan sekarang ia membuka Ampera makan.
"Aku ingin bekerja..."
"Apa ibumu pergi lagi..?"
"Benar ..." Aku langsung mencuci piring yang bertumpukan dan Tante Marisa terus berceloteh, bahwa ibuku hanya tak punya pilihan untuk hidup.
"Jangan membenci ibumu, ia seperti ini juga terpaksa... , banyak wanita seperti kami akan mengugurkan kandungan tapi ibumu mempertahankanmu..".
"Benarkah aku beruntung..." Ucap Gio dengan dingin.
"Kau tau kami sangat khawatir melihat sikapmu yang tak seperti anak-anak di usiamu".
"Khawatir... ia terus mempertontonkan hal yang menjijikan dengan anak seusiaku, aku keluar dan melihat ibu lain merawat anaknya tapi bagaiman denganku..." Ucap Gio sambil menangis dan meninggalkan piring yang sedang ia cuci.
"Gio .... berhentilah bersikap kamu yang tersisa sendiri"
Aku berjalan ke jalan dan melihat ibu yang mengandeng anaknya bersama ibunya. Keluarga utuh yang ada ibu dan ayah. Sedangkan aku, tak tau siapa ayahku dan yang aku miliki seorang ibu yang suka menjual dirinya dan tiba-tiba pulang dengan kondisi mabuk atau membawa pria hidung belang ke rumah.
Selama seminggu ia meninggalkanku dan Tante Marisa selalu mengantarkan makanan, walaupun aku tak bekerja dengannya.
"Jangan antarkan makanan ini lagi ..."
"Makanlah agar kamu cepat tumbuh besar dan mengerti tentang perempuan seperti kami..."
"Walaupun aku besar aku tak akan mengerti...".
"Dasar anak kecil.... bermainlah di usia mu ini, Tante sibuk jadi jika lapar langsung ke warung nasi saja".
Ibu pulang wajahnya tampak pucat dengan rambut berantakan, aku hanya menatap ibu yang membaringkan tubuhnya di sofa.
"Kau baik.." ucap ibu dan aku tak mempedulikannya dan berjalan ke kamar.
Namun tiba-tiba seseorang perempuan dengan membawa preman masuk ke rumah kami, perempuan itu mencaci maki ibuku dan menamparnya.
"Dasar jalang gila... berani sekali kau menggoda suamiku..."
"Saya hanya melakukan pekerjaan saya..." Ucap ibu dengan tatapan mata kosong.
"Kau bangga menjual tubuhmu ini.... suamiku yang bodoh, apa dia tak bisa mencari wanita yang lebih berkelas darimu... kau tau apa yang membuat aku marah, karena perempuan yang bermain di belakangku tak lebih baik dari pada binatang".
Perempuan itu menarik rambut ibu dan menampar ibu, aku berlari ke arah ibu namun para preman mendorong tubuhku.
Rambut ibu di Jambak dan di tahan ke lantai, aku menangis dan ibu menatapku dengan mata sedih. Bahkan aku tak bisa berbuat apa-apa, setelah mereka pergi dan wajah ibu sudah bengkak-bengkak karena di pukul.
"Ibu berhenti melakukan pekerjaan ini...
masih banyak pekerjaan di luar sana.."" Jika hidup semudah itu aku tak akan jadi jalang berengsek..." Umpat ibuku melempar vas bunga ke arahku.
Aku ketakutan dan ibu langsung memelukku, tak lama berselang hari itu ibu membawaku ke panti asuhan. Ia meninggalkanku disana, saat itu yang aku tau bahwa aku telah di buang. Saat di panti asuhan aku lebih memilih diam, belajar dan bekerja.
Aku tak punya waktu bermain seperti anak-anak lain, karena aku tau dimana tempatku dan aku remaja. Seorang donatur tetap panti ini mengambilku dan memperkerjakan di rumahnya. Aku menganggapnya sebagai ayah yang dapat aku hormati, namun aku harus bangun dari tempat itu sebab baginya aku hanya salah satu anjing peliharaannya.
Saya sebagai penulis berterimakasih kepada pembaca setia saya 😁😁😁😄 yang menjadi alasan saya melanjutkan cerita saya yang masih kurang baik.
Terimakasih pembaca yang telah memberi semangat, tampa anda saya tak akan punya ide untuk membuat cerita. Namun saya akan berusaha memperbaiki penulisan saya yang masih banyak salah. Terimakasih 😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri dari Mama
Romanceseorang perempuan berdarah jepang melayu yang dulunya tinggal di indonesia sampai umur lima tahun dan pindah ke Malaysia karena orang tuanya di pindahkan kerja . Saat dia telah tamat SMA dia kembali lagi ke indonesia untuk di nikahkan denganku . Nam...