Seseorang mengetuk pintuku dan aku berjalan dengan mata yang masih mengantuk dan marah-marah.
"Ngapain bangunin gue pagi-pagi buta gini" teriakku tampa melihat wajah orang yang mengetuk pintuku yang aku kira Yuki.
"Fan... aku ganggu kamu" suaranya tak asing dan aku melihat ia adalah Pevita.
"Nggak, aku pikir itu orang lain.." aku berbicara dengan gugup dan Pevita tersenyum dan melompat memelukku.
"Aku kangen kamu Fan..." Ucap Pevita dan aku membalas pelukannya dan terdengar suara pintu terbuka dan itu pintu apartemen Yuki.
"Pevita..." Teriak Yuki dan aku langsung gugup.
"Yuki... kamu tinggal disini?"
"Iye, saya tinggal disini gara-gara pria bobrok itu.." tunjuk Yuki ke arahku dan memeluk Pevita.
"Oh, iya kalian sepupuan ya.. itu bagus dong, Stefan bisa jaga Yuki" .
"Benarkah, tapi saye bisa jaga diri saya sendiri" ucap Yuki dan aku rasa ingin menonjoknya.
"Yuki ternyata lebih manis dari pada saat aku lihat di video call ya.."
"Nggak, saye rase Pevita yang terlihat sangat cantik". Yuki membawa Pevita ke apartemennya dan aku mengikutinya.
"Dasar pengganggu, nggak bisa lihat orang senang aja padahal aku mau lepasin rindu" ucapku berjalan di belakang mereka.
"Lihat dia menyebalkan Pevita, saye sebenarnye tak nak bertengkar dengan dia tapi dia terus cari perkara dengan saye".
"Kamu nggak sadar, Pevita datang untuk aku ".
"Fan... kamu nggak boleh kasar gitu sama Yuki".
" Pevita saye senang awak dah ada disini, sebab saya tak punya kawan perempuan dan sekarang saye berada disini tak merasa tak senang lagi karena saya menemukan belahan jiwa dan sahabat sejati saye".
"Kamu udah punya pacar!"
"Masih belum, tapi saye yakin sebetar lagi ia akan jadi boyfriend saye..." ucap Yuki cekikikan dan ada rasa aneh di hari Stevan, entah kenapa ia merasa kesal.
" Mana ada pria yang akan suka dengan model perempuan kayak kamu, nggak sopan, gaya kayak laki-laki dan kasar".
"Elah... saye kasar dengan awak saje...
dengan dia mana mungkin saye kasarlah.." ucap Yuki cekikikan dan Pevita juga ikut tertawa."Aku yakin kok, Yuki akan bisa dapatkan hati pria itu.... Yuki itu anak yang ceria banyak pria yang suka tipe perempuan seperti itu.."
Yuki memeluk Pevita dan aku hanya mengangguk saja,"Aku yakin pria itu akan muak dan ia akan menjauh dari kamu, apalagi pria itu di kelilingi banyak wanita cantik yang mendekatinya".
"Dasar jahat..." Yuki langsung lari keluar dari apartemen Stevan dan Stevan masih memasang wajah kesal.
"Kamu kenapa sih Van...? seharusnya kamu nggak ngomong jahat gitu, memang kamu kenal siapa lelaki yang di suka Yuki".
"Kamu jangan terkejut ya..".
"Kok... aku terkejut".
"Gio ... cinta pertama kamu Pev, kamu nggak merasa jengkel".
"Jengkel, Gio cuma bagian dari masa lalu aku dan kamu yang sekarang sama aku dan aku nggak punya perasaan apa-apa lagi sama Gio".
"Aku cuma takut aja Gio yakitin Yuki kayak kamu.."
"Kalau Gio dulu menerima perasaan aku, nggak mungkin aku bisa jatuh cinta sama kamu dan kenal pria sebaik kamu".
Pevita memelukku dan aku membalas pelukannya, tak mudah bagiku untuk mendekat Pevita ia termasuk perjuangan yang cukup besar dalam hidupku.
Flashback 3 tahun lalu
Aku ikut balap motor dan hampir menabrak seseorang, ia jatuh namun melihat ke arah seorang lelaki yang sekilas melihatnya namun meninggalkanya. Ia menangis dan aku lihat lututnya terluka, aku membantunya berdiri. Namun ia tak menghiraukanku, ia terus menatap punggung pria yang semakin menjauh.
"Gio maafin aku..."
"Kamu baik-baik aja kan.." perempuan itu tak menghiraukanku dan berjalan sendiri dengan tatapannya yang kosong.
Entah kenapa wanita itu mampu membuatku hanya memandangnya saja dan tatapan matanya yang penuh kesedihan membuat otakku bertanya apa yang membuat ia begitu sedih.
"Gue pikir lho ilang kemana... si Faiz di atas awang-awang tu... gara-gara kalahin lho.."
"Biarin aja ... gue laper ni...".
"Sama gue juga lapar, nunggu lho di garis finish"
"Yok.. Revi kita makan di rumah Ambu Rena.."
"Sip ... lho yang traktir gue kan Van..".
"Iya tenang aja..."
*******
Aku kembali melihat Pevita di atap gedung kampus, rambutnya terurai dan tertiup angin. Tatapan matanya kosong, ia melihat ke arah bawah. Aku pikir dia bunuh diri dan aku langsung berlari untuk ke atap gedung.
Aku memeluknya dari belakang dan ia terkejut melihat ke arahku. Ia mencoba melepaskan pelukanku, aku pikir ia mencoba berusaha bunuh diri.
"Mati itu nggak enak...".
"Siapa yang mau mati sih?"
"Bukanya kamu mau bunuh diri..."
"Dasar pria mesum" ia memukul kepalaku dengan tasnya dan langsung berlari turun ke bawah.
"Mesum, aku cuma mau bantu dia, tampi dia cantik banget". ucap Stevan dan ia mengacak rambutnya dan tersenyum.
Saat di kantin aku melihat wanita itu, berusaha mengejar pria yang kemarin lagi.
"Lho lihat apaan sih Van serius banget.."
"Lihat cewek itu... lho kenal dia nggak".
"Oh dia... kenal dong dia itu bunganya anak psikologi, namun dia nggak pernah mau dekat sama pria selain Gio dan semua pria yang suka menyerah untuk dekat sama dia... emang lho suka juga sama Pevita..".
"Jadi namanya Pevita.."
"Walaupun lho ganteng Van... lho nggak akan bisa dapatin dia, soalnya dia cuma suka satu orang aja dan itu Gio pria yang ia kejar tadi".
" Jadi dia udah punya pacar..." ucap Stevan dengan lesu, seharusnya ia tau bahwa wanita seperti Pevita sudah punya kekasih.
Aku memilih buku, sibuk membaca buku dan tak sengaja menabrak Pevita.
"Maaf" ucap Pevita dan melihat ke arah lain.
"Dompet kamu..."
"Makasih... kamu ..."
"Kayak kita jodoh deh..."
"Kamu ngikutin aku... " namun ia meliha ke arah lain dan berjalan meninggalkanku.
Aku memegang tangannya dan ia berbalik melihat tanganku yang mencegal tangannya.
"Lepasin..."
"baiklah" ucapku dan aku mencium tangannya dan ia terkejut.
"Mesum..." teriak Pevita hingga semua orang menatap kami dan aku langsung menarik tanganya keluar.
"Lepasin tangan aku..."
*******
Aku menatap Pevita yang tertidur di sofa, aku yakin ia mengantuk sebab ia sibuk mengurus neneknya dan baru balik dari kampung aku mengelus rambutnya.
"Semoga aku bisa jaga hati aku untuk kamu..."
Aku mengecup keningnya dan menyelimutinya, mungkin ia lapar jadi aku membuat spaghetti dan melebihkannya untuk Yuki. Aku juga merasa bersalah, berkata kasar padanya karena aku sedikit jengkel karena ia menyukai pria berhati dingin itu.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri dari Mama
Romanceseorang perempuan berdarah jepang melayu yang dulunya tinggal di indonesia sampai umur lima tahun dan pindah ke Malaysia karena orang tuanya di pindahkan kerja . Saat dia telah tamat SMA dia kembali lagi ke indonesia untuk di nikahkan denganku . Nam...