Rasanya, perkataan dr. Tadashi tempo lalu ada benarnya.
Mungkin seharusnya aku mengawasinya. Aku benar-benar risau melihat kondisi adikku yang semakin lama semakin memburuk. BoBoiBoy bahkan nyaris seperti penderita amnesia. Ia bukanlah adikku yang sehat seperti dulu. Ia bukanlah adikku yang selalu memanggil namaku dengan tepat. Ia terkadang mudah marah dan dingin, seperti sifat elemennya, Halilintar. Ia selalu memaksa untuk ceria, padahal aku tahu bahwa ia sedang menahan rasa sakitnya, seperti Taufan. Ia terkadang sok dewasa dan mungkin sok kuat jika berhadapan denganku, seperti Gempa.
Hari demi hari berganti, aku mulai disibukkan dengan kegiatan mengikuti try out persiapan ujian nasional dan latihan pentas seni perpisahan sekolah dasar pulau rintis. Aku terpilih sebagai pemain gitar akustik yang mengiringi Yaya bernyanyi nanti di atas panggung.
Aku semakin sibuk. BoBoiBoy semakin lemah.
-Fang-
222
Mungkin lebih baik aku mati.
Tapi itu tidak masuk di akal. Sebelum aku memutuskan untuk mati, sudah banyak hal yang kupikirkan sampai nyaris membuat kepalaku pecah. Aku tidak ingin Adu Du menguasai bumi dengan tamak. Aku tidak mau Ibu dan Ayah menangis ricuh. Aku masih ingin berada di dekat Kak Fang, bermain bersama Gopal, tertawa bersama Ying, dan mendengar nasihat dari Kak Yaya. Aku perlahan tidak bisa mengontrol kekuatan elemenku. Kata Kak Fang, sifat mereka-Halilintar, Taufan, dan Gempa-keluar begitu saja tanpa aku sadari. Beruntung Adu Du belum muncul sampai sekarang bak ditelan bumi.
Hari demi hari berganti, aku selalu merasakan dadaku yang berat, pening di kepala, dan darah yang keluar begitu saja dari hidungku. Bahkan kata Gopal, aku sering pingsan di tengah-tengah aktivitas.
Aku semakin lemah. Kak Fang semakin repot mengurusiku.
-BoBoiBoy-
222
SHUUUT!
DUK!
"Nice shoot, Fang!"
"Terima kasih, Amardeep!"
Fang segera menangkap bola basket yang baru saja ia jebolkan ke dalam ring. Ia lalu berlari seraya men-dribble beberapa kali di atas tanah lapang yang ditutupi aspal. Teman sekelasnya, Amardeep berlari menyusul Fang.
"Semangat, Kak Fang!"
Seketika terdengar suara gesekan antara dasar sepatu dengan tanah lapang. Fang menghentikan lariannya. Bola basket tertahan di tangannya. Amardeep yang berlari di belakang Fang, terpaksa berhenti dan akhirnya menubruk punggung Fang. Untung saja pemuda bersurai raven itu tidak jatuh. Amardeep lalu menggerutu tidak jelas ke arah Fang.
Fang menatap tajam ke arah sumber suara.
"Untuk apa kau ke sini?"
Bocah yang ditatapnya hanya mengernyit heran.
"Heh? Untuk menyemangati Kak Fang lah!"
"Kau harusnya pulang lalu beristirahat, BoBoiBoy!"
BoBoiBoy memutar bola mata cuek.
"Aku sudah kemoterapi hari ini kok, Kak. Jadi, jangan khawatir!"
Fang menghela napas. Ia melempar bola basket ke arah Amardeep. Amardeep menangkapnya.
"Aku pulang duluan, Amardeep," ujar Fang lalu menyampirkan tas selempangnya ke pundaknya.
"Oke, Bos!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Remember You?
Fanfiction[BOBOIBOY FANFICTION] Author (true/asli): Mahrani29 / MFAnnisa Rate: K+ Language: Indonesian Genre: Drama & Angst Publish: July 25, 2015 Character: BoBoiBoy, Fang, OC Summary: Adu Du dan Probe masih tergila-gila mengganggu kehidupan BoBoiBoy, bocah...