Chapter 17

1.1K 101 7
                                    

Matahari mulai menunjukkan sinarnya. Langit gelap malam kini berganti menjadi langit cerah pagi. Orang-orang menyambut pagi hari dengan segar dan semangat.

Tapi tidak untuk orang-orang di Rumah Sakit Pulau Rintis, khususnya di dalam ruang kamar VVIP.

NIIIIIIIIIIIIIITTTT!

Bunyi elektrokardiogram masih berbunyi. Dokter Tadashi dan rekan-rekannya masih mematung di tempat. Pemuda yang bersurai raven itu menjadi pusat perhatian karena tangisannya yang begitu menyakitkan. Fang tidak henti-hentinya berbicara sendiri dan meyakinkan diri sendiri bahwa ini hanyalah mimpi semata. Ayah dan Ibu hanya menatap pasrah anak mereka berdua. Ochobot tidak mungkin berbicara apa-apa. Karena robot itu merasa ia mempunyai banyak salah.

"Kak, maafkan aku." BoBoiBoy mendekat ke arah kakaknya dan memeluknya dari belakang.

Punggung Fang terasa kosong. Padahal adiknya berada disitu. Memeluknya hangat dan sebagai tanda rindu yang sangat mendalam.

Apa mungkin ini adalah pelukan terakhir BoBoiBoy?

Apa mungkin ia harus pergi?

Dokter Seok Jin hendak melepaskan infus yang menancap di punggung tangan BoBoiBoy dan selang oksigen yang berada di mulut serta hidung sang pasien. Namun Fang terlebih dahulu mengamuk dan menatap dr. Seok Jin dengan pandangan mematikan.

"HENTIKAN! JANGAN ADA YANG BERANI-BERANINYA MENYENTUH ADIKKU! JANGAN ADA YANG BERANI MELEPASKAN PERALATAN ITU!" teriakan Fang membuat jantung orang-orang seketika berhenti.

Dokter Seok Jin segera menjauh dari tubuh BoBoiBoy yang terbaring kaku.

"Hiks ... Hiks ..." Fang masih sesegukan seraya memegang tubuh adiknya.

Begitu kaku. Begitu dingin.

Otak Fang benar-benar percaya bahwa BoBoiBoy memang sudah meninggalkannya. Tetapi hati Fang berkata lain. Hatinya masih yakin bahwa BoBoiBoy masih ada. Masih hidup.

Air mata itu tidak henti-hentinya turun. Fang lalu memeluk tubuh kaku adiknya.

"BoBoiBoy, tolonglah bangun. Jangan begini. Bangunlah! Ayooooo," ucap Fang dengan suara tercekat.

Mau bagaimanapun, peraturan tetaplah peraturan. Kode etik tetaplah kode etik. Seorang Dokter harus tegas dalam melaksanakan tugasnya. Dokter Tadashi segera mendekati BoBoiBoy dan Fang.

Matanya memandang lurus ke arah BoBoiBoy. Wajahnya tidak berekspresi sama sekali.

"Waktu kematian pasien adalah—"

"JANGAN! TIDAK, DOK! HUWAAAA!"

Tangis pecah Fang kembali memenuhi ruangan itu. Tangannya yang ditutupi sarung tangan fingerless ungu mengguncang-guncangkan lengan dr. Tadashi.

"Tolong tangani adikku, Dok! Kau adalah dokternya! Aku mempercayaimu, Dok! Kau adalah dokter dan kau bisa menyembuhkan pasien!" jerit Fang dengan paksa.

Sikap Fang semakin menyebalkan. Seandainya ia bukan dokter, ia akan menjadi petugas keamanan dan akan menarik paksa Fang untuk menjauh dari kamar.

Tapi, pikiran itu segera ditepis jauh-jauh. Karena Dokter Tadashi pernah mengalami hal yang serupa dengan Fang.

"Kak, sudah cukup. Hentikan." BoBoiBoy meratapi kakaknya dan berbicara dengan nada cukup tinggi.

Walau bagaimana pun, BoBoiBoy tidak akan pernah di respons oleh orang-orang sekitarnya.

Mata Fang melirik ke arah Ochobot yang sedari tadi bisu, seperti robot dalam mode silent. Kakinya yang rapuh melangkah mendekati Ochobot.

"Ochobot, aku minta kau hidupkan BoBoiBoy kembali!" ucap Fang dengan tegas.

Do I Remember You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang