Chapter 8

1.4K 115 14
                                        

Peringatan: Fanfiction ini berisi fiksi dan imajinasi belaka dari Author. Author hanya mencampurkan unsur ilmiah secara garis besar dengan imajinasi milik Author.

222

Fang berjalan kaki dengan pikiran yang tidak tenang.

Ia sedikit menyesal karena telah memarahi— bahkan membuat malu— Yaya. Salahkan pikirannya yang kacau karena memikirkan adiknya. Salahkan BoBoiBoy. Salahkan dirinya yang terlalu emosi. Salahkan...

Fang menjambak rambutnya dengan keras. Tidak sepantasnya ia marah kepada perempuan, apalagi berteriak. Fang benar-benar hancur ketika melihat Yaya-yang selalu cerewet, ceria, dan tegas-menangis di depannya. Fang merasa bahwa ia sudah keterlaluan.

Sejujurnya, dalam hati Fang, ia sudah tidak tahan dengan kelakuan menyebalkan Yaya. Begitu juga dengan teman-temannya yang lain. Fang selalu menemukan murid-murid sekolahnya sedang membicarakan Yaya. Sebagian ada yang berbicara positif tentang Yaya, tapi lebih kebanyakan murid-murid membicarakan sisi menyebalkan Yaya. Yaya sok ngatur lah, Yaya cerewet lah, Yaya mulut emberlah, Yaya ...

Terkadang Fang ingin menyerang orang-orang yang cerewet itu dengan tusukan bayangnya. Fang tidak suka orang lain membicarakan kejelekan keluarganya bahkan sahabatnya sendiri.

Sebetulnya, Fang sedikit sakit hati ketika teman-temannya yang lain menggosipkan Yaya.

Seharusnya mereka berterima kasih kepada Yaya. Karena Fang yakin perempuan itu sudah sangat berjasa di sekolah ini.

Fang memang sengaja berbicara bahwa ia tidak suka dengan kelakuan Yaya yang menyebalkan. Sebelum orang lain berbicara kepada Yaya. Sebelum orang lain merendahkan Yaya. Sebelum orang lain memaki Yaya.

Fang yakin masih banyak murid-murid lain yang ingin mengutarakan perasaan jengkelnya kepada Yaya dengan lebih kejam.

DUK!

"Aww!"

Fang meringis. Lalu mengusap bagian kepalanya yang sakit. Ia mendongakkan kepala, mendapati pintu rumah sudah ada di depannya.

Ternyata ia melamun saat perjalanan pulang dari sekolah.

Baru saja tangannya ingin menyentuh kenop, pintu sudah terbuka lebar dan menampilkan Ochobot.

"Fang? Kau tidak pulang dengan BoBoiBoy?" tanya Ochobot dengan sedikit terkejut.

Fang mengerutkan dahinya. Lalu memasuki rumah.

"BoBoiBoy belum ada di rumah, Fang." Ada nada khawatir di perkataan Ochobot.

"Mungkin dia lagi di rumah sakit, Ochobot." Fang meraih telepon wireless.

Fang memencet beberapa tombol angka. Setelah beberapa angka digital terkumpul di layar, Fang menempelkan telepon di kupingnya.

"Halo... Ini aku Fang, Dok... Apakah BoBoiBoy ada di sana?... Apa?... Sudah keluar dari rumah sakit sejam yang lalu?... Tidak, Dok... Terima kasih banyak." Fang menutup telepon. Sedetik kemudian, raut wajahnya berubah menjadi serius.

"BoBoiBoy sudah meninggalkan rumah sakit satu jam yang lalu?" tebak Ochobot setelah mendengar percakapan Fang dengan dr. Tadashi melalui telepon.

Fang tetap tidak bergeming. Berbagai spekulasi muncul di pikiran Fang. Kemana anak itu pergi?

Apa jangan-jangan ia nyasar lagi seperti waktu itu? Tapi seharusnya tidak selama ini ia nyasar. Ini sudah satu jam ia nyasar.

"Ochobot, apakah di jam tangan kuasa kita ada GPS¹?" tanya Fang.

Do I Remember You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang