Chapter 15

1.4K 99 11
                                    

BoBoiBoy tengah melihat dirinya yang tidak bisa diam di ranjang rawat.

Dadanya bergerak naik turun. Ekspresi di wajahnya menunjukkan bahwa ia sedikit kesakitan. Dokter Tadashi, Dokter Seok Jin, dan Suster Rini tengah menangani anak itu dengan penuh kesabaran dan cekatan.

Padahal BoBoiBoy tidak merasakan tubuhnya sakit ataupun kejang-kejang seperti di dalam ruangan itu. Anak itu berdiri di samping Fang yang terlihat frustrasi. Fang terus-terusan mengawasi BoBoiBoy yang tengah berjuang itu.

Tiba-tiba Ayah menarik tangan Fang dengan sedikit kasar seraya berbisik, "Ayo ke rumah!" dengan nada yang dingin.

Teman-teman BoBoiBoy hanya cengo melihat ayahnya menarik tangan Fang. Ibu hanya menghela napas melihat mereka berdua.

"Yaya, kau dan teman-teman yang lain di sini dulu yaa awasi anak Ibu. Tolong yaa?" pinta Ibu.

Yaya melihat Ibu dengan tatapan bingung.

"Baiklah, Bu. Kita juga ke sini untuk menjenguk BoBoiBoy. Ya 'kan Gopal? Ya 'kan Ying?" balas Yaya seraya menatap kedua temannya secara bergantian.

Ying dan Gopal hanya mengangguk manis.

Ibu pun tersenyum manis. "Baiklah, nanti Ibu akan telepon ke handphone Ying."

Ibu segera pergi dari pandangan anak-anak itu. BoBoiBoy secara otomatis mengikuti jalan yang di lalui oleh sang ibu.

"Ibu, mau kemana yaa? Kok perasaanku ga enak terus sedari tadi?" gumam BoBoiBoy seraya berjalan di samping Ibu.

222

BoBoiBoy tahu ibu dan ayahnya ialah orang yang taat peraturan. Rumah sakit ialah tempat yang tenang dan tidak ramai. Orang-orang di sana butuh kedamaian saat dirawat.

Maka dari itu, Fang 'diseret' oleh Ayah menuju rumah.

Fang duduk di sofa dengan kepala menunduk. Ayah berdiri di depannya sambil berkacak pinggang dan menatap tajam Fang. Ibu yang duduk di sofa lain mengamati mereka berdua.

Seharusnya hari ini Ibu dan Ayah pergi ke kantor. Mereka sudah mengenakan seragam kantor sebelum penyerangan rumah sakit itu terjadi.

Ayah menggertakkan giginya. Ia tidak tahu harus mulai dari mana.

BoBoiBoy duduk di samping Fang, menatap ayahnya dengan pandangan takut. Walaupun ayahnya tidak bisa melihatnya secara jelas, tapi BoBoiBoy benar-benar merasakan keadaan tegang. Seakan-akan Ayahnya juga marah kepadanya.

"B-bagaimana ini semua bisa terjadi? I-ini tidak masuk akal bagi Ayah," ucap Ayah berbicara seraya menahan emosinya.

Suara detak gugup jantung Fang terdengar di indra pendengarannya. Keringat dingin mulai membasahi badannya.

"Ceritanya panjang, Yah," balas Fang pelan.

Ayah mengembuskan napas kasar.

"Kau tahu? Ayah di sini sebagai orang normal pergi ke kantor, mempunyai rumah, mempunyai istri, dua anak, dan satu robot. Tapi BAGAIMANA SEMUA INI BISA TERJADI?!" Ayah mulai meninggikan suaranya.

Belum sempat Fang berbicara, Ayah sudah duluan mengeluarkan suaranya.

"Kau?! BoBoiBoy?! Teman-teman kalian?! Punya jam kuasa?! Punya kekuatan super hero?!" Ayah berbicara dengan nada seakan-akan dia gila.

Fang semakin merasakan suaranya tercekat. Ia sebenarnya bisa menjelaskan semua dari awal. Tapi Fang berpikir Ayah mungkin tidak bisa menerimanya.

Mungkin belum bisa.

Do I Remember You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang