Genk ?

327 35 9
                                    

Ini adalah hari pertama Adhitama Nugraha atau yang akrab dipanggil Adhi menjadi mahasiswa baru yang telah menjalani OSPEK selama seminggu.

Adhi berkuliah di salah satu universitas negeri yang ada di Jakarta dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Adhi memilih universitas yang berada di Jakarta karena dia ingin menantang dirinya agar bisa bertahan hidup di kota orang, karena asal dia dari Bandung, dia tidak ingin terus bertergantungan kepada orang tua nya, dia ingin mandiri.

Satu langkah melewati gerbang masuk itu Adhi seakan disambut oleh hembusan angin yang membuatnya merasa lebih bersemangat.

"I'm ready for the challange." Dengan menghembuskan napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan, mata yang penuh ketakjuban menatap ke atas gedung utama yang terpampang logo universitas yang ia pilih, tangan yang mengepal keras, itu semua menandai bahwa ada semangat yang membara pada jiwa mahasiswa baru ini.

Adhi berjalan dengan semangat menuju kelasnya dengan tangan yang mengepal keras gendongan tasnya, paras yang mengeluarkan aura semangat.

Tiba-tiba dari arah belakang ada seorang perempuan yang terlihat buru-buru yang penglihatannya bukan menuju ke depan, akan tetapi kepada buku yang sedang dipegangnya terlihat ia sedang mengecek buku yang ia bawa, tanpa sengaja ia menabrak Adhi, buku-buku yang dibawa perempuan tersebut pun jatuh berserakan.

Adhi dengan spontan menoleh ke belakang dan langsung membantu mengambil perempuan tersebut.

"Aduh, Maaf ya, gue gak sengaja," Permohonan maaf itu pun keluar dari mulut perempuan tersebut tanpa melirik mata lawan bicaranya, karena ia terlalu fokus mengambil buku-bukunya yang jatuh itu.

"Iya gak papa." Mungkin karena perasaannya sedang baik, Adhi memaafkannya pun dengan mudah, sama dengan perempuan tersebut Adhi pun sama sekali tidak melirik lawan bicaranya, karena fokus membantu mengambilkan buku yang berserakan di bawah.

Pada saat buku terakhir yang tersisa, tanpa sengaja tangan Adhi yang ingin mengambilnya tiba-tiba berpegangan dengan tangan perempuan itu yang terlebih dahulu memegang buku itu. Untuk pertama kalinya mereka saling tatap, sentuhan tangan itu tak berlangsung lama, tetapi mampu membuat pandangan Adhi ingin berlama-lama menatapnya.

"Eh, sorry gak sengaja, refleks soalnya," kali ini Adhi yang minta maaf dengan suara yang kaku, mata yang melirik-lirik ke bawah, dan tangan yang spontan melepas dari pegangan tersebut.

"Iya gak papa, permisi gue duluan," perempuan itu pun langsung mengambil bukunya, lalu bangun dan bergegas berjalan meninggalkan Adhi.
Adhi hanya mengangguk, lalu kembali bangun, dan melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

Kelas Adhi terletak pada lantai dua pas di samping sebelah kanan tangga. Adhi masuk kelas dan hanya baru ada tiga orang saja di dalam kelas tersebut, ketiga orang tersebut sudah Adhi kenal, dan menjadi temannya juga, tiga orang itu adalah Randi Wijaya, Friska Indira, dan Sherly Sekar.

Sebenarnya selain tiga orang ini, ada satu orang lagi yang Adhi kenal dan sudah menjadi temannya yaitu David Mahendra, waktu OSPEK kemarin dia bercerita kepada Adhi bahwa dia waktu SMA dulu sering telat, mungkin kebiasaan tersebut terbawa sampai masa kuliahnya saat ini.
"Adhi sini duduk samping gue," saat Adhi masuk, Randi langsung mengajak Adhi untuk duduk di sampingnya dibanjar dua, saff ketiga.

Saff ketiga merupakan saff yang paling tengah.
Randi Wijaya, lelaki yang cukup tampan, suka dengan yang namanya bercanda, suka dengan Drama Korea, selalu cepat terbawa perasaan, dan dia memiliki IQ yang paling tinggi semasa SMA-nya, maka dari itu dia menjadi saingan terberat bagi Adhi dalam hal belajar.

"Okeh," Adhi mengangguk dengan muka yang sedikit tersenyum, lalu ia duduk di kursinya.

"Tau gak Dhi, saff ketiga ini bakal kita isi sama genk kita," ucap Sherly menjelaskan bahwa saff ketiga ini bakal diisi oleh genk mereka yang terdiri dari Adhi, Randi, David, Friska, dan Sherly.

Karena, mereka mulai dekat saat OSPEK minggu lalu. Wajar bila Sherly menyebutnya genk.

Sherly Sekar, perempuan tomboy, yang memiliki wajah yang bisa dikatakan lumayan cantik, tinggi, walaupun tomboy dia masih suka dengan Drama Korea.

"Genk?" Adhi bertanya dengan wajah kebingungan, sembari menaruh tasnya. Adhi bukan orang yang gampang menganggap semua temannya itu sahabat, bagi dia sahabat yang baik adalah orang atau sekelompok orang yang mampu membawanya atau mengingatkannya ke hal yang positif.

"Ya, genk, kan kita udah kenal dan berteman seminggu waktu OSPEK," kali ini Friska menjelaskan, walaupun dengan cara memotong pembicaraan antara Adhi dan Sherly.

Friska Indira, gadis cantik nan imut, namun sikapnya sedikit emosional, suka dengan namanya jajan, dan ia sangat pandai dalam bernyanyi.

Adhi hanya mengangguk pelan dengan wajah belaga sok mengerti. Tak lama, para mahasiswa yang lain pun datang, Sherly dan Friska terus-terusan mencegah mahasiswa lain duduk di tempat yang telah disediakan untuk David, sementara itu David belum juga datang, sedangkan kelas akan dimulai beberapa menit.

David Mahendra, lelaki yang mempunyai paras yang bisa dikatakan lumayan, senang dengan yang namanya bercanda, namun dia bijak, pandai dalam memberi saran, dan agak sedikit sombong.

Akhirnya ia pun datang dengan ekspresi wajah tanpa dosa, santai, seperti tidak ada beban. Lalu Friska pun mengajak David untuk duduk di tempat yang telah disediakan.

"Enak kan lu, kursinya udah disiapin, udah datang telat, muka watados," gerutu Friska kepada David dengan menunjukkan wajah kesal.

"Enak dong, kan gue mahasiswa VVIP di sini," gerutu itu dibalas dengan gurauan. Friska hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari menghela napas.

Dosen pengajar yang ditunggu-tunggu akhirnya datang dan kelas akan dimulai, ekspresi wajah yang bersemangat terpancar dari wajah Adhi. Proses pembelajaran pun dimulai sekitar dua jam.

Waktu dua jam ini sungguh tak terasa bagi Adhi yang rajin dalam hal belajar.

Kini saatnya jam istirahat, dosen yang tadi mengajar pun meninggalkan kelas, sang dosen menitip pesan agar semua mahasiswa yang di dalam kelas ini agar mempelajari lagi materi yang telah diajarkan.

"Guys ke kantin yuk? laper nih," ajak Friska dengan muka kelaparan dan tangan yang sedang mengelus-ngelus perutnya itu.

"Lu mah laper mulu Fris, Fris," jawab Sherly dengan muka jutek, sembari membereskan bukunya yang telah ia pakai selagi pemberian materi tadi.

"Emang lu kagak laper apa?" tanya Friska dengan muka kesal menghadap Sherly yang sedang membereskan bukunya itu.

"Laper sih, yaudah kuy lah," jawab Sherly dengan senyuman yang mungkin bila orang lain lihat ingin rasanya memukul mukanya itu.
Adhi, dia hanya menggelengkan kepala. Adhi mulai merasakan kehangatan dari mereka, beragam sikap telah ia temui di sini, jauh berbeda dengan temannya semasa SMA yang bila berkumpul topik utama yang mereka bahas adalah pelajaran.

***
HAI, HAI, HAI 🙂
SELAMAT DATANG BUAT KALIAN YANG PERTAMA KALI MEMBACA CERITA ADHITAMA NUGRAHA INI...
WELCOME TO MY STORY...

AUTHOR SADAR DARI PART 1-9 AKAN MONOTON, TAPI DARI PART 10 SAMPAI SELESAI, AUTHOR SUDAH MEMPERSIAPKAN CERITA YANG LEBIH BAIK...

TERUS BACA YA... AUTHOR AKAN BAWA KALIAN KE DUNIA ADHITAMA, SI COWOK POLOS AKAN CINTA...

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA ZHEYENK ♥️♥️♥️

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA ZHEYENK ♥️♥️♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Adhitama Nugraha [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang