Rencana Kedua, Siap!

85 20 3
                                    


Kegiatan pagi Adhi masih seperti biasa, namun kali ini bahan untuk memasaknya telah tersedia kembali, dan sekarang tak perlu membeli nasi bungkus atau pun menunggu tawaran David untuk sarapan bersama lagi, sekarang Adhi hanya perlu memasak apa yang ia mau, Adhi juga sangat suka memasak, dan ia mempunyai rencana ketika lulus nanti, ia akan membuka bisnis pertamanya yaitu Restaurant, walaupun ayah nya ingin dia meneruskan bisnis sang ayah, namun Adhi tetap pada pendiriannya.

Semua kegiatan pagi telah Adhi kerjakan, ini saatnya rencana yang telah ia susun semalam akan dimulai.

Di hari pertamanya menjalankan rencana cukup sulit, nyatanya semakin ia menghindar dari Anna, Anna justru lebih sering muncul dihadapannya. Ternyata hari kedua dan seterus nya pun sama kendalanya, nafsu hati yang ingin merajai.

Satu bulan sudah Adhi menahan semua nafsu hati apakah itu ingin mengobrol, mengajak jalan, dan lain sebagainya.

“David besok udah masuk bulan kedua nih.” Adhi mengingatkan kepada David melalui telfon, bahwa besok adalah langkah kedua yang harus dilakukan Adhi sebulan penuh.

“Oh iya, gimana udah siap ?” David menanyakan kesiapan Adhi, karena ia baru pertama kali melakukan hal ini.

“Oh iya gue siap dong.” Adhi berusaha percaya diri, tetapi hati nya sungguh nervous untuk menjalani rencana kedua nya kali ini.

“Yaudah good luck  buat besok ya.”

“Oke terima kasih.” Adhi menutup telfon tanpa memberikan salam, sungguh perasaan itu sedikit-sedikit merubah sikap Adhi.

Inilah hari pertama Adhi menjalankan rencananya yang kedua.
Adhi kini lebih melirik tampilannya agar terlihat keren saat nanti bertemu Anna.

Ketika Adhi beranjak ingin pergi kuliah, David memberi pesan singkat kepada Adhi bahwa ia akan menumpang kepada Adhi untuk berangkat dan pulang kuliah, karena motor yang ia pakai sedang dipakai kakaknya untuk pergi jalan-jalan bersama pacarnya.

***

“Motor kakak gue tiba-tiba bocor tadi pagi, sedangkan toko ban belum buka, yaudah dia pake motor gue, padahal mobil ada.” David menjelaskan dengan detail kronologi yang ia alami saat diperjalanan menuju kampus.

“Jadi, kalau ban motor kalian bocor, langsung ganti ya, bukan di tambal ?”

“Ya iyalah.”

“Gila.” Adhi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Seharusnya Adhi tidak kaget karena ia sama-sama terlahir dari orang tua yang kaya raya, tapi sikap sederhana Adhi lah yang bisa menutupi bahwa dia orang kaya, dia tidak suka dianggap orang kaya, karena harta yang dia dan orangtua nya miliki saat ini hanya lah titipan sementara, bukan selamanya.

Dia hanya berfikir tuhan memberi harta yang banyak kepada makhluk-nya, karena tuhan ingin tahu se-bertanggung jawab apa sih orang yang diberi amanah harta yang banyak itu.

***

Sampailah mereka di kampus, setelah menaruh motor nya di parkiran, Adhi dan David berjalan berdua menuju kelas, dengan kaki yang seirama seperti anak kembar yang dipisahkan lalu dipersatukan, ditambah warna baju yang mereka pakai itu sama, yakni biru dongker.

Dipertengah perjalanan menuju kelas, Adhi melihat Anna tampak sedang menunggu seseorang, Adhi dengan sigap langsung berjalan menghampirinya.

“David lu duluan ya gue ada urusan.”

“Oh gue tau, yaudah good luck.” David mengetahui maksud dari Adhi, dan melanjutkah langkah kakinya menuju kelas.

“Selamat pagi, Anna.” Langkah permulaan yang bagus ditempuh Adhi dengan sapaan manis di pagi hari.

Adhitama Nugraha [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang