Sebenarnya ada hal yang sangat tidak aku sukai di setiap detiknya, padahal aku sudah beberapa kali menekankan pada diriku untuk tidak memikirkanmu apalagi memikirkan kedatanganmu. Aku kadang berpikir bahwa kamu begitu dekat, sangat dekat sampai-sampai bila ada seseorang yang dekat denganku aku yakini itu adalah kamu padahal Dia yang mencoba untuk menggantikan posisimu, menawarkan perhatiannya yang seolah-olah dia itu kamu. Bodohnya aku tidak pernah menyadari akan hal itu yang memang sudah sering terjadi di kehidupanku.
Aku bingung, kata apa yang pantas untuk menggantikan kata 'kamu' lebih tepatnya panggilan untukmu. Aku tidak tahu apakah kita adalah dua orang yang disatukan atas dasar kita memang saling kenal dahulu atau kita disatukan untuk mencapai kata 'kenal' kemudian, aku benar-benar tidak tahu.
Allah memang punya cara sendiri untuk menyatukan dua orang, tak mesti saling cinta memang, karena kita tidak tahu takdir kita seperti apa mungkin kita dipertemukan langsung dengan Dia, bisa juga kita dipertemukan dahulu dengan orang lain, bukan karena memperbanyak mantan tapi agar kita sadar sesuatu itu tidak ada yang instan. Seseorang yang dipertemukan dengan kita bisa saja sebagai jembatan untuk kita bertemu dengan dia, bukan? Atau sebagai acuan kita dalam membenah diri agar mendapatkan sesuai apa yang kita inginkan lebih tepatnya apa yang kita butuhkan.
Aku masih belum bisa mematenkan nama untuk panggilanmu sayang. Sayang? aku tidak bisa jika harus memanggilmu sayang nanti. Karena makanan jatuh sebelum lima menit pun bisa dipanggil. Katanya sih. Hehehe
Terkadang kita sering menyalahkan sepihak atas apa yang kita lakukan. Merasa kita yang paling disakiti, paling benar dan paling berhak bahagia. Kita kadang tidak pernah mengambil sedikit hikmah dari sebuah keputusan seseorang atau sesuatu yang menjadikan kita berpisah dengan seseorang yang kita cintai, tapi tidak mampu untuk menjadikannya cendera hati.
Ketika seseorang telah meminta kita untuk melepasnya, siapa yang patut untuk di salahkan, dia atau kamu? Tidak ada yang disalahkan jika kita mampu mengambil inti sari dari kejadian tersebut. Mungkin dia bukan seseorang yang Allah janjikan dan hanya dengan cara itulah kita bisa memfokuskan diri untuk tetap mencintai-Nya dan jika seseorang yang telah memintamu untuk pergi adalah orang yang Allah janjikan mungkin Allah tidak ingin kamu memilikinya dengan cara yang salah.
Dahulu, aku pernah menjadi pemerannya. Memutuskan atau diputuskan aku pernah dalam hal itu, aku pernah dicintai dan tak jarang pula aku hanya mencintai hehehe. Dan semua itu adalah fitrahnya manusia, kita tidak bisa mengelak jika kita mencintai seseorang. Tapi, kebanyakan orang salah dalam menjadikannya sebuah aksi atau tindakan. Aku pernah berada dalam fase itu, merasa ingin sekali memiliki padahal itu adalah cara yang salah. Kadang, hati pun memberontak tidak tenang mungkin kalian juga tahu dan merasakan ke-tidak-tenang-an sepertiku dulu. Dan mungkin orang-orang yang memutuskan untuk pergi juga merasakan hal yang sama. Hanya saja aku dan mungkin kita tidak ingin ada yang sakit dan kecewa tapi hal itu emang harus dilakukan. Karna kita mencintainya. Walaupun perasaan itu hilang dengan sendirinya. Bukan karena kita yang menginginkan, tapi dia telah memiliki orang yang baru. Mungkin kita bisa bertahan tapi tidak juga untuk dia.
Ajwa, mungkin nama itu cocok untuk kujadikan nama panggilanmu dalam ceeritaku kali ini, bercerita tentang perjalananku dalam menemukanmu, mungkin sekarang atau nanti aku bisa dipertemukan denganmu, mungkin juga nama-nama yang akan aku bawa kali ini adalah kamu , Ajwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjaga Hati Untuk Kau Yang Kunanti
RastgeleBukan Novel, cerpen, apalagi puisi. Hanya sedikit curahan hati yang sudah lama bersemedi di alam pikiran. Ia mencoba keluar tersebab suhu sudah mulai memanas dengan kapasitas yang tak pantas. Ia butuh bidang datar untuk membaringkan kalimat-kalimatn...