Perasaan terpendam

3.4K 181 46
                                    






Happy Reading!
















Lagi, untuk kesekian kali nya jeongin memperhatikan orang itu.

Postur tubuh yang tinggi sangat proporsional, kemeja di gulung hingga siku dan jangan lupa rambut yang di sisir rapih membuat jeongin semakin betah memandangi nya.

"Andaikan ia mengenal ku" ucap jeongin pelan.

Sungguh, jeongin ingin sekali berkenalan dengan senior nya. Tapi apalah daya, dirinya sangat malu bahkan untuk sekedar bersapa.

"Sudah kuduga kamu disini lagi" sebuah suara mengagetkan nya.

Jeongin menoleh untuk melihat siapa orang itu.

"Hyunjin, sudah kubilang jangan muncul tiba-tiba" decak jeongin, ia sebal karena sahabat nya itu selalu muncul dengan mendadak.

"Hehe maaf" hyunjin menunjukan cengiran nya.

"Ya ya, selalu seperti itu" jeongin memutar kedua bola mata nya malas.

Hyunjin yang melihat itu merasa gemas, ia mengusak rambut hitam milik jeongin.

"Aku tau kamu belum makan, ayo kita ke kafe itu" ajak Hyunjin.

Mendengar kata kafe membuat jeongin berdebar.

"M-maksud mu?" Jeongin gugup, tentu saja.

"Sudah ikut saja, kalau kamu diam seperti ini tidak akan ada kemajuan" hyunjin menarik tangan jeongin, membawa si mungil menyebrang untuk ke cafe yang berada di depan sana.

"Hyunjin! T-tunggu dulu!" Jeongin belom siap.

"Percayakan semua nya pada ku. Oke?" Hyunjin mengedipkan sebelah mata nya.

Tenggorokan jeongin merasa kering, ia butuh air.



Kling


Bunyi pintu di buka, hyunjin mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe. Mencari tempat yang pas untuk mereka berdua.

"Ah disana" hyunjin melihat kursi di pojokan. Itu spot yang tepat untuk jeongin si pemalu ini.

Buru buru ia tarik jeongin kesana, sebelum tempat nya didahului yang lain.

Sesampainya, hyunjin segera mendudukkan tubuh mungil jeongin.

"Aku ke kamar kecil dulu, kamu panggil dan pesan lah" izin hyunjin.

"Tapi hyunjin, aku--" sebelum jeongin melanjutkan perkataannya, hyunjin lebih dulu melesat pergi.

"Yaa! Hyunjin!" Teriak jeongin.

Oke, sekarang dia kesal dengan sahabat nya itu. Bagaimana bisa ia meninggalkan jeongin disaat ia sedang butuh seseorang untuk menenangkan debaran jantungnya yang kian kencang ini??

"Permisi, apa ada yang bisa saya bantu?"

Datang pelayan sambil memegang buku menu dan alat tulis. Ia tersenyum menatap jeongin.

"A-aku--" jeongin tidak bisa berpikir jernih, dia harus bagaimana??

"Iya?" Pelayan tersebut tetap tersenyum, menunggu pelanggan nya berbicara.

"Aku, aku ingin.." mata jeongin melirik ke arah lain, ia tidak bisa di tatap lembut seperti itu. Wajah nya perlahan memerah

"Ingin memesan sesuatu..?" Pelayan itu mencoba bersabar, mungkin pelanggan di depan nya sedang berfikir. Tapi dalam hati kecil nya ia tak tahan melihat pemandangan di depan nya. Sangat menggemaskan.

Affetto [All x Jeongin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang