■ 25

12.7K 2.3K 618
                                    

Part ini agak panjang, jadi jangan lupa vote dan komen ya! Gratis kok❣️




•••




Lokasi fakultas ekonomi dengan fakultas teknik sebenarnya bersebrangan. Cukup jauh kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Dulu ketika Chan dan Sara masih menjalin hubungan, keduanya sering kali bertemu di sebuah cafeteria dekat dengan lapangan bola utama. Selain karena tempatnya yang nyaman, cafeteria juga sangat strategis karena letaknya yang berada di tengah-tengah kedua fakultas tersebut.

Dan saat ini, Sara sudah berencana datang ke cafeteria ketika Chan memintanya untuk bertemu. Meski Chan tidak mengatakannya dengan terus terang, tapi Sara tau kalau laki-laki itu akan menunggunya disana. Ditempat yang sebenarnya menyimpan banyak sekali kenangan di dalamnya.

Bagi Sara dan Chan, cafeteria bukan tempat makan biasa seperti yang dirasakan mahasiswa lain. Mereka sering kali menghabiskan waktu disana untuk saling membantu satu sama lain, terutama soal tugas. Cafeteria menjadi saksi bisu Sara dan Chan untuk saling berbagi semangat dan keluh kesah mereka.

Setelah kelas perpajakan berakhir, Sara langsung menyegerakan dirinya menuju cafeteria. Namun sesampainya disana, ia tak langsung menemukan Chan diantara kerumunan mahasiswa yang memenuhi tempat itu. Dia juga tak melihat Chan di kursi yang biasanya mereka tempati. Sara justru menemukan orang lain sudah mengisi tempat yang pernah dianggapnya 'paling nyaman' untuk diduduki ketika bersama Chan.

Sambil berjalan menuju balkon cafeteria, Sara mengeluarkan ponselnya. Berniat untuk mengabari Chan kalau dirinya sudah sampai.

"Aw!" Sara meringis begitu merasa sesuatu yang dingin menyentuh pipinya.

Dengan cepat Sara berbalik dan menemukan Chan bersama kaleng minuman dingin yang ia bawa. Laki-laki itu tersenyum cerah, sampai membuat matahari yang bersinar terik siang ini merasa iri.

"Baru sampai?" Tanya Chan, jarinya reflek membuka penutup kaleng sebelum ia serahkan pada Sara.

Tangan Sara terangkat untuk menerima minuman kesukaannya itu, kemudian mengangguk. "Aku baru mau menghubungimu kalau aku sudah sampai."

Setelah menerima cola pemberian Chan, Sara tak langsung meneguk meski laki-laki itu sudah membukakan untuknya. Sejenak Sara memandangi cola itu dalam diam, rupanya kebiasaan Chan masih belum berubah.

Chan masih dengan senang hati membukakan minuman kaleng ini karena dia tau, Sara paling tidak suka membuka minuman kaleng karena akan merusak kuku jari-jarinya.

"Chan," panggil Sara, "jangan lakukan hal ini sama perempuan lain. Mereka mungkin bisa salah paham dengan sikap kamu."

Sebelah alis Chan terangkat heran. "Melakukan apa emangnya?"

"Ini," Sara mengangkat colanya, "membukakan minuman kaleng seperti ini."

Chan tersenyum tipis ketika mendengarnya. "Kamu lupa? Aku cuma melakukannya buat kamu. Membukakan minuman seperti tadi itu, cuma berlaku buat kamu."

Sara menelan ludahnya kuat-kuat. Kalau Chan sudah berkata seperti itu, sekuat apapun pertahan dirinya pasti selalu saja berhasil dibuat goyah. Seolah-olah pertahanan dirinya ini hanya terbuat dari batang tauge.

"Bohong banget," Meski kini ia goyah, dia tak mau benar-benar luluh karena sikap Chan, "jujur aja. Udah berapa perempuan yang kamu beri perlakuan manis kayak gini?"

the days • seungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang