Bagian 48

449 25 0
                                    


Hallo

Jangan lupa follow ig un_fdllh03 dan watt_padstory terima kasih dan selamat membaca.

DISINI AKU GAK BUTUH SINDER JADI AKU MOHON SALING MWNGHARGAI KARYA SENDIRI

TERIMA KASIH...

                             ○○○○○

"Ekhem, siapa yang manis?" Pertanyaan itu membuat Dinda membeku. Ia melihat ke arah suara itu berasal.

"Eh, Mamah, nggak kok," ujar Dinda malu.

"Cie, anak Mama lagi jatuh cinta, ya?" tanya Shinta. Mendengar pertanyaan itu, Dinda dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Ih, Mamah nggak ada kok," ujar Dinda.

"Ckck, ya udah tuh di jemput calon pacar," goda Shinta. Lagi-lagi Dinda menggeleng melihat Shinta yang selalu menggodanya.

Setelah melihat Shinta kembali ke dapur. Dinda pun langsung berjalan menuju ruang tamu, di mana Niko dan papahnya berada.

"Kita pergi dulu, Pah," pamit Dinda ketika sudah berada di sana. Wisnu mengangguk, kemudian, Wisnu dan Niko bangun dari duduknya.

"Hati-hati, ya," pesan Wisnu. Niko dan Dinda menyalami Wisnu lalu berjalan keluar rumah. Setelah itu, Niko menyalakan mesin motornya dan menyuruh Dinda untuk naik.

Niko langsung menjalankan motornya menuju taman kota. Hari ini, Niko akan membawa Dinda di sana.

Tiba di sana, Niko menghentikan motornya di tempat parkir, kemudian, menyuruh Dinda untuk turun dari motor dan diikuti oleh dirinya. Keduanya berjalan menuju taman, di sana sudah banyak orang yang berdatangan, baik anak-anak maupun orang tua.

"Yuk, duduk di sana," ajak Niko. Dinda mengangguk kemudian berjalan menuju bangku yang tak jauh dari tempat keduanya berdiri.

"Nik, kenapa lo ngajak gue jalan?" tanya Dinda mulai membuka suara.

"Mau minta maaf," jawab Niko.

Dinda mengerutkan keningnya bingung. "Minta maaf? Buat apa?" tanya Dinda.

"Nggak ada, gue cuma mau minta maaf sama lo," ujar Niko. Dinda hanya mengangguk mengiyakan ucapan Niko.

"Din," panggil Niko. Dinda melirik Niko.

"Iya?"

"Gue .... gue."

"Lo kenapa tiba-tiba gagap?" tanya Dinda, ia sedikit terkekeh mendengar suara Niko yang tiba-tiba membuat Dinda terdiam membisu.

"Din," panggil Niko.

"Iya."

"Lo mau gak jadi pacar gue?" Terdengar biasa. Namun, membuat jantung Dinda tiba-tiba terhenti, seakan-akan dunia juga ikut berhenti, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Din," panggil Niko lagi karena masih belum mendengar jawaban dari gadis itu.

"I ... iya, Nik, gue mau," ujar Dinda. Ia kemudian tersenyum, berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

Niko tersenyum mendengar jawaban Dinda. Tiba-tiba, Niko mendekati Dinda dan mencium kening Dinda membuat pipi gadis itu memanas.

Niko melepas ciumannya di kening Dinda. Melihat wajah gadis itu yang sudah memerah. Niko terkekeh melihatnya.

"Itu kenapa merah?" goda Niko. Dinda langsung malu dan memukul dada Niko walaupun cowok itu tidak merasakan apapun.

"Nik," panggil Dinda setelah selesai memukul dada Niko.

"Iya, Sayang." Sekali lagi, Dinda dibuat terbang oleh Niko. Ia malu mendengar panggilan itu, panggilan yang membuat seluruh tubuhnya gemetar seketika.

"Ih, Niko."

Niko langsung tertawa melihat ekspresi Dinda yang malu dan wajahnya yang sudah semakin memerah.

"Nik," panggil Dinda lagi.

"Iya." Kali ini, Niko berusaha serius. Mendengar ucapan Dinda.

"Gue ... gue juga sebenarnya, udah lama suka sama lo," jujur Dinda.

Niko menarik sudut bibirnya, tersenyum sangat manis. Niko tidak tahu, jika senyumnya adalah hal terlemah di hati Dinda.

Cowok itu langsung mengacak puncak kepala Dinda dengan lembut. Ia bahkan sedari tadi tidak berhenti untuk tersenyum. Cowok itu terlihat sangat bahagia sekarang. Niko memegang kedua tangan Dinda dan kemudian menciumnya dengan lembut.

Kenapa Niko jadi romantis gini coba.

"Lo gak mau es krim?" tanya Niko pada Dinda.

"Mau!" Dengan cepat Dinda bangkit dari tempat ia duduk. Memegang tangan Niko, menyuruh Niko bangun dari tempat duduknya.

"Iya, iya tunggu," ujar Niko.

"Aku yang beli aja, ya?"

"Aku aja yang beli," ujar Niko.

"Jangan, aku aja." Karena tidak mah berdebat. Niko langsung mengiyakan ucapan Dinda, memberi Dinda uang lima puluh ribu satu lembar.

"Aku pergi, ya." Setelah mengatakan itu. Dinda langsung pergi membeli es krim. Tempat es krim dan tempat mereka lumayan jauh. Gadis itu harus menyebrangi jalan sebelum sampai di toko es krim.

Niko mengambil ponselnya sambil menunggu Dinda membeli es krim. Bermain games di sana.

"Niko!" Suara panggilan membuat Niko mengangkat kepalanya melihat ke depan. Di sana Dinda tengah berdiri sembari membawa es krim di kedua tangannya. Niko tersenyum begitu juga dengan Dinda. Senyum gadis itu terlihat manis, sangat manis.

Niko melihat Dinda menyebrangi jalan raya yang cukup lebar. Gadis itu terlihat sedang bahagia.

Niko terdiam membisu melihat Dinda yang terbang melayang. Dunia seakan-akan bergerak lambat. Mobil yang menabrak Dinda seakan berlari dengan pelan. Niko terlihat khawatir, melihat Dinda yang tertabrak oleh mobil.

"Dinda!" teriak Niko. Ia berlari dengan cepat menuju seberang jalan. Tidak disadarinya, air matanya turun dari mata. Ia berlari dengan cepat tanpa memedulikan suara klakson mobil yang sedang berjalan.

Niko melihat Dinda tertidur di sana dan bahkan darah segar mengalir di kepalanya. Niko tidak bisa berkata-kata lagi. Semua 0rang yang berada di toko es krim, yang sedang mengendarai kendaraannya berhenti tepat di kejadian dan begitu juga dengan manusia-manusia yang berada di taman berlarian menuju lokasi.

Jangan ditanya bagaimana dengan keadaan Niko. Cowok itu sedari tadi menangis dan menggerakkan tubuh Dinda.

"Din, jangan buat gue kayak gini, plis bangun, Din," lirih Niko.

"Mas, mending ceweknya di bawa ke rumah sakit." Setelah mendengar ucapan orang itu. Niko langsung menggendong Dinda dan membawa Dinda ke dalam mobil orang yang akan membantu Dinda bawa ke rumah sakit.






















TBC....

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA

SALAM

UUN FADILLAH

TENTANG KITA (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang