30

443 87 2
                                    

Nevan keluar dari tubuh Kean setelah perdebatan panjang dengan Rachel. Hari ini, ia benar-benar sangat bosan. "Lo gak niat jengukin Gavin, Chel?" tanya Nevan tiba-tiba.

Matanya menatap Rachel yang tertawa bersama keluarga Ray, membuatnya merasa aneh dengan Rachel. Bagaimana gadis itu bisa bahagia sedangkan ada hati yang menderita karenanya.

Tawa Rachel perlahan menghilang, pertanyaan Nevan begitu mengena di hatinya. Ia bahkan tidak memikirkan sejauh yang Nevan tanyakan. Menanyakan kabar Nevan pada Silvy pun tak pernah tersinggah di pikirannya. Tetapi jika boleh jujur, ia hanya tidak ingin Gavin berharap lebih darinya. Apa ia salah?

"Pemikiran lo gak salah, Chel, tapi gue hanya bertanya kenapa lo bisa sebahagia ini sedangkan ada hati yang masih berharap dapatin cinta lo." Matanya teralih pada Ray, pria yang beruntung bisa merasakan cinta sebelum kematiannya.

"Rachel kok tiba-tiba diam?" tanya Yudha.

"Enggak kenapa-napa kok, Pa." Rachel menjawab gugup, ia menoleh ke samping dan tidak mendapati Nevan di sana. Arwah itu lagi-lagi pergi saat sedang bicara.

"Kalian sama-sama kaku ya." Kean menimpali. Sedikit kesal dengan Ray yang terlihat kaku sedari tadi. Terlebih setelah papa mengatakan aibnya pada Rachel, bukannya membalas dia malah semakin diam.

Rachel hanya cengengesan menanggapi Kean. Suasana makan malam ini tidak lagi menyenangkan seperti tadi. Pikirannya terpenuhi dengan masa lalu bersama Gavin. Bagaimana keadaan pria itu saat ini. Kenapa Silvy tidak pernah membahas tentangnya sama sekali.

"Rachel mau nikah umur berapa?" tanya Yudha memecahkan diam.

Belum sempat Rachel menjawab, ponselnya telah berbunyi nyaring. Nada ponsel yang menandakan jika orang tuanya menelpon. "Saya izin menjawab telpon ya, Pa," pamitnya.

"Halo, Pa ...."

*****

Di sinilah Rachel saat ini, duduk terdiam dalam mobilnya yang melaju menuju bandara. Lamunannya singgah pada percakapannya dengan Ray tadi pagi. Kalimat pamitnya yang sangat tidak cocok, belum lagi mereka berpacaran belum lama tapi kini mereka terpaksa LDR walau hanya seminggu.

"Bukan Ray yang harus kamu mikirin sekarang Rachel, tapi Gavin." Attania menatap Rachel yang termenung melalu kaca di dalam mobil.

Mata mereka bertatapan. Saling membaca pikiran lawan bicaranya. "Kenapa Bunda gak pernah cerita tentang Kak Gavin?" tanya Rachel, merasa tidak terima dengan perkataan bundanya itu. Seandainya ia tau keadaan Gavin sebelum ia jatuh hati dengan Ray, mungkin ia bisa menerima pria yang telah ia anggap kakak itu.

Lawan bicara Rachel bungkam, membenarkan apa yang dikatakan anaknya. Ia tau pasti keadaan pasti akan singgah di titik ini. "Bunda cuma gak mau kamu merasa bersalah, Chel," jawabnya.

Rachel menghembus napas kasar. Belum lama pacaran, ia sudah banyak berbohong pada Ray. Ia belum siap untuk jujur tentang Gavin. Tentang bagaimana rasa sayangnya pada pria itu. "Seharusnya Bunda jujur dari awal, kenapa jiwa Kak Gavin bisa terguncang kayak dulu lagi, tapi Bunda selalu diam 'kan waktu aku nanya." Ia membuang tatapannya keluar jendela, tak berani bertatapan dengan bundanya.

"Kamu juga ...."

"Kalian bisa diam gak? Udah terlanjur juga." Arya yang sedang menyetir berkata dengan kesal. Mendengar istri dan putri yang begitu ia cintai berdebat bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Belum lagi dengan ia yang sedang panik dengan keadaan anak angkatnya itu.

"Maaf Yah-Bun." Rachel melihat Silvy yang hanya diam. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu saat mengetahui kondisi kakaknya yang semakin parah.

"Maafin gue ya, Sil." Rasa bersalah berterbangan ke dalam hati Rachel layaknya lebah yang berkumpul pada sarang mereka, bergerombolan, saling mendahului. Seandainya ia menerima hati Gavin saat itu, pasti saat ini tidak akan ada tubuh yang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Kamu gak salah, Chel. Kakak gue itu hanya korban dari cinta sepihak, sama kayak Nevan seperti yang lo bilang." Silvy tersenyum, tapi bukan untuk Rachel, melainkan arwah Nevan yang duduk di antara ia dan Rachel.

Mata Rachel menatap ke depan, melihat reaksi bundanya saat nama Nevan disebut, wajah bundanya terlihat biasa saja, membenarkan tebakannya jika bundanya tau tentang arwah yang mengikuti Silvy. Ternyata semua ini memang sengaja disembunyikan darinya.

*****










To be continued
Tekan 🌟
Tinggalkan komentar





TERSESAT DUA DUNIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang