38

442 72 7
                                    

Rembulan malam ini begitu
indah bukan?
Namun sayangnya kau tak ada
di sini  untuk melengkapi keindahannya.
Kau malah memilih menemani hati
yang memenjarakanmu dalam
kegundahan yang tak seharusnya kau lalui.

*
*
*
*

Hari ini adalah hari ke enam Rachel di Jepang. Ia mencoba mengajak Gavin ke luar untuk jalan-jalan. Melihat apakah pria itu masih merasa takut dengan dunia yang di dalamnya berlalu lalang kendaraan.

Rachel melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 9 JT. Membutuhkan setengah jam dari kota Kyoto menuju salah satu tempat wisata di Arashiyama, Ujigawa River. Ia berniat mengajak Gavin untuk menikmati pemandangan sungai Ujigawa dengan dedaunan yang berjatuhan.

Ia juga menggunakan kesempatan ini untuk mengambil ponselnya dari Wira yang terus mengawasi gerak-geriknya, seakan curiga jika ia mempunyai pacar meski itu benar.

Dengan cepat ia membuka ponselnya, sangat yakin akan banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari Ray. Dan benar saja, ada 25 panggilan tak terjawab dari Ray dan Kean. Ia segera membaca pesan masuk karena sekarang, ia tidak mungkin untuk menghubungi Ray.

Rasa bersalah menyelimuti gadis cantik itu. Ia juga ingat jika ini hari ulang tahunnya Ray tapi ia malah tidak ada di samping kekasihnya. Jemarinya serasa gatal ingin mengetik pesan untuk Ray tapi hatinya ragu. Ia bingung bagaimana memulai menjawab pertanyaan itu. Ia sedikit terkejut saat melihat jika Ray aktif, membuat jemarinya gemetar saat mengetik di keyboard.

"Rachel!" Suara Gavin mengagetkan Rachel. Gadis itu segara menyembunyikan ponselnya yang masih belum sempat membalas pesan Ray. Tak ingin mengambil risiko jika Gavin tau hatinya telah ada yang memiliki.

"Kakak udah siap?" tanya Rachel sembari berusaha menormalkan degup jantungnya yang berpacu. Ia melihat penampilan santai Gavin yang jauh berbeda dari biasanya.

"Aku tampan bukan?" tanya Gavin sembari mengangkat bajunya. Pria itu kembali bertingkah konyol membuat Rachel menggelengkan kepalanya. Mungkin masih membutuhkan waktu untuk bertingkah semula meski Gavin dinyatakan membaik.

"Kakak memang selalu tampan." Rachel menjawab dengan jujur. Kakak angkatnya itu memang sangat tampan dan juga imut.

"Terus kenapa kamu gak suka sama Kakak?" Gavin bertanya sembari memainkan rambutnya yang membuatnya risih. Ia tidak terbiasa dengan rambut seperti ini.

Rachel menghembuskan napasnya. Pria di hadapannya ini bertanya tentang hal yang membuat tubuhnya panas dingin dengan gaya sesantai itu. "Jangan dimainin rambutnya!" Ia menarik tangan Gavin menuju kamar Silvy.

"Lo dah siap, Sil?" tanya Rachel sembari mengetuk pintu kamar Silvy. Meskipun juga cuek soal make up, tapi untuk sekedar menyisir rambut Silvy sangat lama.

"Iya, tunggu!"

Gavin tertawa pelan, wajar jika Silvy belum selesai hingga saat ini karena gadis itu membantunya berkemas tadi. "Kamu lucu!" ujarnya sembari mencubit gemas pipi Rachel.

Mata Rachel dan Gavin bertemu, mendapati gurat rindu tiga tahun lalu. Saat semuanya baik-baik saja sebelum ada rasa yang membelenggu menyebabkan luka. Saat keduanya masih nyaman dengan hubungan kakak beradik yang memang sudah terikat dari kecil.

*****

Galen terus tak peduli dengan ucapan selamat ulang tahun anak buah papanya yang berpapasan dengannya saat ia menuju perusahaan. Matanya mendelik tajam beberapa wanita yang memandangnya secara terang-terangan dan ia sangat tidak suka dengan hal itu.

"Kamu gak ke kampus?" Galen Ray Sayudha, nama yang bagus bukan? Itulah nama dari pacar Rachel Sasikirana Arindati yang gadis itu sendiri tidak tau akan hal itu. Orang yang sama, sebagai pemilik sekolahan anak jalanan.

"Pa, aku akan mengunjungi sekolah!" ujar Galen sembari mengambil beberapa data dari beberapa donatur yang ingin membatu sekolah itu.

"Bagaimana bisa kamu bersikap seolah semuanya baik-baik saja setelah mabuk berat semalam?" tanya Yudha memberhentikan Galen yang ingin melangkah keluar ruangan.

Galen berbalik badan dengan malas, sejak dia bangun sampai sekarang papa dan Kean tak berhenti memarahinya karena mabuk semalam. Tadi pagi papanya bahkan membangunkannya dengan air dingin. Sekarang, apa lagi yang akan pria paruh baya itu katakan yang sebenarnya telah dikatakan berulang-ulang. "Ada apa, Pa? Apa lagi yang harus aku lakuin? Meratapi Rachel yang memang gak mau kembali?" tanyanya geram mengingat kejadian pukul 7 AM tadi.

Jemarinya dengan cepat membuka galeri dan menunjukkan pada apanya "Papa lihat!" ujarnya gemas.

"Ponselnya aktif dan ia membaca pesanku, tapi dia sama sekali tidak berniat membalas meski aku sempat melihat ia mengetik! Lalu buat apa aku menunggunya?" Galen menggenggam ponsel itu erat hingga hampir terdengar bunyi retak.

"Kamu bisa menghancurkan ponselnya, Galen!" ujar Yudha setelah mengatur emosinya yang juga kesal dengan tingkah Rachel saat ini. Apa yang sebenarnya ia sembunyikan dari putranya? Mereka bahkan baru berpacaran beberapa minggu walau keduanya telah mengenalkan diri pada orang tua pasangan bukan berarti gadis itu dengan mudahnya pergi tanpa alasan.

"Kamu bisa memutuskan hubungan kalian jika kamu ingin."

Hembusan napas Galen terdengar memberat. Papanya jelas tau bagaimana ia banyak belajar tentang hal berbau romantis pada drama yang sering Kean nonton, lalu mengapa sekarang papanya dengan mudahnya memintanya putus? Itu hal gila yang tidak akan pernah ia lakukan! "Papa jelas tau aku sangat mencintainya!" jawabnya telak lalu meninggalkan ruangan papanya. Jika ini tantangan dari Rachel untuk menguji kesetiaan cintanya maka ia akan menerima dengan senang hati tantangan ini.

*****









To be continue
Tekan 🌟
Tinggalkan komentar

TERSESAT DUA DUNIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang