31

436 81 2
                                    

Jemari Ray terus saja mengaduk kopi susu yang sudah dingin sejak lama. Matanya menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Menerawang bagaimana perjalanan Rachel ke Jepang. Apa tujuan sebenarnya pacarnya itu ke sana dengan sangat buru-buru. Meminta pamit melalui telepon, itu pun hanya beberapa menit.

Ia tidak tau mengapa wajah Rachel terlihat begitu panik setelah menerima telepon malam itu. Alasan gadisnya yang sangat tidak memuaskan. "Rachel ada masalah apa?" tanyanya pada Kean yang sedari tadi menjadi penunggu kegelisahannya.

"Lo khawatir banget sih!" kesal Kean. Melihat wajah gelisah Ray yang tak beralasan.

"Ini aneh, lo lihat 'kan gimana Rachel buru-buru pulang malam itu. Gimana dia bahkan hari ini gak sempat bertemu sama gue buat pamit!" Ray menatap keluar jendela, berusaha menghempaskan kekesalannya pada angin yang berhembus sepoi-sepoi.

"Jangan terlalu banyak berpikir, Ray! Jangan sampai sikap lo yang gitu yang buat lo kehilangan dia!" ujar Kean sembari tersenyum, dari pada memikirkan Ray dengan kegilaannya pada Rachel lebih baik dia gila dengan dunianya sendiri. Wajah Silvy memenuhi layar ponselnya. "Gue gak nyangka, gadis secantik Silvy punya indra keenam."
Tanpa peduli dengan Ray, ia meninggalkan sahabatnya dengan kegelisahannya sendiri.

"Kean!"

"Gue ngantuk! Ada temen dari dunia lain kok di samping lo!" ujar Kean asal, berlagak seperti Silvy.

"Ngaco lo!" Pikiran Ray masih melayang jauh ke negri matahari terbit itu, di mana kekasihnya ada di sana dengan alasan yang .... Ia pusing sendiri memikirkan rasa gundahnya, bukannya ia curiga, hanya saja gadis yang ia pacari itu sangat cantik.

"Maafin gue, Ray," ujar Nevan yang jelas tak didengar oleh pria itu. Tubuh anginnya menggantikan Kean yang menuju kamar meninggalkan Ray. "Lo datang dan bertemu dengan Rachel hanya beberapa kali tapi pria yang udah nabrak gue itu ... dia udah tujuh tahun bersama Rachel, tapi ... malah lo yang dapat cinta dia! Gak adil banget 'kan?" Ia dapat mengetahui dengan jelas apa yang dibicarakan batin Ray saat ini. Kekhawatiran pria itu tentang cinta yang direbut.

"Gue merasa iri sama lo, Ray. Lo bisa dengan bangga bilang ke Rachel kalo lo cinta sama dia tapi gue?" Angin malam malam ini terlalu berhembus, menarik Nevan meninggalkan dunia yang bukan lagi miliknya. Kehidupannya telah lama hilang saat ia kehilangan cinta. "Maaf, Ray, tapi entah kenapa gue bahagia lihat orang lain menangis karena cinta." Entah apa yang merasuki Nevan malam ini, namun mulai sekarang, ia juga ingin apa yang menimpanya juga menimpa orang lain. Ia ingin orang lain juga menangis, sama sepertinya saat melihat jasadnya dikebumikan. Seperti Silvy yang tidak bisa dimilikinya maka orang lain juga tidak akan bisa mendapatkan cinta sebelum menderita.

*****

Ingatan Rachel kembali berlabuh pada dua tahun lalu, saat ia menjenguk Gavin, pria mencintainya. Pria yang kini kembali sakit karena dirinya. Wajahnya terlihat tegang saat melihat Wira yang tersenyum ramah dan merentangkan kedua tangan ingin memeluknya, anak angkatnya yang telah membuat anak kandungnya kembali sakit.

Mata Rachel menangkap kelegaan dari pria paruh baya itu. Wajah dan matanya bersinar menyambut kedatangannya. Berharap kesembuhan dari pemberian cinta yang sementara.

"Rachel!" panggil Silvy melihat sahabatnya yang diam saja.

Dengan senyum dipaksakan, Rachel melangkah memeluk Wira. Memejamkan matanya merasakan tubuh yang lelah akibat ulahnya. "Keadaan Papa gimana?" tanyanya sembari mengamati penampilan ayah keduanya yang tak lagi seperti dulu.

"Papa sehat, sayang. Kamu gimana? Kuliah kamu?"

"Semua baik-baik aja, Pa," jawab Rachel, ia bersyukur pria itu tak menanyakan tentang status percintaannya seperti dua tahun lalu.

"Kamu udah punya seseorang di hati kamu?" tanya papa Silvy yang membuat Rachel terkejut. Merutuki rasa bersyukurnya yang baru saja ia ucapkan.

"Pa, kak Gavin gak ikut?" Silvy menjawab cepat, jika tidak berbohong maka selamanya kakaknya tidak akan sembuh, ia tidak ingin melihat kakaknya selalu ketakutan melihat jalan raya dan keraimaan. Ia ingin, untuk saat di Jepang saja, Rachel harus berbohong, menyembunyikan kisah cinta yang saat ini sedang ia jalani.

"Gavin ... ada di atas, yukkk!"       

*****











To be continued
Tekan 🌟
Tinggalkan komentar




TERSESAT DUA DUNIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang